Senam Kaki Diabetes merupakan suatu kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki
Demikian disampaikan oleh Dina Octarina, Amk dan Merri Rosita, Amk, dengan topik Senam Kaki untuk Penderita Diabetes, Senin 29 juli 2019 di Ruang Tunggu Rawat Inap C, yang dihadiri oleh keluarga pasien.
Dijelaskan salah satu komplikasi dari diabetes adalah masalah kaki diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka dan cepat berkembang menjadi ulkus gangren atau disebut borok bila tidak dirawat dengan benar
"Tujuan dan manfaat dari senam diabetes itu sendiri untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot - otot kecil, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha dan mengatasi keterbatasan gerak".
Setelah penyampaian tujuan dari senam diabetes, dilanjutkan dengan pratek senam diharapkan dengan mengadakan pratek senam bersama sama dengan pengawasan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pratek senam ini, jelas Dina.
Selanjutnya, setelah melakukan rutin senam diabetes perlu adanya pemeriksaan kaki untuk menghindari kerusakkan saraf kaki yang tidak dapat merasakan nyeri, pemeriksaan dengan memeriksa bagian atas atau punggung kaki, telapak, sisi - sisi kaki dan sela - sela jari.
" Untuk melihat telapak kaki, tekuk kaki menghadap muka bila sulit gunakan cermin untuk melihat bagian bawah kaki atau minta banyuan orang lain". tutupnya
Salam IP3Humas
Leni/PKRS
Minggu, 28 Juli 2019
Jumat, 26 Juli 2019
PENTINGNYA DETEKSI DINI KANKER ANAK
PENTINGNYA DETEKSI DINI KANKER ANAK
Seminar Ilmiah di RSMH , Tema “UPDATE
ON CANCER MANAGEMENT”
Angka kejadian kanker pada
anak di Indonesia dgn jumlah penduduk 240 juta jiwa terdapat kurang lebih 11000
kasus baru pertahun.sebagian besar dari keluarga prasejahtera hal ini lah yg
mengundang keprihatinnan berbagai pihak salah satunya Yayasan Onkologi
Anak Indonesia (YOAI) yg merupakan organisasi
terdiri dari perkumpulan bbrp orangtua penderita kanker.
Untuk
meningkatkan kepedulian dan mendeteksi dini penyakit kanker pada anak maka
diadakan seminar ilmiah “
PENINGKATAN DETEKSI DINI KANKER PADA ANAK” sabtu (27/07/2019) di ruang Aula Gedung Utama RSMH Palembang.
Peserta
acara seminar ini terdiri dari tenaga kesehatan dokter / perawat perwakilan
dari RS / Puskesmas sekota Palembang, acara pembukaan di hadiri oleh Direktur
Utama ,Direktur Umum,SDM dan Pendidikan , Pengurus YOAI, serta para undangan
lainnya.
Hadir
sebagai Narasumber Seminar ini adalah
1.dr. Endang Windiastuti, Sp.A(K) ; Topik: Pengenalan Gejala dan Tanda
Kanker Pada Anak
2.Prof. DR. dr. Rita Sitaurus, SpM(K)
;Topik: Retinoblastoma
3.dr. Rusdianto, SpM(K) ; Topik:
Situasi Retinoblastoma di Sumsel
4.dr. Dian Puspita Sari, Sp.A(K), M.Kes
; Topik: Leukemia pada Anak
5.dr. Mochammad Ridho Nur Hidayah, SpOT
; Topik: Kanker Tulang pada Anak
Direktur
Umum, SDM dan Pendidikan dr.Msy.Rita Dewi ,Sp.A
(K) ,MARS dalam kata sambutannya mengatakan bahwa Onkologi merupakan salah
satu layanan unggulan RSMH, diharapkan dgn acara seminar ini, sebagai transfer of knowledge bagi sesama tenaga Kesehatan
utk dapat mendeteksi dini penyakit kanker pada
anak-anak dan diatasi bersama, karena anak-anak merupakan masa depan kita , generasi penerus
bangsa.
Dr.Rita
juga Mengapresiasi keberadaan YOAI , sebagai salah satu organisasi yaang membantu pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan anak dibidang kesehatan khususnya
menanggulangi penyakit kanker pada anak di Indonesia khususnya di Sumatera
selatan.
Kanker bukanlah penyakit yang asing di telinga kita, keganasannya yang mampu
mengakibatkan kematian.Namun demikian kanker sebenarnya dapat disembuhkan
apabila kita dapat mengetahui gejalanya sejak dini dan dilakukan perawatan yang
tepat. Kanker pada anak lebih sulit untuk dideteksi karena pada umumnya
anak-anak belum dapat memahami dan menceritakan gejala yang dirasakannya.
Sehingga dengan adanya seminar ini dapat memberikan informasi yang cukup bagi
peserta untuk mengetahui gejala-gejala kanker pada anak.
(Laporan Humas RSMH)
Senin, 22 Juli 2019
Raker RSMH Dalam Rangka Rencana Strategis Bisnis
Raker RSMH Dalam
Rangka Rencana Strategis Bisnis
Rapat
Kerja Tahunan dalam rangka pembahasan Rencana
strategis bisnis yang disusun Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang agar mengacu pada RPJMN
2020-2024 di ikuti oleh seluruh pejabat structural di Hotel Santika Belitung
Kamis – Jum’at 18 – 19 juli 2019
Raker
di buka oleh Dr. Bambang Wibowo,Sp.OG(K), MARS ( Dirjend Yankes RI) dalam kata
sambutannya mengatakan bahwa SDM merupakan asset yang penting bari organisasi,
dalam hal perumahsakitan dokter merupakan asset SDM yang sangat penting. Untuk
itu perlu dilakukan peningkatan kompetensi bagi tenaga dokter ataupun tenaga
lainnya guna mencapai/menciptakan layanan unggulan sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan
penganggaran dalam peningkatan kompetensi tersebut, bila perlu sampai
disekolahkan ke luar negeri. Ataupun dengan mengikuti pendidikan/pelatihan di
RS Vertikal yang memiliki ke khususan
Rapat
Kerja RSMH yang dihadiri oleh seluruh jajaran direksi juga di hadiri oleh Dewan Pengawas. dr. Kirana Pritasari, M.Q.I.H. ketua dewan
Pengawas RSMH Palembang mengharapkan Pelayanan
di rumah sakit hendaknya tidak hanya bersifat kuratif dan
rehabilitatif, namun juga pelayanan promotif
dan preventif hal tersebut dalam rangka peningkatan
pelayanan dan pendapatan
Acara
dilanjutkan dengan pemaparan program dari Direktorat Medik dan Keperawatan,
Direktorat Umum, SDM dan Pendidikan serta Direktorat Keuangan. Diharapkan
dengan dilaksanakannya Rapat Kerja (Raker) ini, dapat terakuntabilitas dengan baik
sehingga tujuan dan perubahan perubahan
yang akan di capai dapat terlaksana dapat tercapai.
( Liputan Suhaimi/ Humas RSMH)
Minggu, 14 Juli 2019
Apoteker RSMH Raih Penghargaan
MUNAS ke-IV .2019 di Bali International
Convention Center
Apoteker RSMH Palembang meraih penghargaan
dalam presentasi oral di Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) dan (Musyawarah Nasional)
MUNAS ke-IV di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Badung, Bali yg
diadakan oleh Hisfarsi yang diikuti oleh apoteker-apoteker yg berpraktik di Rumah Sakit seluruh Indonesia.
Mengalahkan sekitar 40 orang peserta dari Rumajh Sakit Seluruh Indonesia dengan judul presentasi “Evaluasi Ketepatan
Waktu Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap BHC RSUP dr
Mohammad Hoesin Palembang”
adalah Winda Kirana Ade Putri Pada hari Jum’at 12
Juli 2019 malam. Winda
berhasil
mendapatkan peringkat dua dalam kegiatan rutin yang digelar Hisfarsi setiap
tahun.
Mengangkat tema It's All About Medication Safety, Hisfarsi ingin meningkatkan
kompetensi apoteker rumah sakit dalam menciptakan pelayanan kefarmasian yang
aman dan berkualitas sesuai dengan standar keselamatan pasien.
Menurut Yuni Bachtiar sebagai kepala
instalasi farmasi RSMH , penghargaan ini merupakan contoh bagi apoteker lainnya
di RSMH agar dapat berprestasi
lebih baik lagi, tentunya ini merupakan kerjasama tim yg solid sehingga bisa
memperoleh predikat sebagai juara.
RSMH patut berbangga mempunyai apoteker-apoteker yg berprestasi, semoga akan lahir Winda Kirana -
Winda Kirana lain yg akan mengharumkan nama RSMH di kancah nasional maupun
internasional.
( Humas RSMH)
Minggu, 07 Juli 2019
INFEKSI PADA SISTEM SARAF PUSAT
PENYAKIT INFEKSI PADA SISTEM SARAF PUSAT
oleh dr. Andika
Okparasta, Sp.S
Penyakit infeksi Sistem Saraf Pusat (SSP) adalah penyakit pada saraf pusat yang disebabkan oleh invasi atau multiplikasi mikroorganisme di dalam susunan saraf pusat.
Dalam acara talkshow "Info Sehat" kerjasama RSUP Dr.Mohammad Hoesin dengan TVRI Palembang Sabtu,6 Juli 2019 dr.Andika menjelaskan bahwa berdasarkan jaringan yang terlibat, penyakit infeksi sistem saraf pusat dibagi menjadi (1) infeksi meningeal yang melibatkan selaput meningen otak baik pachymeningen atau lepromeningen dan (2) infeksi pada parenkim otak (ensefalitis) dan medula spinalis (myelitis).
Pada banyak kasus, infeksi meningeal sering juga melibatkan parenkim otak, disebut sebagai meningoencefalitis. Penyakit infeksi SSP meliputi meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, abses serebri, malaria serebral, abses serebri, dan spondilitis.
Data epidemiologi menunjukkan angka kematian akibat ensefalitis di Amerika Serikat mencapai 1400 kematian pertahun. Laporan dari 20 negara (di Eropa
, Amerika Serikat, dan Asia) yang diterbitkan tahun 2017 menunjukkan penyakit infeksi sistem saraf pusat terbanyak yaitu meningitis yang disebabkan dengan Pneumococci, sp dan Mycobacterium tb, sementara pada individu HIV paling tinggi yaitu meningitis kriptokokus.
Dari keseluruhan pasien infeksi yang dirawat yaitu 73% pasien sembuh tanpa gejala sisa, 18% pasien sembuh dengan gejala sisa dan 9% pasien meninggal. Di Indonesia, belum banyak data yang didapat mengenai infeksi sistem saraf pusat. Laporan dari RSUP dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta hingga tahun 2016 didapatkan kasus infeksi terbanyak yaitu meningitis tuberkulosis (40,1%) dan ensefalitis toksoplasmosis (21,1%), sisanya yaitu ensefalitis viral (4,5%), meningitis kriptokokus (5,2%), abses serebri (5,2%), meningitis bakterialis (0,7%) dan sebanyak 22,5% kasus penyebabnya tidak diketahui.
Laporan dari RS dr. Saiful Anwar, Malang tahun 2016 menunjukkan toksoplasmosis serebri merupakan kasus infeksi yang paling banyak terjadi disusul meningitis tuberkulosa, dengan angka kematian tertinggi (41,2%) disebabkan oleh meningitis tuberkulosa.
Etiologi penyakit infeksi pada sistem saraf pusat bermacam-macam, seperti bakteri (Haemophilus influenza, Streptococcus pneumoniae, Nisseria meningitidis, Klebsiella sp, dan Mycobacterium tuberculosa), protozoa (Toxoplasma gondii, Plasmodium falcifarum), jamur (Cryptococcus neoformans, Cryptococcus gatii) dan autoimun.
Gejala klinis penyakit infeksi SSP bervariasi seperti demam, nyeri kepala hebat disertai muntah proyektil, kaku kuduk, kejang, penurunan kesadaran, paresis nervi kraniales, hemiparesis dan paraparesis (bila infeksi menyerang medula spinalis).
Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didukung oleh pemeriksaan raduiologis, (foto polos, CT scan dan MRI), serta pemeriksaan laboratorium.
Gambaran radiologis kepala dapat menunjukkan edema serebri, penyangatan kontras, infark serebri, hidrosefalus, massa kistik dan juga atrofi serebri. Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis etiologi yaitu pemeriksaan cairan serebrospinal (analisa cairan serebrospinal, PCR, kultur) dan juga serologi (antigen-Cryopto, anti-toxo, anti-NMDAR).
Tatalaksana penyakit infeksi SSP mencakup tatalaksana kausatif dan suportif. Tatalaksana kausatif dimulai dengan terapi empiris sesuai dengan patogen penyebab dan dapat juga berupa tindakan operatif, sementara tatalaksana suportif berupa pengendalian kejang, penanganan komplikasi, pemberian nutrisi, dan rehabilitasi medik.
(Laporan IP3 Humas RSMH)
Kamis, 04 Juli 2019
ANAK ADALAH HARAPAN BANGSA
ANAK ADALAH HARAPAN BANGSA
(oleh Dr. Risma Rini, Sp.A (K)
Disampaikan
oleh Dr. Risma Rini, Sp.A (K), pada Talkshow Kesehatan Interaktif, kerjasama
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan Stasiun Televisi Sriwijaya TV Palembang,
pada tanggal 22 Juni 2019.
Anak
adalah harapan orang tua. Anak adalah generasi penerus bagi bangsa dan negara.
Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang sehat, kuat dan cerdas sebagai
generasi penerus. Bagaimana kondisi anak-anak Indonesia sekarang ini ?
Masalah
anak di Indonesia sekarang masih mengenai angka kematian bayi yang tinggi.
Angka kematian bayi di Indonesia masih 28 permil. Artinya dari 1000 bayi yang
lahir hidup ada 28 bayi yang meninggal sebelum merayakan ulang tahun
pertamanya. Angka ini belum mencapai target Pemerintah yaitu 24 permil, dan
masih lebih tinggi dibandingkan angka kematian bayi di negara-negara lain
bahkan bila dibandingkan dengan sesama negara Asia tenggara yang lain.
Apa saja yang menjadi penyebab kematian bayi tsb?
Apa saja yang menjadi penyebab kematian bayi tsb?
Sekitar
30% dari penyebab kematian tsb berkait dengan keadaan pada bayi baru lahir
seperti kelahiran prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan berat badan
kurang dari 2.000 gram, dan kelainan bawaan yang berat seperti anensensefali,
gastroschizis, atresia ani serta kelainan jantung bawaan.
Penyebab
lainnya adalah penyakit infeksi, seperti diare, pnemonia, campak, malaria,
demam berdarah, meningitis dan tetanus.
Umumnya
kematian akibat penyakit tsb berhubungan dengan status gizi anak yang kurang
atau buruk.
Sebagai
generasi penerus diharapkan semua anak dapat menjadi orang dewasa yang
berkualitas. Sementara kualitas seseorang ditentukan bagaimana proses tumbuh
kembangnya selama masa kanak-kanaknya.
Di
Indonesia masih banyak anak yang
mengalami gangguan pertumbuhan berupa gizi kurang bahkan sampai gizi
buruk. Sekitar 37% anak tergolong pendek sebagai akibat kurang gizi yang
berlangsung kronis. Keadaan ini berkaitan dengan kemiskinan dan ketidak tahuan
orang tua mengenai makanan yang bergizi, tidak memberikan ASI secara eksklusif
pada anak-anaknya dan tidak memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang
cukup dengan komposisi yang lengkap dan seimbang.
Disamping itu masih tingginya kejadian penyakit kronis seperti Tbc paru, kelainan jantung bawaan, penyakit ginjal dan keganasan juga ikut berperan.
Disamping itu masih tingginya kejadian penyakit kronis seperti Tbc paru, kelainan jantung bawaan, penyakit ginjal dan keganasan juga ikut berperan.
Sekitar 5% anak mengalami gangguan
perkembangan.
Yang paling banyak adalah gangguan
bicara. Anak-anak tidak bisa berbicara sesuai usia.
Keadaan
ini terjadi karena anak mengalami gangguan pendengaran baik karena faktor keturunan,
tetapi lebih banyak lagi sebagai akibat dari berbagai keadaan pada waktu baru
lahir, seperti kelahiran prematur , BBLR, asfiksia, dan infeksi selama masa
neonatal, termasuk penggunaan alat-alat bantu selama perawatan intensif.
Di
zaman modern sekarang ini penyebab terbanyak anak mengalami gangguan bicara
adalah kurangnya stimulasi dari orang
tua. Kebanyakan orang tua memberikan
media elektronik seperti TV, gadget, dan HP untuk permainan anak mereka.
Media ini tidak memberikan komunikasi 2 arah sehingga anak terlibat dalam
komunikasi, apa lagi bila isi tontonan tidak sesuai dengan usia anak dan
disampaikan dalam bahasa asing maka anak akan terlambat untuk memahami maupun
mengeluarkan kata-kata, bahkan banyak sekali anak yang mengeluarkan kata- kata
yang tidak bisa dipahami apa artinya.
Gangguan
perkembangan berikutnya adalah gangguan motorik, anak terlambat tengkurap,
duduk, merangkak maupun berjalan. Keadaan bisa terjadi karena adanya kelumpuhan
otak sebagai akibat kondisi selama kehamilan, persalinan maupun setelah
persalinan. Ibu-ibu hamil yang mengalami hipertensi, hiper ataupun hipotiroid,
dan infeksi TORCH merupakan penyebab yang sering ditemukan. Kondisi selama
persalinan seperti kelahiran prematur, BBLR, asfiksia, gangguan nafas dan
infeksi selama masa bayi. Kebanyakan anak2 yang mengalami kejang dan penurunan
kesadaran karena infeksi pada otak dan selaput otak juga sering mengakibatkan
kelumpuhan otak yang dikenal dengan Palsy Cerebralis. Keterlambatan motorik
juga bisa disebabkan oleh sindroma Down dan hipotiroid. Anak2 dengan gizi buruk
juga sering mengalami keterlambatan motorik karena otot2 yang lemah dan kurangnya tenanga akibat asupan nutrisi yang kurang. Beberapa anak mengalami
keterlambatan motorik karena kurang distimulasi
karena banyak digendong, tidak dibiarkan bermain bebas dilantai, atau
anak yang terlalu gemuk sehingga membatasi gerakan badannya.
Gangguan
perilaku pada anak seperti autis dan hiperaktif sering terlambat terdeteksi
karena sering dianggap sebagai perkembangan anak normal yang belum mengerti.
Padahal kelainan ini akan berdampak terhadap sosialisasi dan kesiapan belajar
anak. Begitu juga gangguan kognisi, sering kali baru terdeteksi setelah anak
masuk sekolah.
Kesemua
gangguan ini seharusnya dapat dideteksi sedini mungkin, sebelum usia 2 tahun,
usia dimana otak sedang berkembang dengan pesat sehingga prognosisnya akan
lebih baik.
Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah ini?
Pertama lakukan usaha pencegahan seperti
:
- Perbaikan
gizi ibu sebelum hamil
- Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
kepada petugas kesehatan.
- Persalinan
dibantu oleh petugas kesehatan yang kompeten.
- Berikan ASI secara eksklusif, dan pemberian MPASI setelah
usia 6 bulan dengan tetap meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun.
- Berikan
makan dengan nutrisi yang lengkap dan seimbang.
- Berikan imunisasi sampai lengkap
- Berikan
stimulasi kepada anak sesuai umur dan kemampuannya.
- Lakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkaran
kepala dan perkembangan anak secara berkala agar semua kelainan bisa terdeteksi
secara dini.
Bila
dari pemeriksaan ditemukan gangguan segera
rujuk ke dokter spesialis anak untuk diberikan pengobatan yang sesuai.
Salam IP3H (Tika
PKRS)
Langganan:
Postingan (Atom)