Glaukoma pada
anak-anak adalah gangguan mata yang berakibat pada peningkatan tekanan
intraocular dan kerusakan saraf optic. Meskipun glaucoma pada anak-anak
memiliki sebagian karakteristik yang sama dengan glaucoma pada orang dewasa,
terdapat beragam masalah penganan yang khusus bagi anak-anak. Glaukoma primer
pada anak-anak terbagi penjadi glaucoma kongenital, glaucoma juvenile sudut
terbuka, glaucoma terkait penyakit sistemik, dan glaucoma terkait anomaly mata
lainnya.
Glaukoma juvenile sudut terbuka atau
juvenile open-angle glaucoma (JOAG)
adalah bentuk dari glaucoma sudut terbuka primer dengan cirri adanya
peningkatan TIO pada pasien berusia antara 4 hingga 35 tahun. Sebagian JOAG diwariskan
secara autosomal dominan dan paling sering melibatkan protein myocilin.AAO. JOAG adalah
kondisi langka yang terjadi pada 1 dari 50.000 orang. Penelitian populasi
terakhir melaporkan bahwa insiden JOAG adalah 0,38 per 100.000 pendudukberusia
4 hingga 20 tahun.
JOAG berhubungan dengan myopia dan peningkatan TIO berat dengan fluktuasi yang besar. JOAG pada umumnya terlambat dideteksi dan sering kali datang dengan kerusakan nervus optikus yang lanjut dan TIO yang lebih dari 40 mmHg. Penting bagi klinisi untuk mengenali JOAG karena JOAG merupakan neuropati optik kronik yang biasanya melibatkan kedua mata dan berpotensi mengakibatkan kebutaan. Pemeriksaan TIO harus dilakukan sedini mungkin pada anak-anak, terutama dengan riwayatkeluarga glaucoma.
JOAG berhubungan dengan myopia dan peningkatan TIO berat dengan fluktuasi yang besar. JOAG pada umumnya terlambat dideteksi dan sering kali datang dengan kerusakan nervus optikus yang lanjut dan TIO yang lebih dari 40 mmHg. Penting bagi klinisi untuk mengenali JOAG karena JOAG merupakan neuropati optik kronik yang biasanya melibatkan kedua mata dan berpotensi mengakibatkan kebutaan. Pemeriksaan TIO harus dilakukan sedini mungkin pada anak-anak, terutama dengan riwayatkeluarga glaucoma.
Terapi medikamentosa bagi pasien
JOAG pada umumnya gagal. Tekanan TIO pada kasus JOAG pada umumnya tidak mampu
dikendalikan hanya dengan pengobatan saja.Dibandingkan glaucoma primer sudut
terbuka, tatalaksana JOAG cenderung lebih sering melibatkan tindakan operasi.
Sebagian besar pasien memerlukan prosedur trabekulektomi atau implantasi alat
drainase glaucoma jika diperlukan.1, 2
Mengingat JOAG mengakibatkan gangguan penglihatan dan
kebutaan yang nantinya sangat mempengaruhi perkembangan kualitas hidup dan
membatasi kemampuan aktivitas sehari-hari, pengetahuan akan JOAG penting untuk
dimiliki oleh dokter umum. Diagnosa dan perujukan
terhadap ahli glaucoma yang cepat akan memberikan pasien kemungkinan terbaik
untuk mempertahankan penglihatannya. Oleh karenaitu, kasus ini akan membahas
mengenai etiologi dan patogenesis, klasifikasi, gambaran klinis, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana, dan prognosis dari JOAG.
2.1 Definisi Glaukoma Juvenil
Glaukoma adalah
penyakit yang ditandai oleh adanya neuropati optik yang berhubungan dengan
defek lapangan pandang, dengan peningkatan tekanan intraokuler sebagai salah
satu faktor resiko utama. Glaukoma juvenile adalah bentuk glaukoma sudut
terbuka primer dengan peningkatan tekanan intraokular yang terjadi pada usia 4
tahun hingga 35 tahun.
2.2 Epidemiologi
Glaukoma
sudut terbuka onset juvenil (glaukoma juvenile) suatu glaukoma sudut terbuka
primer familial dengan onset dini, sekitar 5% dari seluruh kasus glaukoma sudut
terbuka familial, dan sekitar 3% kasus glaukoma sudut terbuka primer non
familial disebabkan oleh mutasi gen myocilin.5
Glaukoma
juvenile terjadi kira-kira 1:50.000 orang. Tidak ada catatan mengenai
mortalitas glaukoma juvenile ini, namun morbiditas dapat terjadi berupa
hilangnya penglihatan apabila terlambat didiagnosis dan ditatalaksana.
Frekuensi terjadinya dan keparahan glaukoma juvenile pada laki-laki dan
perempuan hampir sama, namun ada kecenderugan secara frekuensi lebih banyak
terjadi pada laki-laki. Glaukoma juvenile dapat terjadi mulai umur 4 sampai 35
tahun, namun onset peningkatan tekanan intraokluer rata-rata terjaid pada umur
5-10 tahun. Glaukoma juvenile sering terdiagnosis saat masa remaja atau selama
masa dewasa awal pada kasus sporadik.
2.3 Etiologi
Glaukoma juvenile merupakan penyakit
keturunan autosomal resesif akibat mutasi pada gen myocilin. Gen ini juga dikenal sebagai trabekular meshwork-inducible glucocorticoid response (TIGR).
Peneliti menemukan bahwa mutasi pada TIGR ini dapat meningkatkan TIO. Masih dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana peran gen myocilin ini dalam
menyebabkan glaukoma.
2.4 Anatomi dan fisiologi
Aplikasi
Anatomi dan Fisiologi
Korpus siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada
potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal
iris (sekitar 6mm). Korpus siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang
berombak-ombak, pars plana dan zona datar, pars plikata. Prosesus siliaris
berasal dari kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena korteks.Prosesus
siliaris dan epitel siliaris berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor.
Komposisi Humor Aqueous
Humor Aqueous adalah suatu
cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Volumnya sekitar
250 µL dan kecepatan pembentukannya sekitar 2,5µL/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dari plasma. Komposisi serupa dengan
plasma tetapi cairan ini memiliki komposisi askorbat, piruvat, dan laktat yang
lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.
Pembentukan Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh korpus siliare. Ultra fitrat plasma yang dihasilkan di stroma
prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesussekretoriusepitelsiliaris.
Setelah masuk ke kamera
anterior ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini
terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah dari iris.Peradangan atau trauma intraokuler menyebabkan
peningkatan konsentrasi protein (humor aqueous plasmoid) dan sangat mirip serum
darah.
Aliran
Keluar Aqueous Humor
Organ yang berperan pada
outflow aqueous pada sudut COA disebut trabekulum (trabecular meshwork).
Struktur seperti ayakan Terdiri dari tiga bagian yakni: uveal meshwork, korneoskleral meshwork, dan endothelial meshwork (juxta
canalicullar).
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastis yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu
saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis
schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula
memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor
aqueous juga meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam canal
Schlemm bergantung kepada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di
lapisan endotel. Saluran eferen dari kanal Schlemm (sekitar 30 saluran
pengumpul dan 12 vena aqueous) menyalurkan carian ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor aqueous keluar dari mata antara
berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uvoskleral).
Glaukoma akan terjadi apabila
cairan mata di dalam bola mata alirannya tidak seimbang antara produksi aqueous
dan aliran aqueous keluar bola mata (outflow).
2.5 Patogenesis
Gambaran
patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah adanya proses
degeneratif anyaman trabekula, termasuk pengendapan materi ekstrasel di dalam
anyaman dan di bawah lapisa endotel kanal Schlemm. Hal ini berbeda dari proses
penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase aqueous humor yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.5
Peningkatan tekanan intraokular mendahului kelainan
diskus optikus dan lapangan pandang selama berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun. Walaupun terdapat hubungan yang jelas antara besarnya tekanan
intraokular dan keparahan penurunan penglihatan, efek yang ditimbulkan
pengingkatan tekanan pada nervis opticus sangant bervariasi antar-individu.
Adanya riwayat keluarga yang mengalami glaukoma
sangat berkaitan dengan terjadinya glaukoma juvenile ini. Pada gonioscopy
ditemukan anyaman trabekula yang menebal, iris dengan insersi letak tinggi, dan
prosesus iris menonjol. Hal ini sangat menunjukkan adanya kelainan perkembangan
dari sudut bilik mata yang merupakan dasar patofisiologi dari mekanisme juvenile open-angle glaucoma. Penelitian
yang dilakukan Tawara dan Inomata menunjukkan adanya kemungkinan perkembangan
trabekula meshwork yang tersusun sangat rapat secara histopatologi pada pasien
JOAG (juvenile open-angle glaucoma).trabekula
meshwork yang sangat rapat tersebut memiliki prosesus dan akumulasi bahan ekstraseluler
yang abnormal di ruang trabekula
tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwan jaringan trabekula meshwork
yang terbentuk adalah jaringan yang perkembangannya belum matang sehingga mengganggu sistem
drainase aqueous humor dan meningkatkan resistensi terhadap aliran aqueous
humor. Kelainan trabekula meshwork menyebabkan penurunan outflow dari aqueous humor, hal ini yang merupakan penyebab
terpenting dari terjadinya JOAG (juvenile
open-angle glaucoma).
2.6 Manifestasi Klinis
Asimptomatik
pada awal penyakit dan kemudian kehilangan tajam penglihatan seiring
progresifnya penyakit. Ada beberapa ciri-ciri anak yang menderita glaukoma,
diantaranya :
- Pembesaran bola mata (Bupthalmos)
- Ukuran bola mata lebih besar dari
pada ukuran normal (Megalocornea)
- Silau (Photophobia)
- Mata berair (Epiphora)
- Pembengkakan kornea (Edema cornea)
- Mata merah (Conjunctival injection)
- Kekeruhan kornea
- Tukak kornea
- Cekungan syaraf optik pada retina
- Mata menjadi minus (Myopia)
- Mata menjadi juling (Strabismus)
- Mata malas / lazy eye (Amblyopia)
Pemeriksaan mata
ditemukan, yaitu:
1.
Tonometri dengan digital atau palpasi.
Pemeriksaan ini subjektif namun merupakan pemeriksaan paling mudah dan murah karena
tidakmemerlukan alat. Caranya dengan menyuruh penderita melihat ke bawah, pada
kelopak mata atas diberikan tekanan dengan jari telunjuk kedua tangan
bergantaian. Nilai daya tahan bola mata terhadap tekanan jari. Pada glaukoma
juvenil TIO meningkat pada kedua mata
2. Miopia
3. Lapangan
pandang
Tes
konfrontasi merupakan pemeriksaan paling sederhana. Melihat gangguan lapangan
pandang pasien, dengan dasar membandingkan lapangan pandang pasien dengan
pemeriksa. Pada glaukoma juvenil terdapat kehilangan lapangan pandang
4.
Pemeriksaan slit lamp: normal
Konjungtiva : tidak hiperemis
Kornea : tidak edema
COA : Kesan dalam
Sudut Iridocornealis: terbuka
6.
Gonioskopi: melihat
sudut COA apakah terbuka atau tertutup dengan goniolens. Selain itu juga bisa
menilai apakah terdapat sinekia, pembuluh darah atau robekan di akar iris.
Selain untuk diagnosis, berguna juga untuk menilai jenis operasi apa yang akan
dilakukan. Pada glaukoma juvenil, didapatkan hasil yang normal dengan sudut
terbuka.
2.7 Diagnosis
Anamnesis
Pada
pasien JOAG (juvenile open-angle glaucoma)
memperlihatkan tekanan intra okuler yang normal. Saat pertama kali di periksa
sebaliknya pada pasien yang terjadi peningkatan intra okuler tidak semata-mata
berarti bahwa pasien mengidap galukoma primer sudut terbuka, karena untuk
menegakkan diagnosis perlu adanya bukti-bukti lain berupa adanya diskus optikus
atau kelainan lapangan pandang. Umumnya pasein dengan JOAG datang dengan
keluhan:
- Gangguang
penglihatan (visus menurun)
- Adanya
keluhan pasien melihat halo (pelangi disekitar lampu) ataupun silau ketika
melihat lampu menyala
- Lapangan
pandang menurun
- Mata
tidak nyeri
- Mata
tidak merah
- Tidak
ada mual dan muntah
Terkadang
tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan karena
perjalanan klinisnya yang lambat dan progresif .
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan
visus : terkadang adanya penurunan visus.
- Funduskopi
: papil atrofi, CDR > 0,6 atau lebih, medialisasi, penipisan
neuroretinal rim, dan excavatio glaucomatous.
- Slit
lamp: konjungtiva tidak hiperemis, kornea tidak edem, COA kesan dalam,
sudut iridocornealis terbuka.
- Tonometri:
dengan digital (palpasi) tonometri
Dasar:
Merupakan pengukuran tekanan bola mata
dengan jari pemeriksa.
Alat:
Jari telunjuk kedua tangan
Teknik:
§ Mata ditutup
§ Pandangan kedua mata menghadap kebawah
§ Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
§ Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian
belakang kornea bergantian
§ Satu telunjuk menyeimbangi tekanan saat telunjuk lainnya
menekan bola mata
Nilai:
Didapat
kesan berapa ringannya bola mata dapat ditekan. Penilaian dilakukan dengan
pengalaman sebelumnya yang dapat dicatat, N : normal, N+1 : tekanan
bola mata agak tinggi, N-1 tekanan bola mata agak rendah.
Sangat
baik bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai, seperti pada
sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Tetapi pemeriksaan ini
memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subjektif.
- Lapangan
pandang : tes konfrontasi
Tujuan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
gangguan lapangan pandangan pasien.
Dasar
Membandingkan lapangan pandangan pasien dengan pemeriksa.
Teknik
§ Pasien dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan
jarak kira-kira 1 meter
§ Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan pemeriksa
ditutup
§ Mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien saling
berpandangan, sebuah benda diletakkan antara pasien dengan pemeriksa pada jarak
yang sama
§ Benda mulai digerakkan dari perifer ke arah sentral
sehingga mulai terlihat oleh pemeriksa.
§ Bila pemeriksa sudah melihat benda maka ditanya apakah
benda sudah terlihat oleh pasien, hal ini dilakukan untuk semua arah.
§ Percobaan dilakukan pada mata yang satunya baik pada
pemeriksa maupun pada pasien.
Nilai
Jika
benda yang dilihat pemeriksa sama dengan pasien berarti lapangan pandangan
sama. Bila pasien melihat terlambat, berarti lapangan pandang pasien lebih
sempit daripada pemeriksa. Pemeriksaan penunjang rutin
glaukoma
- Gonioskpi
Tujuan
Melihat langsung
keadaan patologik sudut bilik mata, dan untuk melihat hal-hal yang terdapat
pada sudut bilik mata seperti benda asing.
Dasar
Dengan sistem prisma dan penerangan yang cukup sudut
bilik mata dapat dilihat
Teknik
§ Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap
§ Mata yang akan diperiksa diberikan tetes anastesi topikal
§ Pasien duduk menaruh dagu didepan slitlamp
§ Goniolens diletakkan di permukaan kornea
§ Disatukan sinar pada prisma goniolens degan pandangan
§ Yang dilihat pada prisma goniolens:
o Garis Schwalbe
o Trabekulum
o Saluran Schlemm
o Skleral spur
o Badan siliar
Nilai
§ Derajat 0, bila terlihat struktur sudut dan terdapat
kontak kornea dengan iris (sudut tertutup)
§ Derajat 1, bila tidak terlihat ½ bagian jalinan
trabekulum sebelah belakang dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat
sempit
§ Derajat 2, bila sebagian kanal Schlem terlihat
§ Derajat 3, belakang kanal Schlemm dan skleral spur masih
terlihat
§ Derajat 4, badan siliar terlihat (sudut terbuka)
- Tonometri
Tujuan pemeriksaan dengan tonometri adalah untuk mengetahui
tekanan bola mata seseorang (tekanan intra okuler). Rentang tekanan intra
okuler normal adalah 10-21 mmHG. Yang
paling sering digunakan adalah tonometer aplanasi Goldman.
a.
Tonometri Schiotz
Dasar:
Tonometer
Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan
beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada kornea
akan menekan bola mata kedalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam
melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer.
Tujuan:
Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer.
Alat:
§ Obat tetes anestesi lokal (tetrakain atau pantokain)
§ Tonometer Schiotz
Teknik:
§ Pasien diminta melonggarkan pakaian termasuk dasi yang
dipakai
§ Pasien diminta tidur telentang ditempat tidur
§ Mata ditetes dengan tetrakain/pantokain
§ Ditunggu sampai pasien tidak merasa perih
§ Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari
(jangan tertekan bola mata pasien)
§ Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan
matanya atau pasien melihat kelangit-langit ruangan pemeriksaan
§ Telapak tonometer Schiotz diletakkan pada permukaan
kornea
§ Setelah telapak tonometer menunjukkan angka yang tetap,
dibaca nilai tekanan pada skala busur Schiotz.
Nilai:
Pembacaan
skala dikonfersi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam mmHg. Tekanan bola
mata normal 15-20 mmHg. Tonometer Schiotz tidak dapat dipercaya pada miopia dan penyakit tiroid
karena terdapat pengaruh kekakuan sklera pada pemeriksaan.
b.
Tonometri Aplanasi
Tujuan:
Pemeriksaan
ini untuk mendapatkan tekanan intra okuler dengan menghilangkan pengaruh
kekakuan sklera dengan mendatarkan permukaan kornea.
Dasar:
Tekanan sama
besar dengan tenaga dibagi dengan luas yang ditekan (P=F/A). Untuk mengukur
tekanan mata harus diketahui luas penampang yang ditekan alat sampai kornea
rata dan jumlah tenaga yang diberikan. Pada tonometer aplanasi Goldmann jumlah
tekanan dibagi penampang dikali sepuluh dikonfirmasi langsung kedalam mmHg
tekanan bola mata.
Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan
sklera (scleral rigidity) karena pad
atonometer aplanasi pengembangan mata dalam 0,5 mm3 sehingga tidak
terjadi pengembangan sklera yang berarti.
Alat:
1. Slitlamp dengan sinar biru.
2. Tonometer aplanasi
3. Flouresein strip/tetes
4. Obat tetes anestesi lokal (tetrakai/pantokain)
Teknik:
§ Mata yang akan diperiksa diberi anestesi topikal
§ Pada mata tersebut ditempelkan kertas fluoresein. Sinar
oblik warna biru dari slitlamp disinarkan pada dasar telapak prisma tonometer
aplanasi Goldmann
§ Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp
dan dahi tepat pada penyangganya.
§ Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10
mm
§ Telapak prisma aplanasi di dekatkan pada kornea
perlahan-lahan
§ Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran
pada kornea yang sudah diberi fluoresein terlihat berimpit antara bagian luar
dengan bagian dalam.
§ Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer. Tekanan
tersebut merupakan tekanan intra okuler dalam mmHg.
Nilai:
Dengan
tonometer aplanasi tekanan bola mata lebih dari 21 mmHg dianggap menderita glaukoma.
c.
Tonometri Non Kontak
Tonometri non kontak
tidak seteliti tonometer aplanasi. Dihembuskan sedikit udara pada kornea. Udara
terpantul dari permukaan kornea mengenai membran penerima tekanan pada alat
ini.metoda ini tidak memerlukan anastesi, karena tidak ada bagian alat yang
mengenai mata. Jadi dengan mudah di pakai oleh teknisi dan berguna dalam
program penyaringan.
- Perimetri
Perimetri Goldman
Tujuan
Perimetri
dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer dan melihat kemampuan
penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian dapat dilakukan pemeriksaan
defek lapangan pandangan.
Dasar
Saraf
yang mempunyai fungsi sama akan mempunyai kemampuan melihat yang sama. Bila ada rangsangan sinar pada retina maka retina akan
melihat rangsangan tersebut.
Teknik
§ Pemeriksa menerangkan terlebih dahulu tentang perlunya
kerjasama pada pemeriksaan, perlunya fiksasi terus menerus dan diminta untuk
bereaksi cepat bila sudah melihat sinar yang datang dari perifer.
§ Pasien dimintaduduk didepan perimetri Goldman dengan dagu
terletak pada bantalan dagu.
§ Sebelah mata ditutup.
§ Mata yang tidak ditutup diberi koreksi untuk jauh
disertai kacamata adisi dan diminta fiksasi pada target yang terletak 33 cm
didepanmata pasien.
§ Objek bercahaya digeser dari perifer (tak terlihat)
kearah sentral ( daerah terlihat) daerah fiksasi
§ Pasien harus segera memberitahu bila melihat cahaya, yang
dicatat pada kartu kampus. Bila ditemukan defek lapang pandangan maka
pemeriksaan diulang paling sedikit dua kali.
§ Hal ini dilakukan pada 18-20 meridian.
§ Selama pemeriksaan pemeriksa dapat melihat kemampuan
fiksasi melalui lobang pengintip.
Nilai
§ Dilihat defek lapang pandangan yang tergambar pada kartu
kampus, dan berdasarkan susunan anatomik diketahui letak gangguan serat saraf.
§ Dapat ditemukan kelainan retina, saraf, glaukoma, dan
saraf optik.
Makin kecil
objek, makin besar kemungkinan ditemukannya skotoma, karena makin cepat pasien
sukar melihat sehinggga akan memberikan reaksi yang lebih cepat untuk
menyatakan benda yang tidak terlihat.
- Funduskopi
a. Pemeriksaan ophtalmoskop
langsung
Tujuan
Untuk menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli.
Dasar
Cahaya yang dimasukkan kedalam
fundus akan menghasilkan reflek fundus. Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar .Funduskopi
dilihat dikamar gelap.
Nilai
Pada
papil saraf optik dapat terlihat apakah ada papil edema, hilangnya pulsasi
vena, saraf optik, ekskavasi papil pada glaukoma dan atrofi saraf optik. Pada
retina dapat dinilai kelainan seperti perdarahan subhialoid, perdarahan
intraretina, lidah api, dots, blots, edema retina dan edema makula. Pembuluh
darah retina dapat dilihat perbandingan atau ratio arteri vena, perdarahan
arteri dan vena dan adanya mikroaneurisma dari vena.
Pada glaukoma
dapat terlihat:
-
kelainan
papil saraf optik (papil glaukomatous)à pembesaran cup yang konsententrik, saraf optik pucat
atau atropi, saraf optik tergaung
-
kelainan
serabut retina, serat yang pucat atau atropi akan berwarna hijau
-
tanda
lainnya seperti perdarahan peripapilar
Gambar
12. Funduskopi direk (a) funduskopi normal (b) funduskopi glaukoma
b.
Ophtalmoskop Tidak Langsung
Alat
ini digunakan untuk melengkapi pemeriksaan ophtalmoskopi langsung. Ophtalmoskop
tidak langsung dipasang dikepala pemeriksa dan memungkinkan pandangan binokular
melalui sepasang lensa dengan kekuatan lengkap. Pasien diminta melihat kearah
kuadran yang diteliti. Sebuah lensa cembung dipegang beberapa inchi dari mata
pasien dengan arah yang tepat sehingga serentak memfokuskan cahaya pada retina.
Alat ini memberikan lapangan pandang yang jauh lebih lebar dengan pembesaran
yang lebih lemah
Gambar
13. Pemeriksaan Ophtalmoskop tidak
langsung
2. 2.8 Tatalaksana
2.8.1 Medikamentosa:
Obat glaukoma dapat sementara waktu mengontrol TIO.
Seringkali TIO meningkat setelah 1–3 tahun yang mungkin menyebabkan resisten
terhadap semua obat dan dibutuhkan operasi mata. Obat-obat yang dapat
diberikan, yaitu:
1.Beta blokers (timolol ophthalmic)
Dapat menurunkan TIO, dengan atau tanpa glaukoma dengan menghambat aliran.
Digunakan sebesar 0,25% atau 0,5% larutan dan dioleskan ke mata 1-2 kali per
hari.
2.Prostaglandin agonis (Latanoprost atau Xalatan)
Untuk menurunkan TIO pada pasien intoleran terhadap obat penurun TIO yang
lain.
3.Anti glaukoma
Pengobatan kombinasi dapat menurunkan sekresi aqueous humor, dan lebih
baik dari monoterapi, serta dapat meningkatkan kepatuhan dalam pemakaian obat.
Kombinasi ini dapat diberikan pada anak usia 2 tahun atau lebih. Obat anti
glaukoma yang termasuk yaitu:
1. Alfa adrenergik agonis: berfungsi untuk menurunkan produksi
aquous humor dan mengurangi tahanan terhadap aliran keluar cairan aquous,
seperti epinefrin, apraclonidin.
2. Beta blocker: mengurangi produksi aquous humor oleh corpus
siliaris, seperti timolol maleat, betaxolol
3. Karbonik anhidrase inhibitor: mengurangi sekresi humor aquos
dengan cara menghambat enzim karbonik anhidrase yang terdapat dalam corpus
siliaris, seperti asetazolamid, dorsolamid
4. Parasimpatomimetik : mengerutkan otot siliar, mengencangkan
trabekular meshwork dan meningkatkan aliran aquos seperti Pilokarpin
5. Analog Prostaglandin: meningkatkan aliran keluar humor aquos
melalui induksi metallopoteinase pada badan siliar yang akan merusak matriks
ekstraseluler sehingga mengurangi tahanan terhadap aliran keluar cairan aquos,
seperti latanoprost, trafoprost.
6. Agen hiperosmotik: bekerja dengan cara mengurangi jumlah
cairan vitreus dengan cara membuat darah lebih hipertonik sehingga membuat
cairan vitreus keluar, seperti oral gliserin, oral isosorbid dan urea atau
manitol secara intravena.
2.8.2 Non Medikamentosa:
Indikasi dilakukannya
operasi, yaitu:
1.
Target penurunan
tekanan intraokular tidak tercapai dengan obat.
2.
Kerusakan jaringan
saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif meski telah diberi dosis
maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah dilakukan laser terapi.
3.
Adanya variasi tekanan
diurnal yang signifikan pada pasien dengan kerusakan diskus yang berat.
Jenis operasi yang dapar dilakukan dalam penatalaksaan
glaukoma sudut terbuka adalah :
1. Laser
trabekuloplasti
Laser
trabekuloplasti (LTP) adalah teknik yang menggunakan energi laser yang
dijatuhkan pada anyaman trabekula pada titik yang berbeda, biasanya salah satu
dari pinggir anyaman trabekula (1800). Ada berbagai cara yang tersedia,
diantaranya argon laser trabekuloplasti (ALT), diodor laser trabeculoplasty dan
selektif laser trabeculoplasty (SLT).
LTP
diindikasikan pada pasien glaukoma yang telah mendapat dosis maksimal obat yang
bisa ditoleransi dimana dengan gonioskopi merupakan glaukoma sudut terbuka dan
menuntut penurunan TIO. Selain efektif pada pasien dengan glaukoma sudut
terbuka, LTP juga efektif pada pasien dengan pigmentasi glaukoma. LTP tidak
efektif untuk mengobati glaukoma tekanan rendah dan glaukoma sekunder seperti
uveitis galukoma. LTP dapat menurunkan sekitar 20-25% TIO awal pasien.
2. Trabekulektomi
Trabekulektomi
merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan melalui saluran yang ada dan
sering dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Pada trabekulektomi ini, cairan
mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran keluarnya dipercepat atau
salurannya diperluas. Tujuannnya agar cairan mata bisa melewati anyaman
trabekula menuju ruang subkonjungtiva dimana pada saat bersamaan tekanan
intraokuler optimal tetap dipertahankan (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah) sebagaimana mempertahankan bentuk bulat mata (mencegah pendangkalan
bilik mata depan).11
2. 9
Komplikasi
1. Glaukoma
kronis
Penatalaksanaan
yang tidak adekuat dapat menyebakan perjalan progesif dari glaucoma yang lebih
parah.
2.
Sinekia anterior
Apabila terapi
tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia anterior),
sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior dan menghambat aliran aqueous humor keluar.
3. Katarak
Glaukoma,
pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan terjadi gangguan
permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa.
4. Kerusakan
saraf optikus
Kerusakan
saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi peningkatan tekanan dalam
bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10 – 20 mmHg sedangkan
penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan
terkadang dapat mencapai 50 – 60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang
tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan
semakin berat kerusakan saraf yang terjadi.
5. Kebutaan
Kontrol tekanan intraokular yang
jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.12
2.10 Prognosis
Prognosis sangat
tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Walaupun telah ada teknik
pembedahan, namun tidak menjamin kesembuhan mata. Dengan demikian tetap
diperlukan kontrol teratur. Pada penderita memerlukan pemeriksaan papil saraf
optik (funduskopi) dan lapangan pandang 6 bulan sekali. Bila terdapat riwayat
keluarga glaukoma, buta, myopia tinggi, anemia, hipertensi, diabetes mellitus,
maka harus dilakukan kontrol lebih sering.11
Daftar
Pustaka
1.
Cantor, LB,
Rapuano CJ, Cioffi GA. 2014.Glaucoma. Dalam: American Academy of
OphthalmologySection 10. Italy: BasicandClinical Science Course. 2015-2016.
2.
Chak, G, Mosaed
S, danMinckler DS. 2014. Diagnosing and Managing Juvenile Open-Angle Glaucoma.
Eyenet Magazine, March (2014).
3.
Kwun, Y, Lee EJ,
Han JC, dkk. 2016. Clinical Characteristics of Juvenile-onset Open Angle
Glaucoma. Korean Journal of Ophtalmology. 30 (2): 127-133.
4.
American Academy of Ophtalmology. Basic
and Clinical Science Course Section 10: Glaucoma. 2014-2015.
5.
Vaughan, DG.
Asbury, T. Glaukoma dalam Oftalmologi Umun edisi 17. Widya Medika : Jakarta.
2010.
6.
Walton DS. Juvenile Glaucoma Clinical
Presentation. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1207051-clinical#b4
diakses tanggal 23 April 2016.
7.
Roy FH, Fraunfelder FW, Fraundfelder TW.
Roy and Fraunfelder’s Current Ocular Therapy. Elsavier. China, 2014.
8.
American Academy of Opthalmology. Fundamentals and Principles of Opthalmology, Section 2. The
Foundation of AAO. San Francisco.
2014-2015.
9.
Goldenfeld M,
Melamed S. Albert & Jakoibec’s Principles & Practice of Opthalmology,
chapter 199. Elsevier. Philadelphia. 2008.
10.
Ilyas, sidarta.et al. Penuntun Ilmu
Penyakit Mata. FKUI. Edisi ketiga. Jakarta :Gaya Baru. 2003.
11.
Skuta GL, Cantor LB, 2011. Clinical Evaluation. Dalam: BCSC Glaucoma, Section 10, 2011-2012.
American Academy of Ophthalmology. 2011.
12.
Parul S, Yogesh K, Manoj T, Krishna K,
Parmeshwari DS. Childhood Glaucoma: An Overview. Open Journal of Ophthalmology,
2012.
IP3Humas ( Anie Gumay )
IP3Humas ( Anie Gumay )