Sabtu, 20 April 2019

Kenali, Cegah dan Kendalikan Diabetes Meletus


Diabetes melitus, DM (bahasa Yunaniδιαβαίνεινdiabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latinmellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis, dimana kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya insulin atau ketidak mampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin,  penyakit dengan gangguan metabolisme kronis dengan banyak penyebab yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid (lemak) dan protein sebagai akibat gangguan fungsi insulin.
Demikian disampaikan oleh dr Phey Liana, SpPK dari Departemen Laboratorium bekerjasama dengan Promosi Kesehatan RS dengan topik diabetes mellitus dengan kenali, cegah dan kendalikan, di depan loket laboratorium RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang.
Phey menjelaskan, berkurangnya kadar  dan atau kemampuan insulin (dihasilkan oleh kelenjar pankreas) dalam hal menormalkan kadar gula darah. DM (diabetes Melitus) dibagi beberapa tipe yaitu: DM tipe 1 prevalensi ± 10%, seringkali terdiagnosis pada usia anak-anak, dan seumur hidupnya tergantung dengan insulin, DM tipe 2 prevalensi ± 90%, pada usia dewasa, DM tipe lain : tumor, infeksi, obat-obatan, penyakit sistem immune, dan DM gestasional : DM saat kehamilan.
DM (diabetes Melitus) dapat mengenai siapa saja, gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin, diantaranya adalah pada usia ≥ 45 tahun, terutama dengan kegemukan, yang disertai dengan faktor resiko seperti kebiasaan tidak aktif,  turunan pertama dari orang tua dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram, atau riwayat DM gestasional, hipertensi (≥ 140/90 mmHg), kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dL, menderita polycystic ovarial syndrome (PCOs) atau keadaan lain yang terkait dengan resistensi insulin, adanya riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya → Prediabetes dan memiliki riwayat penyakit jantung.
Dijelaskannya, Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain: tes gula darah sewaktu, tes gula darah puasa, test toleransi glukosa, dan tes HbA1C (untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan kebelakang).
“ Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu seperti pasien dalam keadaan puasa atau tidak., sehingga menunjukkan hasil akurat yang diinginkan”.
Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pancreas, tutupnya.
Salam
IP3Humas (leni/pkrs)



1 komentar:

  1. ayo menangkan uang setiap harinya di agen365*com
    WA : +85587781483

    BalasHapus