Terapi Resinkronisasi Jantung (CRT)
Gagal jantung atau lazim dikenal
sebagai pembengkakan jantung adalah tahap akhir atau komplikasi dari proses
penyakit-penyakit jantung lainnya. Pada kondisi ini, pasien sering mengalami
sesak nafas saat aktivitas serta tidak bisa tidur terlentang karena sesak dan
bengkak pada kedua kaki akibat bendungan yang terjadi setelah kekuatan pompa
jantung menurun. Umumnya pasien masih dapat ditangani dengan pemberian
obat-obatan yang merangsang pasien berkemih sehingga mengurangi bendungan
tersebut. Namun pada sebagian pasien, terapi obat tidak lagi mampu mengatasi
gejala yang dialami pasien karena sudah terjadi gangguan hantaran listrik
pemicu gerakan jantung. Irama yang tadinya teratur mulai menjadi tidak
berimbang antara sisi kanan dan kiri jantung. Dengan demikian, fungsi pemompaan
jantung tidak lagi sinkron sehingga kerja pompa jantung menjadi tidak efektif.
Untuk mengembalikan sinkronisasi
ruang jantung kanan dan kiri, dapat dipasang suatu alat bantu yang disebut cardiac resynchronization therapy (CRT).
Sejak tanggal 1 Juni 2015 lalu, RS Moh. Hoesin (RSMH) Palembang telah mulai melakukan
implantasi CRT di laboratorium kateterisasi Brain
& Heart Center. Kini RSMH telah menjadi salah satu dari sedikit pusat
rujukan kesehatan di Asia Tenggara yang mampu mengerjakan intervensi CRT ini. Masyarakat
tidak perlu lagi jauh-jauh ke luar negeri untuk mendapatkan layanan canggih
CRT.
Operator dari tim laboratorium
kateterisasi Brain & Heart Center,
dr. Alexander Edo Tondas, SpJP(K), FIHA, adalah salah satu dari dokter spesialis
jantung & pembuluh darah dengan subspesialis elektrofisiologi yang masih
langka di Indonesia. Menurut beliau, pada dasarnya CRT adalah sistem pacu
jantung dengan tiga kabel. Kita mungkin sudah sering mendengar tentang
pemasangan alat pacu jantung. Pacu jantung yang sering dipasang umumnya adalah
sistem pacu jantung kabel tunggal untuk kasus-kasus denyut nadi lambat
(bradikardia). Namun pada kenyataannya, tidak semua masalah jantung dapat
diselesaikan dengan pacu jantung kabel tunggal. Pada keadaan tertentu, yaitu
pembengkakan jantung tahap lanjut,
sistem yang lebih kompleks dengan tiga kabel diperlukan untuk dapat memperbaiki
kinerja jantung agar kembali harmonis. Pemasangan alat pacu jantung tiga kabel
atau CRT di Brain & Heart Center
yang dipelopori oleh dr. Alexander Edo Tondas, SpJP(K), FIHA ini merupakan yang pertama kalinya
dilakukan di luar kota Jakarta karena tindakan ini membutuhkan tingkat
keterampilan yang cukup tinggi dan fasilitas yang menunjang.
Prosedur pemasangan dilakukan
dengan pembiusan lokal dan dokter akan membuat sayatan kecil sekitar 5 cm di
daerah dada atas untuk menyelipkan generator ke bawah kulit. Setelah kurang lebih
3-5 hari perawatan pasca-tindakan, pasien dapat berobat jalan. Alat ini dapat
bertahan dan mengontrol sinkronisasi jantung hingga 5-7 tahun lamanya sebelum
baterai diganti.
Pasien diharapkan datang kembali
setiap 6 bulan untuk check up kondisi
alat dan kabel. Pemrograman alat CRT dilakukan di Klinik Aritmia Brain & Heart Center RSMH Palembang
dengan menempelkan detektor khusus di atas dada pasien. Dengan alat CRT, pasien
gagal jantung tahap lanjut yang sudah tidak respon dengan obat-obatan masih
memiliki harapan untuk menikmati kualitas hidup yang baik. Penerapan teknologi
baru ini merupakan wujud dari tekad RSMH Palembang untuk menjadi yang terdepan
dalam hal rujukan pelayanan jantung di Sumatera Bagian Selatan.
narasumber:dr.edo
Liputan :Humas@yeri.
narasumber:dr.edo
Liputan :Humas@yeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar