Rabu, 31 Agustus 2016

Harapan Baru untuk Penderita Gagal Jantung Kronik yang Resisten Obat-obatan


Terapi Resinkronisasi Jantung (CRT


Gagal jantung atau lazim dikenal sebagai pembengkakan jantung adalah tahap akhir atau komplikasi dari proses penyakit-penyakit jantung lainnya. Pada kondisi ini, pasien sering mengalami sesak nafas saat aktivitas serta tidak bisa tidur terlentang karena sesak dan bengkak pada kedua kaki akibat bendungan yang terjadi setelah kekuatan pompa jantung menurun. Umumnya pasien masih dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan yang merangsang pasien berkemih sehingga mengurangi bendungan tersebut. Namun pada sebagian pasien, terapi obat tidak lagi mampu mengatasi gejala yang dialami pasien karena sudah terjadi gangguan hantaran listrik pemicu gerakan jantung. Irama yang tadinya teratur mulai menjadi tidak berimbang antara sisi kanan dan kiri jantung. Dengan demikian, fungsi pemompaan jantung tidak lagi sinkron sehingga kerja pompa jantung menjadi tidak efektif.
Untuk mengembalikan sinkronisasi ruang jantung kanan dan kiri, dapat dipasang suatu alat bantu yang disebut cardiac resynchronization therapy (CRT). Sejak tanggal 1 Juni 2015 lalu, RS Moh. Hoesin  (RSMH) Palembang telah mulai melakukan implantasi CRT di laboratorium kateterisasi Brain & Heart Center. Kini RSMH telah menjadi salah satu dari sedikit pusat rujukan kesehatan di Asia Tenggara yang mampu mengerjakan intervensi CRT ini. Masyarakat tidak perlu lagi jauh-jauh ke luar negeri untuk mendapatkan layanan canggih CRT.
Operator dari tim laboratorium kateterisasi Brain & Heart Center, dr. Alexander Edo Tondas, SpJP(K), FIHA, adalah salah satu dari dokter spesialis jantung & pembuluh darah dengan subspesialis elektrofisiologi yang masih langka di Indonesia. Menurut beliau, pada dasarnya CRT adalah sistem pacu jantung dengan tiga kabel. Kita mungkin sudah sering mendengar tentang pemasangan alat pacu jantung. Pacu jantung yang sering dipasang umumnya adalah sistem pacu jantung kabel tunggal untuk kasus-kasus denyut nadi lambat (bradikardia). Namun pada kenyataannya, tidak semua masalah jantung dapat diselesaikan dengan pacu jantung kabel tunggal. Pada keadaan tertentu, yaitu pembengkakan  jantung tahap lanjut, sistem yang lebih kompleks dengan tiga kabel diperlukan untuk dapat memperbaiki kinerja jantung agar kembali harmonis. Pemasangan alat pacu jantung tiga kabel atau CRT di Brain & Heart Center yang dipelopori oleh dr. Alexander Edo Tondas, SpJP(K), FIHA ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan di luar kota Jakarta karena tindakan ini membutuhkan tingkat keterampilan yang cukup tinggi dan fasilitas yang menunjang.
Prosedur pemasangan dilakukan dengan pembiusan lokal dan dokter akan membuat sayatan kecil sekitar 5 cm di daerah dada atas untuk menyelipkan generator ke bawah kulit. Setelah kurang lebih 3-5 hari perawatan pasca-tindakan, pasien dapat berobat jalan. Alat ini dapat bertahan dan mengontrol sinkronisasi jantung hingga 5-7 tahun lamanya sebelum baterai diganti.
Pasien diharapkan datang kembali setiap 6 bulan untuk check up kondisi alat dan kabel. Pemrograman alat CRT dilakukan di Klinik Aritmia Brain & Heart Center RSMH Palembang dengan menempelkan detektor khusus di atas dada pasien. Dengan alat CRT, pasien gagal jantung tahap lanjut yang sudah tidak respon dengan obat-obatan masih memiliki harapan untuk menikmati kualitas hidup yang baik. Penerapan teknologi baru ini merupakan wujud dari tekad RSMH Palembang untuk menjadi yang terdepan dalam hal rujukan pelayanan jantung di Sumatera Bagian Selatan.
narasumber:dr.edo
Liputan :Humas@yeri.



 

Selasa, 30 Agustus 2016

Tanaman sentuhan tangan Direktur Utama



Salurkan Hobi Dengan Bercocok Tanam dan Berkebun

Bercocok tanam dan berkebun, guna memperindah serta menyejukan lingungan sekitar rumah bukan hal yang mudah. Namun perlu adanya kemauan dari seseorang. Seperti yang sudah dilakukan Direktur Utama RSUP Dr. Mohamad Hosein (RSMH), Palembang ini, yakni dr Mohammad Syahril Sp.P,  M.PH.

Dokter yang akrab disapa Dr. Syahril ini sudah mengeluti hobby bercocok tanam dan berkebun sejak 25 tahun, saat dirinya menjadi seorang dokter. Selain bercocok tanam dan berkebun, dokter yang dulunya pernah menjabat sebagai kepala RS Persahabatan Jakarta ini, senang sekali memelihara ikan dan travelling kuliner.

"Hobi saya sih banyak, tetapi yang paling utama adalah bercocok tanam dan berkebun, serta travelling kuliner," ungkap sambil tersenyum kecil.

Dalam satu minggu saat libur, Lanjut Dr Syahril, dirinya pasti meluangkan waktu 1 hingga 2 jam untuk bercocok tanam dan berkebun. Baginya bercocok tanaman merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. "Untuk saya pastinya kegiatan ini sangat menyenangkan. Apalagi untuk orang lain, jika melihat halaman rumah (taman-red) indah dan menarik, tentunya mereka juga akan tertarik," Katanya.

Sambungnya, tidak ada seseorang yang tak suka melihat taman di depan rumah indah dan menarik, semua tentu suka. Bahkan mereka mempunyai keinginan untuk membuat tamannya juga menarik, ketika melihat punya orang lain indah dan menarik. " Tentunya taman yang indah dan menarik akan menjadi contoh untuk mereka yang sudah melihatnya," ungkapnya.

Ketika ditanya sudah berapa taman yang dibuatnya indah dan menarik, dr Syahril mengatakan, sudah banyak karena dirinya sudah 5 kali berpindah tempat kerja. Dari ke-5 rumah yang ditempatnya, semua taman disana pasti diperbaiki olehnya, dengan cara bercocok tanam dan berkebun.

"Mulai saya menjabat sebagai kepala puskesmas Simo Boyolali, lalu di balai besar kesehatan paru masyarakat solo sebagai kepala balai besar, dilanjutkan di RS Paru Ario Wirawan Salatiga sebagai Dirut, Di RSUP Persahabatan Jakarta, sebagai Dirut dan hingga kini di RSUP Dr Mohamad Hosein Palembang, sebagai Dirut, semua taman saya benahi," bebernya.

Terkait hobinya travelling kuliner, ditambahkannya, hobi ini pun dijalaninya ketika kerja diluar kota, " Nah jadi saat saya ada dinas diluar kota, saat sore dan jam makan, saya selalu mencicipi khas makanan kuliner kota tersebut, kota yang saya datangi itu," tutupnya.
.
Sumber berita. Sriwijatya Post 31 Agustus 2016

Good Clinical Practice



PELATIHAN GOOD CLINICAL PRACTICE


Rumah sakit sebagai salah satu tatanan pelayanan kesehatan mempunyai fungsi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan

Peningkatan dan pengembangan upaya kesehatan yang dilakukan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakat Penelitian yang biasa dilakukan di rumah sakit merupakan jenis penelitian klinis yang memerlukan kaidah-kaidah dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya.

Good Clinical Practice (GCP) merupakan sertifikasi yang harus dimiliki oleh para dokter pendidik klinis dan tim etika penelitian sehingga memiliki kemampuan dalam bidang uji klinik dan merupakan perilaku aktif dalam praktek uji klinis di rumah sakit.  

Diklat RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang bekerjasama dengan Prodia the CRO serta asosiasi uji klinik independen di Indonesia yaitu The Indonesian Association for the study of Medicinals (IASMED) pada tanggal 30 Agustus 2016  s/d 01 Sept 2016 bertempat di Instalasi Diklat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatnya kemampuan SDM terutama pendidikan klinis dan dasar di lingkungan RSMH – FK Unsri dalam bidang etik penelitian.

1.      Meningkatnya pemahaman para karyawan dalam pengenalan GCP dan peran dalam riset klinis
2.      Meningkatnya kemampuan para karyawan dalam pengisian formulir laporan kasus dan laporan efek samping
3.      Meningkatnya pemahaman para karyawan tentang aturan dan tanggung jawab peneliti
4.      Meningkatnya pemahaman para karyawan dalam melakukan verifikasi dokumen dan monitoring

Peserta Sebanyak 100 orang Terdiri dari Dokter Pendidik Klinik dan Tim Etika Penelitian FK Unsri - RSMH Palembang dengan narasumber adalah Prof. DR. dr. Rianto Setiabudy, Sp.FK(K), DR. Ida Paulina Sormin, M.Si, Apt dan Tim. 



Liputan: Suhaimi (humas RSMH)


Dr. Rita, Sp.A(K)



Spesialis Anak yang Kepincut Desain Interior

Menjadi seorang dokter memang sudah menjadi cita-cita Dr. Msy. Rita Dewi Arifin Sp.A (K), MARS sejak kecil. Namun, saat itu ia juga terpincut ingin bercita-cita menjadi seorang desain interior rumah.

"Alhamduilillah cita-cita menjadi dokter kesampaian. Syukurnya juga, hobi mendesain interior rumah masih bisa dilakukan," kata perempuan beranak empat ini, Senin (29/8/2016).

Spesialis anak yang kerja di staf neorologi di Departemen Anak RSMH Palembang ini gemar mendesain interior rumah bermula saat dirinya diajak orangtua jalan-jalan ke luar negeri. 

Perempuan kelahiran Palembang 5 November 1966 ini menilai desain interior rumah di negara-negara seperti Jepang dan Belanda, unik dan bagus. Sejak itulah, ia kepincut belajar ilmu desain ruangan..

"Mendiang papa tahu saya suka desain interior.  Jadi, saya diperbolehkan sekali-kali mendesain interior rumah kami," kata Rita.

Diakui Rita, saking tertariknya dengan dunia desain interior membuatnya pernah berkeinginan menjalaninya secara serius. Namun, cita-cita tersebut kandas ketika ayahnya meningal dunia di Minah saat naik haji. Karena tak mau kehilangan sang mama, Rita pun bertekat untuk menjaga mamanya. Hal inilah membut Rita ingin menjadi seorang dokter dan rela meninggalkan cita-cita menjadi seorang desain interior.

"Setelah tamat sekolah SMA, di SMA Xaverius 1 pada tahun 1985, saya memutuskan mengikuti tes di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Meski demikian, mendesain interior masih dilakukan kalau sedang tidak sibuk,"katanya.

Sumber.. Sripoku.com Palembang (Senin, 29 Agustus 2019)