Selasa, 11 Desember 2018

Perlunya Menjaga kebersihan dan Perawatan Luka Setelah Operasi


Perlunya Menjaga kebersihan dan Perawatan Luka Setelah Operasi

Masalah luka memang kerap terjadi bila kita tidak bisa menjaga kebersihan luka itu sendiri, agar luka itu sendiri tidak terjadi infeksi maka yang perlu diketahui 3 fase penyembuhan luka setelah operasi dan perawatannya. Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan tujuan meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi.

Demikian yang disampaikan Zaleha, STT, pada penyuluhan di ruang rawat inap bedah kebidanan (IRNA G), rabu (12/12), penyuluhan diikuti oleh pasien dan keluarga pasien yg dirawat diruangan rawat inap tersebut.

Perawatan luka  Post Operasi adalah perawatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah tindakan operasi sebagai tindak lanjut, sedangkan Luka Operasi adalah luka yang disebabkan karena tindakan operasi, misalnya : operasi caesar, operasi usus buntu.

Ia mengatakan, biasanya luka tipe ini lebih kecil hanya berupa sayatan dan sudah dilakukan penjahitan jaringan, sehingga biasanya luka tidak dalam kondisi terbuka. Untuk kondisi ini luka berada pada kondisi luka bersih sehingga yang harus ditekankan adalah perawatan luka lanjutan dan juga harus mempertahankan kebersihannya / sterilitasnya.

Selanjutnya dijelaskan 3 fase penyembuhan luka itu diawali dengan fase Inflamasi. Pada fase ini muncul segera setelah injury dan dapat berlanjut sampai 5 hari. ditanda inflamasi disekitar luka antara lain: kemerahan (rubor), hangat (kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan hilangnya fungsi (fungsi laesa).

Fase selanjutnya  Fase Proliferasi / Epitelisasi. Dimana pada fase ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Penampilan klinisnya antara lain dasar luka merah cerah (granulasi dengan vaskularisasi baik), kadang ditemukan bekuan darah, adanya kulit baru (epitelisasi) bewarna merah muda pada tepi luka.

Selanjutnya Fase maturasi / Remodelling.  Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dimana luka sudah menutup sempurna pada hari ke-21 dan akan muncul bekas luka (scar) atau keloid (scar yang menebal) selama proses maturasi berlangsung.

Ia mengatakan kita perlu mengetahu faktor yg dapat mempengaruhi penyembuhan luka agar dapat mempermudah proses penyembuhan tuka tersebut dan yang harus dilakukan keluarga pasien bila luka bermasalah yaitu untuk menjaga kebersihan diri pasien, jangan melakukan apapun terhadap luka dan  segera ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan luka. (Leni/IP3H)

Senin, 10 Desember 2018

PENYULUHAN KESEHATAN ”DIET PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG”


PENYULUHAN KESEHATAN
 ”DIET PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG”


Penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Penyakit jantung yang paling umum sering terjadi yaitu penyakit jantung koroner. Penyakit ini terjadi, ketika pasokan darah yang kaya oksigen menuju otot jantung terhambat oleh plak pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner. Pada dinding pembuluh arteri dapat terjadi kondisi ateroskelosis yaitu penumpukan kolesterol dan substansi lainnya, seperti kalsium dan fibrin, yang membentuk sumbatan atau plak di pembuluh darah arteri. Plak dapat terbentuk di dinding arteri bahkan sejak seseorang masih muda. Namun semakin bertambahnya usia, risiko pembentukan plak akan semakin tinggi. Jika tidak diobati, lama kelamaan plak ini dapat menyebabkan berkurangnya elastitas pembuluh darah arteri dan mengganggu kelancaran aliran darah.

Instalasi Pelayanan Pelanggan, PKRS dan Humas bekerjasama dengan Instalasi Rawat Inap E mengadakan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Desember 2018 di ruang tunggu Kelingi 1.2 dengan narasumber Jayanti, SST.RD mengangkat Topik “Diet pada Pasien Penyakit Jantung”. Penyuluhan yang diikuti oleh keluarga pasien ini berjumlah 30 orang dihadiri oleh Kepala Instalasi Rawat Inap E, Ibu Hj.Siti Sakdiah, SKM,M.Kes.

Dalam penyuluhan disampaikan oleh Ibu Jayanti bahwa penderita penyakit jantung, hendaknya memperhatikan betul hal-hal yang berkaitan dengan diet yg berhubungan dengan penyakitnya.

Makanan adalah salah satu faktor resiko pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), pola  makan cenderung kaya akan lemak yaitu lemak jenuh dan kolesterol.

Faktor resiko utama PJK adalah
  1. Tekanan darah naik.
  2. Merokok
  3. Kadar kolesterol darah naik
  4. Kadar LDL naik

Faktor Resiko Sekunder
1. Kegemukan diabetes
2. Stress
3. Kurang olahraga
4. Keturuna
n , umur
5. Kadar trigliserida naik
6. Watak

Tujuan dari diet ; Menurunkan kadar lipid darah
Syarat diet:
1. Energi : disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencapai / mempertahankan BB normal.
2. Lemak : kurang lebih 25% x jumlah kebutuhan kolesterol.
     - 10% lemak jenuh.
     - 15% lemak tidak jenuh.
3. Kolesterol: 300mg
4. Garam: 5 g/hari
5. Protein : sesuaikan dengan kebutuhan normal.
6. Serat tinggi : diutamakan serat yang larut air maupun enteral, kemudian meningkat menjadi sisa rendah dan serat rendah.
7. Bila gejala hilang dapat diberikan makanan biasa
8. Kebutuhan Gizi yaitu:
     - Energi tinggi dan protein tinggi.
     - suplemen vit. Dan mineral antara lain Vit.A,C,D, asam folat, Vit. B12, kalsium, zat                   besi,
magnesium dan seng.
9. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang (MCT) dapat diberikan karena sering terjadi   intoleruasi laktosa dan malabsorpsi lemak.
10.Cukup cairan dan elektrolit.
11. Menghindari makanan yang menimbulkan gangguan.
12. Sisa rendah secara bertahap kembali ke makanan biasa.
Jenis diet dan Indikasi pemberian
Sesuai dengan gejala penyakit, dapat diberikan makanan cair, lunak, biasa atau diet sisa rendah dengan modifikasi rendah laktosa atau menggunakan lemak trigliserida rantai sedang.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
1. Diet Jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti myo card infarct(MCI) atau dekompensasio kardiak berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 ltr cairan / hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi, protein, kalsium dan tiamin
2. Diet Jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan sering atau lunak. Diet diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I atau setelah fase akut dapat diatasi jika disertai hipertensi atau edema diberkan sebagai diet jantung II garam rendah diet ini rendah energi, protein, kalsium dan tiamin

3. Diet Jantung III
Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan dari di jantung II atau kepada pasien dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi atau edeme diberikan sebagi diet jantung III garam rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain

4.Diet Jantung IV
Diet jantung IV diberikan sebagai perpindahn diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi atau edema diberika sebagai diet jantung IV garan rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lainnya.

Melakukan diet yang tepat bisa membantu pasien untuk memulihkan serta menunjang pengobatan jantung yang dilakukan
(Noy-IP3H)

Ada Lima Tahapan Bahasa Bicara Anak Yang Mesti Diketahui

Ada Lima Tahapan Bahasa Bicara Anak Yang Mesti Diketahui


Orangtua perlu mengetahui lima tahapan awal bahasa bicara pada anak. Perkembangan bahasa bicara telah dimulai sejak anak dilahirkan, meski pada waktu itu anak mengekspresikan apa yang dirasakan tidak melalui kata-kata namun lewat tangisan, ekspresi wajah, serta gestur tubuh.

Demikian diutarakan Maria Dian Utami AMd pada penyuluhan di Ruang Tunggu Poli Rehabilitasi Medik, Selasa (11 Desember 2018). Penyuluhan diikuti sekitar 30 peserta yang merupakan keluaga pasien.

Dijelaskannya, lima tahapan tersebut dimulai dari Reflex Vocalization pada anak usia 0 sampai 3 bulan. Pada tahap ini aktivitas anak masih bersifat refleks. Suara atau tangisan yang dikeluarkan masih bersifat refleks belaka.

"Kesan bunyi tangisan yang dihasilkan anak mirip bunyi vokal oeee oaaaa. Maka itu dinamakan tahap refleks vocalization yang merupakan tahapan yang wajar pada anak," ujarnya.

Tahap selanjutnya terjadi ketika anak berusia 3 hingga 6 bulan. Tahapan ini disebut babling. Tahapan ini dikenal dengan masa anak mengoceh. Pada tahap ini anak senang mengulang bunyi yang dihasilkannya.

"Bunyi yang dihasilkan mulai terdengar bervariasi seperti suara koo, gurgles, dan suara yang menyenangkan. Selanjutnya terdengar bunyi seperti pa-pa-pa ma-ma-ma," imbuhnya.

Selanjutnya di usia 6 sampai 9 bulan, anak akan melalui tahapan Laling. Tahapan ini disebut jargon. Ocehan yang disebutkan anak sudah dalam bentuk kombinasi konsonan yang juga terdapat pada tahapan babling. Contoh ucapan anak pada tahapan ini adalah mam, yang diucapkan saat anak lapar.

Pada usia 9 sampai 12 bulan anak akan memasuki tahapan Echolalia. Tahapan ini cenderung meniru dari suatu individu tanpa mengubah apa yang dikatakan kepadanya. Dalam usaha meniru diiringi dengan gestur atau isyarat gerak tubuh. Pengulangan terhadap apa yang didengar ini belum diiringi dengan pemahaman bahasa.

Tahap selanjutnya adalah True Speech pada usia anak 12 sampai 18 bulan. Pada tahapan ini, anak sudah berbicara benar. Mereka sudah memahami, namun beberapa artikulasi belum diucapkan secara sempurna. 

Selain tahap awal tersebut di usia anak mencapai 2 hingga 3 tahun, sekitar 50-75 persen bicara anak sudah dapat dimengerti. Anak sudah meminta benda dengan menamakan, mulai mengenali beberapa anggota tubuh, mulai menanyakan 1-2 pertanyaan. Anak juga mulai mengikuti perintah sederhana dan menjawab pertanyaan sederhana. Anak sering menghilangkan atau mengganti konsonan kata akhir, dan juga mengganti konsonan tengah pada kata.

"Pada usia 2-3 tahun anak memiliki reseptif 500-900 kata. Namun terkadang masih echolalia bila mengalami kesukaran berbicara," tutupnya. Leni IP3H/PKRS

Kamis, 06 Desember 2018

TANTANGAN KEDEPAN TERHADAP PELAYANAN HIV-AIDS


TANTANGAN KEDEPAN TERHADAP PELAYANAN HIV-AIDS

Dalam rangka memperingati hari HIV-AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 01 Desember, maka RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, menyelenggarakan rangkaian kegiatan yang salah satunya adalah acara talkshow kesehatan di stasiun televisi “Sriwijaya TV” Palembang, pada tanggal 01 Desember 2018, pukul 19.00.WIB. Dalam kesempatan kali ini narasumber, Dr. Riza Chandra Wijaya, MKM, mengangkat topik “Tantangan kedepan terhadap pelayanan HIV-AIDS”.Menurut Dr. Riza, pada saat ini untuk penangan HIV-AIDS, pemerintah telah menyediakan sarana dan prasarana serta SDM yang cukup, termasuk didalamnya obat-obatan untuk penderita HIV-AIDS, artinya.. sekarang bagaimana memotivasi penderita agar dengan sadar untuk memeriksakan status kesehatannya, merupakan hal yang sangat penting. Karena..semakin banyak masyarakat yang mengetahui status HIV dan mendapat pengobatan, maka akan dapat mendorong percepatan tercapainya penurunan epidemi HIV, sehingga Indonesia dapat mencapai “3 zero “, yaitu : tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada kematian akibat AIDS dan tidak ada stigma dan diskriminasi untuk mencapai eliminasi HIV pada 2030. Dengan mengetahui status kesehatan sejak dini dan memulai segera pengobatan ARV, maka kesehatan dan kualitas hidup tetap terjaga, sehingga tetap produktif untuk memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.Tetapi…lanjutnya..pada saat ini yang terjadi di masyarakat bahwa masih adanya stigma negative terhadap penderita HIV, masyarakat cenderung bersikap menjauhi mereka yang hidup dengan HIV-AIDS, padahal  sebenarnya yang dibutuhkan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) adalah dukungan semangat untuk hidup lebih baik dan normal seperti orang lain. Oleh karena itu edukasi tentang HIV-AIDS masih sangat diperlukan ,dengan harapan dapat merubah stigma yang telah berkembang dimasyarakat, pungkas dr. Riza(Tika/IP3H)

RSMH RAIH PENGHARGAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA TERBAIK


RSMH RAIH PENGHARGAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA TERBAIK 

RSUP dr Moehammad Hoesin Palembang (RSMH) meraih Penghargaan Pengelolaan Barang Milik Negara dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penghargaan yang diberikan kepada RSMH merupakan Kategori A  Pengelolaan Database Terbaik Barang Milik Negara (BMN).
Penghargaan diterima Direktur Keuangan dr. Welly Refnealdi, M.Kes, PhD, mewakili Direktur Utama RSMH, Kamis (06 Desember 2018), di Aula Utama Lantai 1 Gedung Keuangan Negara Palembang.
Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Ridho Wahyono mengatakan, penghargaan tersebut merupakan pencapaian tertib administrasi dan tertib pengelolaan Barang Milik Negara yang senantiasa diupayakan oleh Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang pada satuan kerja di lingkungan KPKNL Palembang. 

Penghargaan yang diberikan merupakan apresiasi atas optimalisasi unit pengelola Barang Milik Negara pada unit kerja masing-masing penerima penghargaan.
"Penghargaan ini mempertimbangkan praktik pengelolaan Barang Milik Negara yang semakin kompleks. Semua ini merupakan upaya untuk memotivasi unit kerja dalam mewujudkan tata kelola aset pemerintah yang transparan dan akuntabel, sebagai bagian pencapaian good governance," ujarnya.

Sementara itu Direktur Utama RSMH melalui Direktur Keuangan dr. Welly Refnealdi, M.Kes, PhD, selaku penanggung jawab SIMAK BMN mengatakan bahwa ini kerja keras semua TIM SIMAK BMN yang sudah berkerja dengan komitmen tinggi untuk menertifkan BMN  dan terima kasih atas apresiasi KPKNL Palembang. 

Menurutnya, penghargaan tersebut merupakan motivasi bagi seluruh unit di RSMH untuk semakin baik dalam tim khususnya dalam tata kelola Barang Milik Negara.
IP3H (leni)

Selasa, 27 November 2018

" PELATIHAN K3 RUMAH SAKIT "

" Pelatihan K3RS " ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Rumah Sakit"


 Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi atau pelayanan secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Itu yang disampaikan oleh Kepala Bagian Umum Taufik,S.Sos,M.Kes dalam sambutannya membuka Acara pelatihan K3RS hari ini Selasa, 27 Nopember 2018 di Instalasi Diklat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang mewakili Direksi.
Beliau menyambut baik pelaksanaan kegiatan ini, dan mengharapkan tidak ada lagi yang mengalami trauma atau celaka karena kecerobohan petugas dan kurangnya pengetahuan tentang K3.Pelatihan ini menggunakan media teori ,diskusi dan simulasi Pemadam Kebakaran dilapangan.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.
 Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.

Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Aspek Legal K3 RS  Rumah sakit merupakan tempat kerja dimana terdapat karyawan, orang sakit, pengunjung, alat medis dan non medis. Rumah sakit dibangun dilengkapi dengan peralatan yang dijalankan dan dipelihara untuk sedemikian rupa untuk menjaga dan mencegah kebakaran serta persiapan dalam menghadapai bencana maupun kebakaran.  Rumah sakit :
- Padat modal
- Padat teknologiPadat Karya
- Padat Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah kesehatan dan keselamatan yang berkaitan dengan tenaga kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja, yang meliputi segala upaya untuk mencegah dan menanggulangi segala sakit dan kecelakaan akibat kerja.

Dasar Hukum dan Pedoman :
  • UU No.1  /1970 tentang keselamatan kerjaUU No.23 /1992 tentang kesehatanPermenkes RI No.  986/92 tentang kesehatan lingkungan RS
  • Permenkes RI No. 472 tahun 1996 tentang pengamanan bahan berbahaya bagi kesehatan .
  • SK Menkes No.351 tahun 2003 tentang Komite K3 sektor
  • KesehatanPermenaker no.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen -
  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja
  • Keputusan Dir.Jen. P2PLP nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkunganrumah sakitPedoman K3 di rumah sakit th 2006 ( BinKesja DepKes )
  • Pedoman teknis pengelolaan limbah klinis dan desinfeksi dan sterilisasi di rumah sakit tahun 2002.

Sistem Manajemen K3-RS Merupakan bagian  dari sistem manajemen RS secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang sehat, aman, efisien, dan produktif.

Tujuan SM-K3RS
Menciptakan suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit dengan melibatkan unsur manajemen, karyawan, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

- Tahap  Penerapan K3-RS
- Tahap persiapanTahap pelaksanaan
- Tahap pemantauan dan evaluasi -
- Tahap Persiapan Komitmen manajemen : kebijakan, penyediaan dana, sarana dan prasarana untuk
   mendukung kegiatan K3 RS
- Membentuk Unit Organisasi K3 di RS yang terlihat dalam struktur organisasi RS Susunan /
  Organisasi K3-RS

Tugas Unit Organisasi K3-RS
  • Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada Direktur RS tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan K3_RS
  • Membuat program K3-RS
  • Melaksanakan program K3_RS
  • Melakukan evaluasi program K3RS
  • Tahap Pelaksanaan  Program K3-RS
  • Pelaksanaan kesehatan kerja bagi karyawan ( prakerja, berkala, khusus )
  • Upaya pengamanan pasien, pengunjung dan petugas
  • Peningkatan kesehatan lingkungan sanitasi lingkungan RS
  • Pengelolaan dan pengolahan limbah padat, cair, gas
  • Pencegahan dan penanggulangan bencana (Disaster program)
  • Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya
  • Pendidikan dan pelatihan K3
  • Sertifikasi dan kalibrasi sarana, prasarana, dan peralatan RS
  • Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan K3

Tahap Pemantauan dan Evaluasi
- Inspeksi dan audit program K3
- Perbaikan dan pengendalian K3 yang didasarkan atas hasil temuan dari audit dan inspeksi
- Rekomendasi dan tindak lanjut hasil evaluasi program K3 Indikator keberhasilan SM-K3RS
- Terlaksanakannya program K3-RS
- Penurunan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja Ruang lingkup K3 di Rumah Sakit Sarana higene yang memantau pengaruh lingkungan kerja terhadap tenaga kerja antara lain pencahayaan, bising, suhu / iklim kerja. Sarana Keselamatan kerja yang meliputi pengamanan pada peralatan kerja, pemakaian alat pelindung diri dan tanda/rambu-rambu peringatan dan alat pemadam kebakaran.

 JENISNYA :
  • Kebakaran, Kecelakaan
  • contoh : terpeleset dan tertusuk benda tajam
  • Gangguan tenaga - Contoh : gangguan listrik, air, dll
  • Ganggua keamanan, contoh : huru-hara, demonstrasi, pencurian -
  • Bencana alam, contoh : gempa bumi, angin topan, banjir, dll
  • Keadaan darurat di ruangan, ruang bedah, ICCU< contoh : gagal jantung, gagal napas
  • Pemantauan Lingkungan Kerja Laporan pemantauan lingkungan kerja dilakukan
  • Penyehatan lingkungan rumah sakit dilakukan setiap triwulan secara berjenjang
  • Pemantauan kualitas udara ruang minimal 2 kali dalam setahun
  • Pemantauan bahan makanan dilakukan minimal 1 kali setiap bulan diambil sampel untukkonfirmasi  laboratorium
  • Tenaga kerja diperiksa kesehatannya 1 kali setahun
  • Pemeriksaan air minum dan air bersih dilakukan  2 kali setahun
  • Perbaikan tangga ( dilengkapi karet anti terpelesetr), ram, pintu dan tangga darurat
  • Penyempurnaan pengolahan limbah.
  • Pemasangan detektor asap
  • Pemasangan alat komunikasi
  • Perbaikan dan penyempurnaan vertilasi dan pencahayaan Untuk Karyawan 
  • Inventarisasi seluruh karyawan beserta tempat kerja
  • Laporan karyawan yang sakit kronis
  • Jumlah kunjungan karyawan yang berobat di Poli
  • Usulan medikal check-up untuk karyawan yang sering sakit (absensi)
  • Usulan skrening test untuk pegawai yang bekerja di tempat resiko tinggi ( IGD, dapur, laundr, lab )
  • Usulan vaksinasi pegawai terutama yang bekerja di tempat resiko tinggi Usulan pelatihan K3 diluar   dan didalam Rumah Sakit
  •  Usulan pembelian APD ( topi, masker, pakaian kerja, sepatu, sarung tangan)
  • Perbaikan kesejahteraan karyawan (makanan tambahan, vasilitas kesehatan)
  • Manajemen Resiko di RS Rekognisi hazards
  • Menilai risiko hazards Intervensi mengendalikan resiko 

Tujuan Manajemen Resiko
- Meminimalisasikan kerugian
- Meningkatkan kesempatan/peluang
- Memotong mata rantai kejadian kerugian
- Pencegahan terhadap terjadinya kerugian akibat kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja.

Dengan mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta dapat mengetahui, memahami, dan menerapkan prinsip prinsip K3 RS dimasing - masing unit kerja.Dan mampu melindungi diri dari komponen yang mempengaruhi, sehingga dapat meningkatkan Mutu Layanan di Rumah Sakit

 Melaporkan Humas RSMH ( Anie Gumay)

Kamis, 15 November 2018

WASPADAI ANCAMAN PENYAKIT DIKALA BANJIR MELANDA


WASPADAI ANCAMAN PENYAKIT DIKALA BANJIR MELANDA

Bencana banjir  yang melanda kota Palembang beberapa hari yang lalu berdampak pada masalah kesehatan terutama pada anak-anak dan manula yang rentan terjadi penularan penyakit. Luapan air yang kotor berasal dari got-got saluran pembuangan mengandung sampah yang dapat mencemari lingkungan, semakin deras hujan maka semakin tinggi air banjir menggenangi.
Dr.FifiSofiah,Sp.A, (K) , menjelaskan tentang pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit pasca banjir dalam wawancara khusus dengan wartawan PalTV pada Jumat (16/11) di ruang Graha Eksekutif RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Luapan air banjir bisa tercemar bakteri usus seperti E.coli, Salmonella, Hepatitis bahkan bakteri leptospira dari tikus, bakteri ini masuk ke tubuh manusia melalui kulit, luka terbuka ,atau mata yang bersentuhan dengan air banjir, maka sedapat mungkin hindari anak-anak berenang di air banjir.Beberapa penyakit yang harus diwaspadai selama musim banjir seperti diare, demam berdarah, leptospirosis, ISPA, hepatitis, tetanus ,malaria, demam tifoid, bisa juga penyakit kulit/alergi atau penyakit yang dibawa kutu dan tungau.Pasca banjir hal yang menjadi perhatian adalah membersihkan area yang terpapar dengan air banjir, bekas air banjir yang masih menempel di lantai dan dinding rumah, bahkan perabot rumah tangga harus dibersihkan tidak hanya disiram dengan air saja namun juga memakai cairan desinfektan yang terdapat dalam cairan pengepel lantai dan sabun pencuci.
Salah satu staf medikdi Departemen Anak RSMH Palembang ini menghimbau kepada seluruh masyarakat dalam kondisi seperti ini maka sangat dibutuhkan pertahanan tubuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh seperti mengkonsumsi vitamin, menjaga kebersihan ,  makanan yang bergizi, mencuci tangan dengan sabun atau cairan pencuci tangan sebelum dan sesudah beraktifitas dan untuk anak-anak meningkatkan imunitas dengan pemberian imunisasi sejak umur 2 bulan...Yukkk jaga anak-anak kita agar terhindar dari penyakit salah satunya dengan menerapkan perilaku  hidup bersih dan sehat (PHBS).
(yeri)