DETEKSI DINI
MANIFESTASI DI RONGGA MULUT PADA PENDERITA HIV/AIDS
Oleh : Drg Ade Puspa Sari, Sp. PM
Talkshow Interaktif Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia
(LPP RRI) Pro 2 Palembang, Topik “MANIFESTASI DI RONGGA MULUT PADA PENDERITA HIV/AIDS”
dilaksanakan setiap minggu pertama dan ketiga setiap bulannya ,hari ini Rabu 4 September 2019 dengan
narasumber Drg Ade Puspa Sari, Sp. PM.
Infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah
kesehatan global yang sampai saat ini memerlukan perhatian dalam
penatalaksanaannya. Hal ini terlihat dari jumlah kasus infeksi HIV/AIDS yang
dilaporkan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2005-2017 Kementerian
Kesehatan mencatat kasus HIV 280.623 dan 102.667 kasus AIDS, dengan kelompok
umur tertinggi pada umur 20-29 tahun sebanyak 32,5% (Kemenkes, 2017).
Salah satu program kesehatan
mulut WHO adalah mengutamakan pencegahan efektif dari manifestasi rongga mulut
HIV/AIDS melalui beberapa kegiatan diantaranya melakukan identifikasi lesi
mulut yang paling indikatif pada HIV/AIDS (WHO, 2008).
Berdasarkan Peraturan Daerah
Propinsi Sumatera Selatan Nomor 15 tahun 2011 tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS di Sumatera Selatan, maka seluruh sarana pelayanan kesehatan dasar,
rujukan dan penunjang milik Pemerintah dan swasta tidak boleh menolak
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien yang terinfeksi.
Dengan adanya peningkatan kasus
infeksi HIV/AIDS dan keberadaan kelainan yang timbul di rongga mulut, maka
dokter gigi mempunyai peluang yang besar untuk menemukan orang yang terinfeksi
HIV, baik yang belum atau yang sudah terdiagnosis positif, selama memberikan
pelayanan kesehatangigi dan mulut.
Manifestasi rongga mulut pada
penderita HIV/AIDS dapat menjadi petanda klinik pertama bahwa orang tersebut
terinfeksi HIV. Selain itu, beberapa kelainan mulut terentu dari infeksi
HIV/AIDS dapat digunakan sebagai prediksi perkembangan penyakit dan status
imunnya.
AIDS merupakan sekumpulan gejala
penyakit yang disebabkan infeksi HIV. HIV adalah suatu retrovirus yang
menginfeksi dan merusak sel dari sistem imun terutama limfosit T CD4+ secara
bertahap sehingga tubuh tidak mampu lagi untuk menghindari terjadinya infeksi
dan kanker.
HIV ditularkan melalui : 1. Darah
yang terinfeksi HIV melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian, tato,
tindik, tranfusi darah, tranplantasi organ, tindakan hemodialisis dan tindakan
perawatan gigi tanpa universal precaution dan protokol penanggulangan tranmisi
infeksi, 2. Cairan semen dan vagina yang terinfeksi HIV (homoseksual /
heteroseksual), 3. Ibu ke anak yang transmisinya paling sering melalui in utero
atau saat melahirkan, kemungkinan juga dapat melalui air susu ibu (Abbas et
al., 2015; New york State Department, 2010).
Diagnosis klinis infeksi HIV/AIDS
dapat ditegakkan berdasarkan adanya gejala mayor dan minor, misalnya ditemukan
dua gejala mayor dengan satu atau lebih gejala minor (Nasronudin, 2010).
Gejala mayor : berat badan turun
lebih dari 10% dalam satu bulan, diare kronis lebih dari satu bulan, penurunan
kesadaran dan gangguan neurologis.
Gejala minor : batuk menetap
lebih dari satu bulan, dermatitis generalisata, herpes zoster multisegmental
dan berulang, candidiasis orofaringeal, herpes simplex kronis progresif,
limfadenopati generalisata, infeksi jamur genital wanita berulang.
Manifestasi rongga mulut dapat
dijumpai akibat infeksi dan neoplasma.
Oral candidiasis
Infeksi jamur yang paling sering
dijumpai sebagai gejala dini pasien HIV/AIDS berupa oropharyngeal candidiasis.
Oral candidiasis menjadi ko-infeksi yang pertama kali muncul dan berkaitan erat
denga HIV/AIDS (Field, et al., 2010). Dijumpai dalam 3 bentuk yaitu erythematous
candidiasis, pseudomembranous candidiasis dan angular cheilitis.
Angular Cheilitis
Angular Cheilitis (AC) dapat
disebut juga sebagai perleche, angular cheilitis, angular stomatitis. Tanda
klinis khas lesi ini ditandai dengan eritema, fisura, dan nyeri pada sudut
mulut (Coogan et al., 2005).
Oral Hairy Leukoplakia
Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
ditemukan pada sejumlah besar pasien yang terinfeksi HIV, tampak sebagai suatu
lesi putih berombak atau berambut pada lateral lidah, tidak dapat dikerok dan
juga asimptomatik. merupakan indikator kuat keadaan imunodefisiensi pada
penderita HIV.
Linear Gingival Erythema
Linear Gingival Erythema (LGE)
merupakan lesi oral yang terletak sepanjang marginal gingiva, tampak eritematus
dengan lebar 2-3 mm, tidak berkaitan dengan oral hygiene yang buruk, tidak
terdapat ulserasi, tanpa penambahan dalamnya poket atau hilangnya perlekatan
mukosa, asimtomatik, meskipun kadang disertai perdarahan atau rasa tidak
nyaman (Molinari & Glick 2013;
Reznik & O’Daniels, 2015).
Necrotizing Ulcerative Gingivitis
(NUG)
Adanya ulserasi yang sakit pada
papila interdental. Gejala lain timbulnya halitosis dan perdarahan spontan
gingiva. Disertai malaise dan limfodenopati regional
Necrotizing Ulcerative
Periodontitis (NUP)
Necrotizing
Ulcerative Periodontitis (NUP) tanda-tandanya, yaitu timbulnya rasa sakit yang
hebat, rusak/hilangnya perlekatan tulang alveolar secara progresif, gigi goyang
dan halitosis. Proses ini mengakibatkan nekrosis jaringa lunak dan tulang
Neosplasma
Sarkoma Kaposi
Sarkoma
Kaposi merupakan lesi keganasan mulut yang dapat dijumpai pada pasien HIV/AIDS.
Human Herpes Virus-8 (HHV-8) dikaitkan sebagai etiologinya. Gambaran klinisnya
dapat berupa makula, nodula dengan warna merah keunguan. Lesi awal cenderung
rata, merah, dan asimptomatik. Lesi tersebut bisa ditemukan pada permukaan
tubuh, sedangkan pada rongga mulut dapat ditemukan pada bagian palatum, lidah
dan gingiva. Biasanya Sarkoma Kaposi ditemukan pada pasien dengan jumlah CD4+
di bawah 200 sel/mm3 (Molinari & Glick 2015; Reznik & O’Daniels, 2010;
Hartanto, 2011).
( Liputan Suhaimi/ Humas RSMH)