KELAINAN
HAID DAN KESUBURAN
Oleh
Dr. Awan Nurtjahyo, Sp.OG(K)
Menstruasi
(Haid) adalah perdarahan secara periodik dan siklik uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium. Haid merupakan pengeluaran darah secara periodik,
cairan jaringan dan debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah
bervariasi. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang
lalu dan mulainya haid berikut. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Lamanya suatu siklus bervariasi normal antara 3 – 10 hari dengan jumlah
darah normal 5-80 cc.
Menstruasi
dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari pertama
menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya). Suatu cara
yang mudah untuk menjelaskan siklus menstruasi endometrium adalah memulainya
segera setelah menstruasi berhenti dan mengikuti siklus ini sampai menstruasi
berikutnya karena siklus ini melewati fase proliferatif dan sekresi (luteal)
Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif,
yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39 tahun.
Gangguan
ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi, atau jumlah dan lamanya
menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami kedua gangguan itu.
1. Gangguan pada lamanya siklus menstruasi:
a.
Polimenore atau Epinore : Siklus menstruasi lebih pendek kurang dari 21 hari
b.
Oligomenore : Siklus menstruasi lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35
hari
c.
Amenore : tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga bulan berturut-turut
2.
Gangguan jumlah darah menstruasi dan lamanya perdarahan:
a.
Hipomenore : Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau kurang dari biasa
dengan discharge menstruasi sedikit atau ringan
b.
Hipermenore atau Menoragia : Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal,
atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Menoragia mungkin terjadi
disertai dengan suatu kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada
kelainan yang nyata pada uterus. Hal ini disebut perdarahan uterus abnormal
Kegagalan
pasangan suami istri (pasutri) dalam memperoleh keturunan, disebabkan oleh
masalah pada pria dan atau wanita. 40 persen kesulitan mempunyai anak terdapat
pada wanita, 40 persen pada pria, dan 30 persen pada keduanya. Anggapan bahwa
kaum wanitalah yang lebih bertanggungjawab terhadap kesulitan mendapatkan anak
adalah kurang tepat.
WHO
juga memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki
masalah infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan infertil.
Disebut Infertilitas primer jika seorang wanita yang telah berkeluarga belum
pernah mengalami kehamilan meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur
tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan.
Sedangkan
infertilitas sekunder apabila wanita tersebut sudah pernah memiliki anak.
Infertilitas dapat disebabkan oleh kelainan pada :
1. Kelainan
pada tuba : Sumbatan di tuba fallopii merupakan salah satu penyebab
infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba
atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi. Peningkatan
insiden penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease –PID).
2. Kelainan
ovarium : Masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista
atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat
pembedahan yang mengganggu siklus ovarium.
Gangguan
Ovulasi yang dibagi ke dalam 4 kelas (WHO)
a.
Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise. Karakteristik dari kelas ini
adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol.
Kelainan ini terjadi sekitar 10 % dari seluruh kelainan ovulasi.
b.
Kelas 2: Gangguan fungsi ovarium. Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan
pada gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85
% dari seluruh kasus kelainan ovulasi.
c.
Kelas 3: Kegagalan ovarium. Karakteristik kelainan ini adalah kadar
gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-
5 % dari seluruh gangguan ovulasi.
d.
Kelas 4: Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat disfungsi
ovarium, memiliki kadar prolaktin yang tinggi.
3. Kelainan serviks :
a.
Perkembangan serviks yang abnormal sehingga mengakibatkan migrasi sperma
terhambat. b.Tumor serviks seperti polip atau mioma yang dapat menutupi saluran
sperma atau menimbulkan discharge yang mengganggu spermatozoa.
c.
Infeksi serviks yang menghasilkan asam atau sekresi purulen yang bersifat
toksin terhadap spermatozoa.
4. Infeksi vagina : seperti vaginitis
dan trikomonas vaginalis akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks,
endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan
dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya
konsepsi. Terjadinya disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau
lingkungan vagina yang terlalu asam juga dapat menyebabkan seorang wanita
kesulitan mengalami kehamilan
Faktor
resiko terjadinya infertilitas antara lain:
1.
Faktor usia
2. Genetic
3. Berat badan (BMI)
4.
Nutrisi, dll
Infertilitas
pada pria dipengaruhi oleh faktor koitus pria yang meliputi spermatogenesis
abnormal, motilitas abnormal, kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi
seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak
adanya vas deferens kongenital, obstruksi vas deferens dan kelainan kongenital
sistm ejakulasi. Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena
mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau varikokel. Masalah
ejakulasi seperti ejakulasian retrograde yang berhubungan dengan diabetes,
kerusakan saraf, obat-obatan atau trauma bedah.
Referensi
1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H.
Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011: 425430.
2. HIFERI (2013). Konsensus Penanganan
Infertilitas. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan fertilitas Indonesia
3. Robert L B. Female Infertility;
Reproductive Endocrinology 7th Edition.2010
Noya/PKRS
ayo daftarkan diri anda di 4g3n365*c0m :D
BalasHapusWA : +85587781483