Wawancara Khusus dg Dokter Sindu Saksono, Tim Dokter Bedah Anak RSMH
Di Balik Keberhasilan Operasi Kembar
Siam RSMH
Wawancara Khusus
dg Dokter Sindu Saksono, Tim Dokter Bedah Anak RSMH
Keberhasilan tim RS Moh Hoesin Palembang
melakukan pemisahan bayi kembar berjenis kelamin perempuan Alisya dan Aysha.
Tak lepas dari peran dr. Sindu Saksono, Sp.B, Sp.BA. Dokter senior yang berusia 62 tahun ini
menjadi ketua Tim dokter bedah RSMH.
Saat berbincang dengan Dokter
Sindu, Kamis (29/08/2019) di ruang meeting RS Moh Hoesin Palembang, Dokter
Sindu menolak dikatakan sebagai satu-satunya Dokter Bedah Anak di Sumatera
Selatan. “Ada kok satu lagi, dr. Shalita Dastamuar, Sp.B, Sp.BA,” ujar dia
merendah. Walaupun sebenarnya, Dokter Shalita sendiri tercatat sebagai murid
Dokter Sindu.
Dokter Sindu mengakui, menjadi dokter
spesialis bedah anak banyak suka dukanya ,. pernah suatu kejadian saat anak yang kita
operasi selamat, ya orang tuanya akan sangat senang. Pernah sampai ada menamai
anaknya, Sindu, pas dipanggil, Sindu..Sindu..saya noleh, oh bukan saya,
ternyata anak itu,” kata dia tertawa. Tapi, kalau pas anaknya tidak selamat,
lanjut Dokter Sindu, ia akan kebagian makian dari orang tua anaknya.
Dokter Sindu bersama Gubernur Herman Deru
saat mengamati video proses pemisahan bayi kembar siam Alisya dan Aysha
Namun, satu hal yang paling berkesan bagi
dokter yang menyelesaikan sarjana kedokteran di Universitas Airlangga, dan
mengambil spesialisasi Bedah Anak di Universitas Padjajaran itu, ketika ia
melakukan operasi kecil yakni sunatan. Dan ternyata si anak yang disunat itu
mengidap HIV. Sedikit saja ia salah dalam melakukan operasi, bisa jadi Dokter
Sindu akan tertular. “Tapi selama saya menjadi dokter bedah, saya selalu
mengutamakan yang namanya Basic Surgical Skills (BSS),” kata dia. BSS adalah
metode pelatihan berstandar internasional yang diterapkan untuk memberikan
kompetensi ketrampilan dasar bedah kepada para dokter. “Misalnya, kalau mau
pegang jarum jangan pakai tangan tetapi menggunakan pinset. Semestinya sekarang
semua dokter menerapkan BSS itu saat melakukan tindakan,” jelasnya.
Dokter Sindu sendiri telah bertugas di RS Moh
Hoesin Palembang semenjak tahun 2003. Selama 16 tahun ia bertugas di RS Moh
Hoesin, sudah ada tiga pasien kembar siam yang ia tangani. Salah satunya kembar
siam Rahma-Rahmi yang dioperasi tahun 2013 lalu. Menurutnya, waktu itu, kedua
Rahma Rahmi baik sehingga bisa untuk dipisahkan. “Kalau nggak salah usia mereka
enam bulan waktu kami lakukan pemisahan. Makanya keduanya dapat bertahan,” kata
Dokter Sindu yang asli Tulung Agung, Jawa Timur.
Tapi, lanjut dokter yang dulunya bercita-cita
pingin menjadi Chef itu, untuk operasi pemisahan Alisya dan Aysha, kondisinya
berbeda, karena termasuk bayi kembar siam parasit. Salah satu bayi tidak
memiliki saluran tenggorokan dan tidak terbentuk paru-paru. “Makanya mereka
harus segera dipisahkan,” ujar dia. Menurut dia, mengoperasi kembar siap itu
rumit. Sebab, setiap ada kasus kembar siam, kasusnya pasti berbeda-beda. Tidak
ada yang sama.
(Laporan Suhaimi Humas-dikutif dari Berita Swarna News 30/8/19)
JACKPOT ynag besar hanya di AJOQQ :D
BalasHapusWA : +855969190856