drg Budi Asri Kawuryani, MM
Karies gigi adalah
sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan keras gigi.Penyakit ini ditandai dengan gigi berlubang. Lubang gigidisebabkan oleh beberapa tipe dari
bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat
termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa.
Ada
empat faktor penyebab terjadinya karies, yaitu host atau berasal dari gigi,
mikroorganisme dalam mulut, waktu pembersihan gigi, dan substrat yang menempel
pada
Gigi
(biasanya sisa makanan).
Host
atau karakter gigi yang biasanya bersifat menurun, seperti kualitas, ukuran,
dan posisi gigi. Oleh karena itu, kualitas gigi orangtua yang tak baik, dimana
sering mengalami karies, bukan tidak mungkin dialami anak.
Kedua,
mikroorganisme dalam mulut yang tak bisa dihindari. Kuman adalah salah satu
penyebab utama timbulnya karies dalam gigi karena bakteri tersebut berkembang
biak dan menggerogoti email gigi dengan cepat. Oleh karena itu, waktu
membersihkan gigi sangatlah penting untuk diperhatikan.
Menggosok
gigi minimal dua kali sehari dengan gerakan halus agar tidak menimbulkan
masalah kesehatan gigi lain, seperti gusi turun yang dapat menyebabkan gigi
sensitif.
Terakhir,
pemilihan makanan yang baik untuk gigi. Makanan manis adalah makanan yang
sepatutnya dihindari karena gula atau glukosa yang tertinggal di sela-sela gigi
atau gusi adalah sumber energi bagi bakteri mukut agar bisa terus tumbuh
danberkembang biak dalam tubuh.
Proses perjalanan Caries Gigi
Proses
terjadinya karies
gigi dimulai dengan
adanya plaque di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri
berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang
akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi
email berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi
interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai
kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitas (lubang) baru timbul bila dentin terlibat dalam proses
tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi
sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang
makrokopis dapat dilihat.Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya
lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik,
kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan
lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat
lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru
setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies
yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi,
suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan
lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga
minggu menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih
menjadi kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran
6 bulan ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24
tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang
ini karena banyak pemakaian flourida, kavitasi akan
berjalan lebih lambat daripada dahulu.
Pada anak-anak,
kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan:
- Email gigi yang baru erupsi lebih mudah
diserang selama belum selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan
mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung terutama 1 tahun
setelah erupsi.
- Remineralisasi yang tidak memadai pada
anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola
makannya (sering makan makanan kecil).
- Lebar tubuli pada
anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi
yang tidak memadai.
- Diet yang buruk dibandingkan
dengan orang dewasa, pada anak-anak
terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil,
diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam
mulut.
Macam –macam
kerusakan gigi
1.
Abrasi :
brasi gigi merupakan keadaan abnormal dimana
ada lapisan pada gigi yaitu email yang hilang dan terkikis, atau terkadang
hingga lapisan yang lebih dalam dari email yaitu dentin (Mozartha, 2007).
Abrasi gigi adalah keausan secara abnormal dari gigi geligi akibat benda asing
seperti tekanan penyikatan gigi dalam arah horizontal yang terlalu kuat
disepanjang leher gigi (Eccles dan Green, 1994).
Penyebab abrasi gigi
Menurut Mozartha (2007) penyebab abrasi gigi
adalah disebabkan oleh gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi dan objek
eksternal, atau karena gaya friksi antara bagian gigi yang berkontak dengan
benda abrasif. Beberapa penyebabnya adalah: Abrasi gigi yang disebabkan oleh
penyikatan gigi dengan arah horizontal dan dengan penekanan berlebihan
2.
Rampant
Caries
Rampant caries adalah karies (lubang gigi) yang terjadi pada hampir seluruh gigi geligi dan proses terjadinya
sangat cepat (progressive). Akibatnya terjadi karies dimana-mana, peradangan akut gusi dan jaringan mukosa di
dalam mulut
Pada karies rampan,
gigi berlubang lebih disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang menumpuk jadi plak pada gigi anak.
3.
Sekunder caries
Caries yang terjadi
pada tepi restorasi gigi yang dikarenakan permukaan yang kasar, tepi
menggantung ( overhanging margin ), pecahnya bagian –bagian gigi posterior
yang mempunyai kecenderungan karies karena sulit dibersihkan.
Pencegahan
terhadap kerusakan gigi ( karies gigi )
1. Aplikasi
Fluor
Di dalam
rongga mulut perubahan jumlah mineral pada gigi sering terjadi.Pada keadaan
biasa, keluar masuknya mineral adalah hal yang normal. Ketika pH (tingkat
keasaman) turun menjadi di bawah 5,5 dan terjadi dalam waktu lama, maka proses
demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan
lebih banyak mineral gigi yang larut dan menimbulkan karies.
Pencegahan karies dapat dilakukan salah satunya
adalah dengan pendekatan preventif menggunakan bahan fluoride.Pendekatan
preventif menggunakan bahan fluoride merupakan salah satu cara yang cukup
efektif untuk mencegah kerusakan email.
Pemberian fluoride dapat dilakukan dengan kumur larutan
fluoride, menyikat gigi dengan pasta gigi, memoles gigi dengan profilaksis yang
mengandung fluoride dan aplikasi topikal fluoride yang sering digunakan di
praktek dokter gigi (Beltran, 2000). Mekanisme fluoride dalam pencegahan karies
adalah dengan meningkatkan ketahanan email terhadap demineralisasi (hilangnya
mineral gigi), meningkatkan proses remineralisasi (bertambahnya mineral gigi)
pada permukaan email, menghambat sistem enzim bakteri yang merubah karbohidrat
menjadi asam dalam plak gigi gigi dan adanya efek bakteriostatik dengan
menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi (Lussi,dkk., 2012).
Aplikasi fluoride secara topikal dapat diberikan dalam bentuk
foam, gel dan varnish ( Rugg-Gun, 2013 ). Menurut Collins (2008). ketiga bentuk
fluoride topikal tersebut mempunyai indikasi masing-masing, yaitu bentuk gel
lebih efektif diberikan pada anak usia sekolah, bentuk foam lebih efektif
diberikan pada gigi susu atau gigi molar pertama yang baru erupsi, sedangkan
bentuk varnish efektif dalam mencegah karies pada anak-anak, dewasa, dan
individu dengan risiko karies tinggi. Dari ketiga bentuk fluoride topikal
tersebut, varnish memberikan kenyamanan yang lebih baik kepada pasien dan juga
waktu yang lebih singkat.
Collins (2008), menyatakan bahwa pemberian
fluoride topikal pada pasien dengan risiko karies rendah tidak akan berdampak
banyak terhadap penurunan angka karies dibandingkan dengan pasien dengan risiko
karies sedang dan tinggi. Penggunaan fluoride secara topikal untuk pencegahan
karies gigi pada anak-anak lebih disarankan karena waktu aplikasi yang lebih
singkat dan juga lebih nyaman bagi pasien anak-anak (Carvalho,dkk, 2010).
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Azarpaazhooh dan Main (2008)
menunjukkan bahwa aplikasi fluoride topikal setiap enam bulan sekali efektif
dalam mencegah karies gigi baik pada gigi susu maupun permanen. Oleh karena itu
aplikasi fluoride topikal sangat disarankan untuk menurunkan angka karies gigi
terutama pada anak-anak yang rentan terhadap karies gigi.
2. CCP-ACP
Terdapat
beberapa tindakan preventif dalam mencegah karies gigi, Salah satu
tindakan preventif tersebut adalah dengan cara meremineralisasikan daerah yang
bermasalah dengan Casein Phosphopeptide
- Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP). Material ini berasal dari protein susu sapi yang kaya
akan fosfatpeptida sehingga dapat mencegah perkembangan Streptoccocus mutan dan
membentuk barrier di
permukaan enamel gigi.
Kalsium fosfat yang tinggi mampu masuk ke
dalam permukaan email dan membentuk kembali bagian yang kosong sehingga dapat
menghambat proses karies. CPP-ACP akan membentuk ikatan nano komplek serta
menghasilkan k-casien dan b-casein sehingga mampu mencegah perlekatan
dari Sterptococcus mutans. Dalam
bidang kedokteran gigi, CPP-ACP dapat digunakan untuk menstabilkan mineral
didalam rongga mulut, memberi perlindungan gigi, menetralkan suasana asam
seperti pada pasien xerostomia, meningkatkan
kekasaran permukaan email gigi, meminimalkan rasa ngilu (sensitivitas
paska bleaching dan scalling maupun pada gigi yang
hipersensitif), meremineralisasi gigi yang white spot/fluorosis.
CPP–ACP
aman digunakan untuk setiap individu, baik individu dewasa, anak-anak, maupun
orang tua. Beberapa referensi menyatakan CPP-ACP dapat digunakan untuk ibu
hamil dan bayi terutama anak-anak di bawah usia dua tahun dengan
lesi karies awal. Namun sifat preventif dari CPP-ACP tidak dapat mengobati
karies yang sudah disertai rasa sakit yang terus menerus dan luas (karies yang
sudah mencapai pulpa) dan individu yang alergi dengan susu sapi.
Permukaan
gigi belakang yang kita pakai untuk mengunyah tidak rata dan datar, melainkan
memiliki ceruk-ceruk yang sempit dan dalam (pit dan fissure).Kedalaman dan
bentuk pit dan fissure ini bervariasi antar individu. Ada orang yang
pit dan fissure di permukaan gigi gerahamnya lebih dalam dan sempit
dibandingkan yang lain. Di dalam pit dan fissure inilah sisa-sisa makanan
terjebak dan sangat sulit dibersihkan oleh sikat gigi, bahkan yang memiliki
bulu sikat paling halus sekalipun.
Fissure Sealant adalah
perawatan preventif dengan cara meletakkan bahan pada pit dan fisura gigi yang
bertujuan untuk mencegah proses karies gigi. Bahan fissure sealant berpenetrasi dan menutup semua celah, pit dan
fisura pada permukaan oklusal gigi. Kondisi
ini sangat kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri, yang lama
kelamaan pada bagian ini dapat berkembang menjadi karies gigi. Hal ini dapat
terutama terjadi pada anak-anak, pada gigi tetapnya yang baru tumbuh. Namun
dapat juga terjadi pada orang dewasa. Menurut Journal of American Dental
Association, diperkirakan 84% dari karies yang dialami oleh individu berusia
5-17 tahun melibatkan permukaan gigi bagian pit dan fissure.
Salah
satu ciri khas karies yang terjadi pada gigi orang dewasa adalah karies
menggaung, di mana permukaan gigi secara kasat mata tampak utuh dan bagus tapi
sebetulnya karies sudah mencapai lapisan dentin yang jauh lebih lunak dan mudah
terserang karies dibandingkan lapisan email gigi yang lebih keras. Karies
seperti ini baru terdeteksi saat dokter gigi melakukan pemeriksaan dengan
menelusuri pit dan fissure dengan instrumen yang ujungnya runcing, yang disebut
sonde.Bila ada suatu titik dimana sonde tersangkut, besar kemungkinan disitulah
letak akses karies ke lapisan dentin.
Lubang yang sangat kecil ini bila
dipreparasi oleh dokter dengan menggunakan bur dapat menjadi besar, karena
lapisan email yang tidak terdukung oleh lapisan dentin harus diambil sebab jika
dibiarkan pun lama-lama email tersebut akan pecah. Setelah itu barulah terlihat
lubang yang menganga dibawahnya.
Perhatikan bagian pit dan fisur
yang berwarna kecoklatan/kehitaman, sebagai tanda telah terjadi proses karies.
Salah satu cara yang dapat
mencegah karies pit dan fissure adalah dengan menutup bagian tersebut dengan
suatu bahan adhesive yang dapat mengalir dengan baik ke dalam pit dan fissure.
Waktu yang terbaik adalah sesegera mungkin setelah gigi molar (geraham) pertama
baru tumbuh/erupsi, yaitu saat anak berusia ± 6 tahun.Setelah itu prosedur ini
juga perlu dilakukan pada saat gigi molar kedua baru erupsi, yaitu saat anak
berusia ± 12 tahun.
Bahan yang digunakan adalah
bahan adhesive berbahan dasar resin yang dioleskan ke permukaan gigi yang telah
dibersihkan, lalu dikeraskan dengan bantuan sinar (visible light curing unit).
Bahan sealant ini terus menerus dikembangkan, dan yang kini lazim digunakan
adalah resin komposit flowable yang dapat mengalir dengan baik dan dengan mudah
menutupi bagian-bagian pit dan fissure.
Prosedur ini tidak hanya cocok
untuk anak-anak.Pada orang dewasa dengan resiko karies tinggi pun dapat
dilakukan pit and fissure sealant. Namun pada orang dewasa, perlu pemeriksaan
seksama untuk memastikan apakah memang betul-betul belum ada karies yang sudah
terjadi di bagian pit dan fissure. Jika sudah ada karies, maka penanganannya
bukan lagi dengan pit and fissure sealant tapi gigi tersebut harus dipreparasi
dan ditambal dengan bahan tambal yang sesuai.
Dengan pemeliharaan oral hygiene
yang baik dan prosedur aplikasi yang sesuai standar operasional, bahan sealant
ini dapat bertahan hingga bertahun-tahun.Prosedur ini sudah sejak lama menjadi
cara yang efektif untuk pencegahan karies, sehingga memperkecil biaya yang
mungkin dikeluarkan di kemudian hari untuk penambalan, perawatan saluran akar,
atau pencabutan pada gigi yang mengalami karies.
Salam IP3H (leni-pkrs)