Diabetes
melitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan
istilah penyakit kencing manis,
dimana kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
kurangnya insulin atau
ketidak mampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin, penyakit dengan
gangguan metabolisme kronis
dengan banyak
penyebab yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid
(lemak) dan protein sebagai
akibat gangguan
fungsi insulin.
Demikian disampaikan oleh dr Phey Liana, SpPK dari
Departemen Laboratorium bekerjasama dengan Promosi Kesehatan RS dengan topik
diabetes mellitus dengan kenali, cegah dan kendalikan, di depan loket
laboratorium RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang.
Phey menjelaskan, berkurangnya
kadar dan atau kemampuan insulin (dihasilkan oleh kelenjar
pankreas) dalam hal menormalkan kadar gula darah. DM (diabetes Melitus) dibagi
beberapa tipe yaitu: DM tipe 1 prevalensi ± 10%, seringkali terdiagnosis pada
usia anak-anak, dan seumur hidupnya tergantung dengan insulin, DM tipe 2 prevalensi
± 90%, pada usia dewasa, DM tipe lain : tumor, infeksi, obat-obatan, penyakit
sistem immune, dan DM gestasional : DM saat kehamilan.
DM (diabetes Melitus) dapat mengenai
siapa saja, gejala diabetes
biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya
dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak
terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena
penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin, diantaranya adalah pada
usia ≥ 45 tahun, terutama dengan kegemukan, yang disertai dengan faktor resiko
seperti kebiasaan tidak aktif, turunan
pertama dari orang tua dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi
> 4000 gram, atau riwayat DM gestasional, hipertensi (≥ 140/90 mmHg),
kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dL, menderita polycystic
ovarial syndrome (PCOs) atau keadaan lain yang terkait dengan resistensi
insulin, adanya riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya →
Prediabetes dan memiliki
riwayat penyakit jantung.
Dijelaskannya, Tes gula darah
merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes
tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah
seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien
untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode
tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara
lain: tes gula darah sewaktu, tes gula darah puasa, test toleransi glukosa, dan
tes HbA1C (untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan
kebelakang).
“ Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu seperti pasien dalam keadaan
puasa atau tidak., sehingga menunjukkan hasil akurat yang diinginkan”.
Hasil dari tes gula darah akan
diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis
menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang
akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1,
dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien
memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pancreas, tutupnya.
Salam
IP3Humas (leni/pkrs)
ayo menangkan uang setiap harinya di agen365*com
BalasHapusWA : +85587781483