Kamis, 24 Januari 2019

Peran ASI dan MPASI dalam Mencegah Stunting dan Obesitas



Di dalam kamus Bahasa Inggris Oxford advanced learner’s dictionary, kata “stunting” tidak ditemukan dan yang  ada hanya kata “stunted growth”  yang artinya pertumbuhan terhambat. Istilah Stunting atau stunted growth atau nutritional stunting diperkenalkan pertama kali oleh World Health Organization yang artinya adalah pertumbuhan panjang badan atau tinggi badan menurut umur atau  height for age” di bawah dari  minus 2 standar deviasi pada  kurva pertumbuhan The WHO child growth standards tahun 2006. Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, stunting lebih tepat diartikan “perawakan  pendek”, bukan ‘kerdil’ sebab stunting akibat kekurangan nutrisi sedangkan kerdil disebabkan bukan oleh faktor nutrisi. Berbicara stunting berarti berbicara tentang pertumbuhan fisik linear dimana pada seorang anak selain terjadi pertumbuhan juga terjadi perkembangan.

Dalam Talkshow Kesehatan di Stasiun Televisi “TVRI Palembang”, tanggal 22 Januari 2019, Dr. Julius Anzar, Sp.A (K), konsultan nutrisi dan penyakit metabolik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, menyampaikan materi tentang, “ Peran ASI dan MPASI dalam Mencegah Stunting dan Obesitas”. Acara merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional (25 Januari).

Dr. Julius menjelaskan,  istilah obesitas berarti adanya kelebihan penyimpanan lemak di dalam tubuh sehingga berakibat timbulnya gangguan-gangguan metabolisme di dalam tubuh. Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan energi dimana energi yang masuk lebih banyak daripada yang keluar sehingga kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk lemak. Pola makan yang baik disertai aktifitas fisik dan pola hidup yang aktif dapat mencegah kejadian obesitas.

Air susu ibu (ASI) adalah makanan khusus untuk bayi berbentuk cair, bersifat spesifik dan sangat cocok untuk bayi manusia. Produksi ASI dimulai dari bayi baru lahir hingga masa 2 tahun. Oleh karena ASI bersifat khusus dan spesifik maka ASI adalah sumber makanan satu-satunya yang paling tepat untuk menjaga pertumbuhan bayi yang optimal selama 6 bulan pertama kehidupan. Peranan ASI ini sangatlah penting dan integral karena selain sebagai sumber nutrisi juga sebagai zat pertahanan terhadap gangguan dan penyakit yang bisa menghambat pertumbuhan itu sendiri. Oleh karena ASI diciptakan oleh Tuhan secara khusus untuk makanan bayi maka asi mempunyai sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus ASI inilah yang membuat ASI seharusnya menjadi makanan paling unggul dan menjadi pilihan utama untuk bayi agar pertumbuhan dan perkembangannya berhasil namun dengan ketidaktahuan dan kepercayaan keluarga yang keliru terhadap ASI maka menjadikan ASI bukan pilihan utama.

Setelah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan maka dilanjutkan dengan pemberian MPASI yaitu makanan pendamping ASI. Peranan MPASI adalah sangat penting pada masa setelah 6 bulan karena setelah usia 6 bulan, ASI saja tidak cukup lagi untuk memenuhi bayi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan MPASI adalah : jenis atau kandungan makanan, jumlah masing-masing, tekstur makanan dan cara pemberiannya.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan dengan disertai pemberian makanan pendamping ASI selama 2 tahun akan mencegah bayi dan balita menjadi stunting dan obesitas. 

Penyebab stunting
Banyak faktor dapat menyebabkan stunting pada anak. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi penyebab langsung ataupun dapat pula menjadi penyebab tidak langsung.
A.     Penyebab langsung :
1.Ibu stunting
2.Kehamilan dini dan jarak kehamilan terlalu dekat
3.Status nutrisi ibu jelek
4.Penyakit dalam kehamilan
5.Bayi kecil masa kehamilan
6.Bayi kurang bulan
7.Bayi berat lahir rendah
8.Bayi dengan penyakit tertentu
9.Praktek pemberian makan pada  bayi dan balita yang salah (ASI dan MPASI)
B.     Penyebab tidak langsung :
      1.Sosial ekonomi
      2.Pengetahuan yang kurang
3.Mitos

Selanjutnya akan dibahas peranan ASI dan MPASI dalam mencegah kejadian stunting dan obesitas.  Praktek pemberian makan bayi dan anak yang tidak tepat mulai dari cara pemberian ASI yang tidak eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI yang salah selanjutnya pemberian makan makanan keluarga yang tidak mencukupi dalam hal kuantitas dan kualitas akan menyebabkan asupan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tidak terpenuhi.
Pengetahuan keluarga yang kurang mengenai bagaimana memilih makanan dan memberikan makanan yang baik juga ikut meyebabkan pertumbuhan anak menjadi tidak optimal. Peranan pemerintah dalam pencegahan stunting juga sangat dibutuhkan. Peranan pemerintah dapat berupa menjaga ketersediaan makanan yang berkualitas dan upaya meningkatkan kemampuan ekonomi sehingga daya beli makanan kaya nutrisi meningkat .

Perlunya dibuat kebijakan tentang pentingnya deteksi dini stunting dan pencegahan stunting, juga meningkatkan pemahaman stunting bagi masyarakat dan melakukan pengukuran bayi dan balitanya secara rutin berkala.upaya untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan praktek pemberian makanan tambahan yang berkualitas juga penting.

Zat vitamin dan mineral dalam ASI yang menunjang pertumbuhan linear (tinggi badan)

Vitamin
Mineral
Vitamin A
Kalsium
Vitamin B1 (tiamin)
Fosfor
Vitamin B2 (riboflavin)
Magnesium
Vitamin B3 (niacin)
Zinc
Vitamin B5 (asam pantotenat)

Vitamin B6 (piridoxin)

Vitamin B7 (biotin)

Vitamin B9 (asam folat)

Vitamin B12 (cyanocobalamin)

Vitamin C

Vitamin D



Penyebab obesitas pada bayi dan balita
Jumlah makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari ada batas minimal dan batas maksimal. Apabila makanan yang dikonsumsi berlebihan maka kelebihan itu akan disimpan sebagai lemak di dalam tubuh. Apabila Cadangan lemak yang disimpan juga berlebihan, maka hal inilah yang disebut dengan obesitas. Jadi obesitas adalah hasil dari suatu proses yang membutuhkan waktu, tidak serta merta terjadi.  Jadi obesitas sebenarnya bisa dicegah secara dini.

Seorang anak yang mengalami obesitas dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda klinis dan dengan mengukur (body mass index) BMI atau indeks massa tubuh (IMT). Kecendrungan IMT yang meningkat dari waktu ke waktu dapat digunakan sebagai dasar untuk pencegahan obesitas.

Beberapa jenis makanan dan minuman yang dapat  menyebabkan asupan kalori menjadi tinggi  antara lain : makanan cepat saji seperti burger, pizza, atau hot dog dan makanan cepat saji lainnya karena biasanya makanan ini mengandung tinggi kalori dan rendah serat. Minuman seperti soft drink yang mengandung gula juga dapat menambah kalori dan menyebabkan obesitas.

Obesitas dapat terjadi sejak masa bayi terutama bayi yang tidak mengkonsumsi ASI secara ekslusif. Hal itu terjadi karena jumlah ASI sudah tertentu, cukup dan tidak berlebihan sehingga tidak akan menyebabkan bayi menjadi obes. Jumlah ASI yang diproduksi cukup sesuai dengan kebutuhan bayi karena dikontrol oleh hisapan bayi. Bila bayi sudah kenyang dan hisapan berhenti maka ASI yang ada akan habis namun akan diproduksi lagi sejumlah yang dihisap sebelumnya.  Berbeda dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula. Bayi yang mengkonsumsi susu formula tidak mempunyai batas jumlah yang dikonsumsi. Apabila susu formula yang diberikan melebihi porsi yang dibutuhkan bayi, maka bayi dapat menjadi obes. Untuk pemantauan, sebaiknya sejak usia 7 bulan, IMT bayi tidak meningkat lagi agar bayi tidak menjadi obes di kemudian hari.


Peranan MPASI dalam mencegah stunting dan obesitas
Setelah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, pemberian MPASI yang tepat adalah sangat penting. Kini ibu-ibu millennial semakin terbuka soal MPASI homemade. Ibu-ibu boleh saja memberikan MPASI yang dibuat sendiri asalkan perhatikan kualitas dan kuantitas MPASInya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat MPASI adalah : jenis atau kandungan makanan, jumlah masing-masing jenis makanan, tekstur makanan. Jangan menunda pemberian sumber protein dan lemak karena sang bayi sangat membutuhkan semua zat makanan tersebut dengan segera tanpa kecuali. Pertumbuhan yang sangat cepat sangat membutuhkan semua zat makanan. Apabila ada zat makanan ditunda pemberiannya maka pertumbuhan akan terganggu dan bayi akan mengalami kegagalan pertumbuhan pada akhirnya. Salah satu tanda gagal tumbuh adalah stunting.

Jumlah MPASI yang diberikan harus sesuai kebutuhan bayi, sehingga bayi tidak menjadi obesitas. Pemberian MPASI yang benar tidak akan menyebabkan obesitas, karena teratur dan tidak berlebihan.  Pemberian ASI eksklusif dan MPASI yang benar tidak akan menyebabkan stunting dan obesitas karena semua telah terukur kecukupannya. Stunting dan obesitas sebenarnya bisa dicegah dengan cara rutin mengukur berat badan dan tinggi badan anak sehingga apabila ada kecenderungan ke arah stunting atau obesitas maka dapat cepat segera diatasi. Frekuensi pengukuran untuk bayi 0 sampai 12 bulan sebaiknya dilakukan setiap bulan dan anak balita setiap 3 bulan sekali.

Akhirnya, pemberian ASI secara eksklusif sebenarnya dapat mencegah stunting. Dengan inisiasi menyusui dini sebagai upaya keberlangsungan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian MPASI dan makanan keluarga sebagai bagian dari pemenuhan nutrisi yang cukup dan seimbang, kebutuhan akan asupan makanan selama masa pertumbuhan akan terpenuhi. Selain itu juga dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani ibu-ibu menyusui, pengetahuan tentang cara yang tepat memberikan makan akan menambah kemampuan ibu dalam memberikan nutrisi bagi bayi dan anak balitanya.

Referensi:
1. World Health Organization (WHO). 2014. WHA Global Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief.
2. Sartika, RAD. 2011. Faktor risiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia. Makara Kesehatan. 15: 37-43.
3.Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Sekretariat Wakil Presiden RI. 2017. 100 Kabupaten/kota prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting): Ringkasan.
4.Rerksuppaphol S., Lakkana Rerksuppaphol. 2017. Zinc supplementation enhances linear growth in school-aged children: A randomized controlled trial. Pediatric Reports. 9:7294.
5.Importance of Exclusive Breastfeeding and Complementary Feeding among Infants. Diakses dari: http://www.foodandnutritionjournal.org/volume2number2/importance-of-exclusive-breastfeeding-and-complementary-feeding-among-infants/


Salam IP3H(tika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar