Kamis, 07 Februari 2019

Workshop SDKI, SIKI DAN SLKI PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

WORKSHOP NASIONAL SDKI, SIKI DAN SLKI PPNI 
DALAM RANGKA HUT PPNI KE 45 TAHUN 2019 
Bertempat ditempat Inna Daira Hotel Palembang dilaksanakan Workshop Nasional STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI) STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI) dan STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI) bagi perawat, yang diikuti perawat dari 17 Kabupaten Kota, kota Palembang khususnya dan Sumatera Selatan umumnya, peserta berjumlah 53 orang terdiri dari  utusan Rumah Sakit, Pus Kes Mas dan Perguruan Tinggi Kesehatan Se Sumatera Selatan. Workshop dibuka oleh Sekretaris Jenderal Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) ibu Dr. Mustikasari, S.Kep, MARS didampingi Sekretaris DPW PPNI Provinsi Sumatera Selatan bapak M.Yamin,SKM, M.Kes dan Ketua Panitia HUT PPNI ke - 45 Tahun 2019 bapak Khaerul Syahri,SH, MSi. 
 Bertempat ditempat Inna Daira Hotel Palembang dilaksanakan Workshop Nasional STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI) STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI) dan STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI) bagi perawat, yang diikuti perawat dari 17 Kabupaten Kota, kota Palembang khususnya dan Sumatera Selatan umumnya, peserta berjumlah 53 orang terdiri dari  utusan Rumah Sakit, Pus Kes Mas dan Perguruan Tinggi Kesehatan Se Sumatera Selatan. Workshop dibuka oleh Sekretaris Jenderal Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) ibu Dr. Mustikasari, S.Kep, MARS didampingi Sekretaris DPW PPNI Provinsi Sumatera Selatan bapak M.Yamin,SKM, M.Kes dan Ketua Panitia HUT PPNI ke - 45 Tahun 2019 bapak Khaerul Syahri,SH, MSi.  Dalam sambutannya Sekjen DPP PPNI menyambut baik respon perawat dalam  meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan image keperawatan untuk meningkatkan  peran organisasi profesi PPNI serta meningkatkan derajat kesehatan , keluarga, masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan  organisasi terhadap anggota.

PPNI telah menaungi perawat Indonesia di 34 Provinsi termasuk Institusi pendidikan tinggi Keperawatan dan merepresentasikan lebih dari 1.000.000 perawat  Indonesia. 
Sebagai wujut apresiasi PPNI kepada anggota dan masyarakat, PPNI melaksanakan kegiatan memperingati  Hari Ulang Tahun PPNI ke 45 tahun 2019 dikota Palembang yang melibatkan semua unsur yaitu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Pemerintah Kota Palembang,Para Direktur Rumah Sakit , Para Ketua Direktur / Pendidikan Tinggi Keperawatan, pihak swasta, organisasi dan mahasiswa.

Sedangkan manfaat dilaksanakannya workshop yaitu :
1. Meningkatkan dan memaksimalkan peran organisasi PPNI mewujutkan pembangunan  manusia Indonesia bidang kesehatan
2. Meningkatkan peran PPNI dalam kegiatan  kemasyarakatan sehingga PPNI dapat dikenal oleh pemerintah, dan disayang masyarakat.
3. Meningkatkan Solidaritas pengurus  PPNI dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya.
4. Memudahkan pengurus PPNI dalam menjalankan manajemen Organisasi
5. Menjadi pembekalan bagi pengurus Ketua, Sekretaris dan Bendahara dalam melaksanakan tugas sebagai pengurus PPNI. 
Kegiatan workshop Nasional SDKI,SIKI dan SLKI hari ini adalah awal dari rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai jadwal dan waktu yang telah ditentukan antara lain  workshop SKB dilaksanakan  tanggal 10 Februari 2019, Seminar Keperawatan yang dilaksanakan ditempat yang berbeda di The Zuri hotel Palembang,  Simulasi BHD 1 sd 15 Maret di SLTA yang telah ditunjuk,  bakti sosial kepanti,  sampai pada acara puncak HUT PPNI ke 45 tanggal 17 Maret 2019 nanti . Semoga semua kegiatan dapat terlaksana dengan lancar dan sukses.

Anie Gumay ( Humas / Dokumentasi/Acara  )



















































































































































































KANKER PAYUDARA



Pada Peringatan hari Kanker Sedunia, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang bekerjasama dengan Stasiun TVRI Palembang mengadakan Talkshow Kesehatan pada tanggal 05 Februari 2019, dengan narasumber Dr. Nur Qodir, Sp.B(K).Onk mengangkat tema “Kanker Payudara”

Pada acara tersebut, dr. Nur Qodir menjelaskan bahwa Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara. Kondisi sel kelenjar payudara mengalami mutasi dimana sel kehilangan pengendalian dan mekanisme normal pertumbuhan sehingga mengalami pertumbuhan yang abnormal, cepat, dan tidak terkendali, baik pertumbuhannya berlangsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau bermetastasis ke berbagai organ, seperti paru-paru, tulang, dan hati. Sel kanker kehilangan kemampuan apoptosis yang menyebabkan sel terus tumbuh dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh dapat terdesak dan rusak.

Hampir semua jenis kanker memiliki penyebab spesifik, tetapi pada kasus kanker payudara belum ada penyebab yang pasti. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kanker payudara. Faktor genetik, lingkungan, dan hormonal kemungkinan turut berperan dalam kanker payudara. Wanita yang rentan terhadap faktor-faktor tersebut bisa jadi memiliki risiko yang tinggi


Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi kejadian kanker payudara antara lain:
1.     Usia
Risiko kanker payudara tergantung dari bertambahnya usia.  Pada usia 30-39 tahun, insiden kanker payudara mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,04% per tahun dan pada usia diatas 80 tahun, terdapat peningkatan drastis melebihi 10%.

2.    Genetik dan Familial
Mutasi yang paling banyak terjadi pada kanker payudara adalah pada gen BRCA1 dan BRCA2.Wanita yang memiliki mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 mempunyai peluang untuk berkembang menjadi kanker payudara dan kanker ovarium selama hidupnya.
Wanita dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan saudara kandung) yang menderita kanker payudara mempunyai risiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara. Usia saat terkena juga memengaruhi faktor risiko, pasien dengan ibu didiagnosis kanker payudara saat usia kurang dari 60 tahun meningkatkan risiko 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama premenopause menderita kanker payudara bilateral mempunyai risiko 9 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama postmenopause menderita kanker payudara bilateral mempunyai risiko 4-5,4 kali.

3.    Reproduksi dan Hormonal
Dilihat dari aspek hormonal, kejadian kanker payudara tidak terlepas dari pengaruh paparan hormon estrogen terhadap sel-sel payudara.
a.    Paritas
Tingginya paritas berkaitan dengan penurunan risiko terjadinya kanker payudara.Dengan terjadinya kehamilan beberapa kali, akan memberikan payudara selang waktu terhadap paparan estrogen yang dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara.Risiko terjadinya kanker payudara akan meningkat sebesar 22% pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia setelah 35 tahun
Wanita yang melahirkan anak pertama sebelum usia 20 tahun memiliki risiko kejadian kanker payudara yang menurun sebesar 50%.
b.    Tidak menyusui
Adanya efek yang bersifat protektif dari menyusui terhadap kanker payudara. Semakin lama waktu menyusui maka semakin besar pula efek proteksi. Penurunan risiko terjadinya kanker payudara akibat menyusui sebesar 4,3-4,5% untuk setiap 12 bulan menyusui.
c.    Menarche dini dan menopause terlambat
Menarche yang dimulai kurang dari 12 tahun mempunyai risiko 1,7-3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche pada usia lebih dari 12 tahun .
Wanita yang mengalami menopause terlambat yaitu di atas usia 55 tahun memiliki risiko 1,5 kali lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang menopause sebelum usia 55 tahun.
d.    Pemakaian hormon
Pemakaian kontrasepsi oral dan hormone replacement therapy/menopausal hormone therapy dalam waktu lebih dari 8 sampai 10 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Kontrasepsi oral dan hormone replacement therapy mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mengatur regulasi seksual bulanan.

4.    Gaya hidup
Obesitas mempengaruhi kejadian kanker payudara pada wanita postmenopause. Risiko ini disebabkan karena pada postmenopause, produksi hormon estrogen di ovarium terhenti dan digantikan di jaringan adiposa sehingga dengan terjadinya obesitas akan meningkatkan produksi estrogen yang dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya kanker payudara

5.    Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara
Penelitian yang dilakukan oleh Mcgregor dkk. tahun 1977 yang meneliti wanita yang terpapar bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada perang dunia II, menunjukkan bahwa wanita usia 10 sampai 19 tahun memiliki risiko absolut tertinggi kanker payudara sebesar 4 kali, dan wanita usia 35 sampai 49 tahun risiko sebesar 0,9 kali.

6.    Riwayat kelainan payudara
Wanita yang sebelumnya telah mengidap kanker pada salah satu payudaranya berisiko 5    kali lebih tinggi menderita kanker payudara pada sisi kontralateralnya.

Penegakan Diagnosis dengan 3 cara yaitu :

1.Pemeriksaan Klinis
1.1 Anamnesis
Keluhan utama penderita yang dapat ditanyakan pada penderita dapat berupa apakah ditemukan benjolan padat, rasa nyeri, seberapa cepat kecepatan tumor tumbuh, ditemukannya nipple discharge (Keluar cairan dari Puting), retraksi papilla mammae, krusta atau eksim yang tidak sembuh pada areola atau papilla mammae, terdapat kelainan kulit berupaskin dimpling (lesung kulit), ulceration (koreng), venous ectasia, peau d’orange(gambaran kulit jeruk), satelitte nodules, dan adanya benjolan di aksila atau leher/ supraklavikula.
Ditanyakan yaitu keluhan di tempat lain yang berhubungan dengan metastasis yaitu nyeri tulang yang terus menerus dan semakin berat, rasa sakit dan penuh di ulu hati, batuk kronis dan sesak napas, sakit kepala hebat, muntah, dan gangguan sensorium.
Ditanyakan juga pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor dan perubahan ukuran tumor, kawin atau tidak, jumlah anak, menyusui atau tidak, riwayat penyakit kanker dalam keluarga, obat-obatan yang pernah dipakai terutama yang bersifat hormonal, apakah pernah operasi payudara dan obstetriginekologi

2. Pemeriksaan Fisik
   I.        Status generalis dihubungkan dengan performance status: Karnofsky score, WHO/ECOG    score
    II.        Status lokalis
a.    Pemeriksaan payudara kanan dan kiri (ipsilateral dan kontralateral)
b.    Massa tumor : Lokasi (kuadran), ukuran (diameter terpanjang), Konsistensi, permukaan tumor, bentuk dan batas tumor, jumlah tumor (yang palpable), Fiksasi tumor pada kulit, musculus pektoralis, dinding dada.
c.    Perubahan kulitKemerahan, edematous, dimpling, ulcus, satellite nodulesgambaran kulit jeruk peau d’orange.
d.    Papilla mamae : Retraksi, Erosi, Krusta, Eksim, Discharge.
e.    KGB regional (Axilla, infra & Supra clavicular) : palpable, ukuran, konsistensi, konglomerasi, fiksasi satu dengan yang lain atau dengan jaringan sekitar. Pemeriksaan organ yang menjadi tempat dan dicurigai terjadi metastasis, tergantung lokasi organ (paru, hati, tulang, otak)

3. Pemeriksaan Radio Diagnostik
1. Diharuskan (recommended)
§ USG sebagai metode untuk membedakan massa kistik dengan solid dan sebagai pedoman untuk melakukan biopsi. Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak 1 tahun sebelum ada gejala atau tanda. Akurasi mamografi untuk memprediksi suatu keganasan adalah 70-80%. Namun kurang akurat pada pasien usia muda (kurang dari 30 tahun)
§ Foto toraks dan USG abdomen dilakukan untuk melihat metastasis ke paru, pleura, mediastinum, dan organ visceral terutama hepar.
2.  Opsional (atas indikasi)
§  Bone scanningBone survey bila CT-Scan, MRI (untuk mengevaluasi volume tumor)

4. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy(FNAB)
Merupakan proses diagnosis awal, untuk mengevaluasi massa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik. Dilakukan pada lesi tumor yang secara klinis dan radiologis dicurigai ganas. Di Indonesia, akurasi FNAB sudah semakin baik (>90%) sehingga dapat direkomendasikan penggunaan FNAB.

5. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
    Stereotactic biopsy dengan bantuan USG atau mammogram pada lesi nonpalpabel,Core Needle Biopsy (micro specimen),Vacuum Assisted Biopsy (mammotome), Biopsi insisional untuk tumor operable dengan diameter > 3 cm sebelum operasi definitif atau inoperabel untuk diagnosis faktor prediktor dan prognostic, Biopsi eksisionalspesimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB regional, Pemeriksaan imunohistokimia (IHC) terhadap ER, PR, Her-2/Neu (recommended), Cathepsin-D, VEGF, BCL-2, P53, dan sebagainya.

Diakhir Talkshow, Dr.Qodir mengatakan untuk pencegahan kanker payudara dengan menjauhi faktor resiko yaitu tidak memakai kontrasepsi hormonal, perubahan gaya hidup (kurangi berat badan), Hindari stress dan menghindari makanan yang tidak sehat.

Referensi:
1.       Dall, G. dkk.2016. Mamary Stem Cells and Parity-Induced Breast Cancer Protection-New Insights.Journalof Steroid Biochemistry & Molecular Biology. 2015. Hal. 1-7, (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960076016300292, Diakses 4 Juli 2016)
2.       Hassiotou, F dan Geddes, D. 2013. Anatomy of the Human Mammary Gland: Current Status of Knowledge. Clinical Anatomy. 00/2012,(http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ca.22165/abstract userIsAuthenticated=false&deniedAccessCustomisedMessage=, Diakses 10 Juli 2016)
3.   Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: “Situasi Penyakit Kanker”. Jakarta, hal. 4-5
4.        Kobayashi, S. dkk. 2012. Reproductive History and Breast Cancer Risk. Review Article. 19: 302-308, (http://link.springer.com/article/10.1007/s12282-012-0384-8, Diakses 30 Juni 2016)
5.        Kurnia, A. 2014.Mengembalikan Keremajaan Payudara pada Tumor Jinak dan Ganas.Divisi Bedah Onkologi/ HNBSCT FKUI/ RSCM, Jakarta, Indonesia, hal. 309-318
6.        Manuaba, I. B. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid PERABOI 2010. Sagung Seto, Jakarta, Indonesia, hal. 17-47
7.        Suyatno dan E. T. Pasaribu.2010. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi.Sagung Seto, Jakarta, Indonesia, hal. 35-47
8.        Torre, L. A. dkk. 2015. Global Cancer Statistic, 2012. CA: A Cancer Journal for Clinicians. 00/2015, (http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.3322/caac.21262/full, Diakses 29 Juni 2016)
9.        Tung, N dkk. 2014. Frequency of Mutations in Individuals with Breast Cancer Referred for BRCA1 and BRCA2 Testing Using Next-Generation Sequencing with a 25-Gene Panel. Original Article.00/2014, (http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.29010/full, Diakses 30 Juni 2016)

10.     Wang, X. dkk.2015. Aromatase Overexpression in Dysfunctional Adipose Tissue Links Obesity to Postmenopausal Breast Cancer.Journal of Steroid Biochemistry & Molecular Biology.Hal. 1-33, (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960076015300182, Diakses 3 Juli 2016)

Salam
IP3Humas(Noya PKRS)




ENTRY MEETING PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN RSMH TAHUN 2018




Palembang – 7 Februari 2019 Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI) bersama dengan Kementerian Kesehatan melakukan entry meeting atas laporan keuangan RSMH Palembang bersama 7 satker vertikal di Palembang yaitu BTKL, BBLK, Poltekkes, Dinkes Prov, KKP, LKTM dan Rumah Sakit Rivai Abdullah di ruang  Aula Utama RSMH Palembang. Acara dihadiri oleh Direktur Utama RSMH dr.Mohammad Syahril,Sp.P,MPH dan Direktur Keuangan dr.Welly Refnealdi,M.Kes, PhD,  Ketua Sub Tim BPK Yahya Hutagaol , pimpinan dan perwakilan dari 7 satker wilayah Palembang serta stake holder terkait.
Dalam sambutannya BPK menyampaikan pentingnya komunikasi dan koordinasi antara Kementerian Kesehatan dalam hal ini masing-masing satuan kerja dan pihak BPK sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Sementara itu, Direktur Keuangan RSMH menyampaikan kepada seluruh peserta rapat akan pentingnya untuk selalu bersikap transparan dan akuntabel dalam membuat pertanggung jawaban seperti halnya dalam penyusunan Laporan Keuangan, Jangan ada yang di tutup tutupi, semua harus full disclosure dalam penyajian laporan, terkait dengan tindak – lanjut temuan tahun 2018 menyampaikan untuk selalu di monitor dengan baik perkembangannya.
Untuk menunjang kelancaran pemeriksaan, masing-masing satker menyiapkan dokumen-dokumen terkait selain itu juga disampaikan pemaparan singkat kepada tim pemeriksa terkait proses bisnis dalam agenda entry meeting.

Rabu, 06 Februari 2019

Lansia Risiko Tinggi Kekurangan Gizi



Masalah kurang gizi tak hanya dapat terjadi pada anak-anak saja, namun justru orang lanjut usia lebih berisiko tinggi untuk mengalami kekurangan gizi.

dr Annie Rivaida, M, Gizi, SpGK dari Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin Palembang memberikan talkshow kesehatan di pro 2 RRI (Rasio Republik Indonesia) dengan topik "Mewaspadai gejala kurang gizi pada lansia dan cara mengatasinya.

Ia menerangkan, Lansia merupakan kelompok usia yang mengalami berbagai penurunan fungsi tubuh, dan dapat mempengaruhi nafsu makan pada lansia, yang akhirnya dapat menyebabkan gangguan makan dan kekurangan gizi, yang dapat bersampak pada masalah kesehatan yang lebih serius, seperti gangguan fungsi organ dan lainnya.

pada lansia kadang susah makan, dikarenakan nafsu makan lansia cenderung menurun karena indera perasa dan penciumannya sudah tidak seperti dulu untuk menghirup aroma dan merasakan makanan.

Selain itu, lansia juga lebih cenderung mengisolasi diri serta gangguan emosional karena hidup sendirian. Faktor risiko ini saling bekerja sama untuk menurunkan nafsu makan orang tua, akibatnya mereka makan lebih sedikit dan lebih jarang.

Kondisi ini dapat menurunkan berat badan lansia juga dapat berbahaya, sehingga memicu hilangnya massa otot, menurunkan fungsi dan sistem pencernaan dan imun tubuh tubuh.

Tanda-tanda kurang gizi pada lansia bisa sulit dikenali, apa lagi pada lansia yg tidak memiliki resiko kesehatan sebelumnya. Namun mengetahui gejala dari awal dapat membantu mencegah komplikasi yang akan terjadi di kemudian hari.

Untuk mengetahui risiko kurang gizi maka  yang harus dilakukan adalah mengamati kebiasaan makan orang yang memasuki lanjut usia. Luangkan waktu bersama orangtua Anda selama makan di rumah, tidak hanya pada acara-acara khusus. Sebaiknya berikan porsi makan lansia yang lebih kecil agar mereka bisa makan kapan saja saat merasa lapar. Makanan yang diberikan sebaiknya juga harus yang lunak.


Selain membantunya mencukupi kebutuhan gizi dari makanan, ajak lansia untuk tetap aktif bergerak, sehingga dapat menguatkan otot  untuk mencegah hilangnya massa otot dan penurunan fungsi otot. Aktif bergerak secara rutin juga dapat memperkuat tulang dan memperbaiki nafsu makan lansia. tutupnya

Salam
IP3H (Leni/PKRS)

ANJANGSANA WUJUD KEPEDULIAN DWP RSMH DALAM PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN



Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan khususnya terhadap Taman Pengasuhan Anak, Koperasi dan Kantin , maka Dharma Wanita Persatuan RSMH Palembang melakukan kunjungan anjangsana ke Dharma Wanita Kemenkes pada Selasa (22/01). Kunjungan anjangsana ini dipimpin langsung oleh ketua DWP RSMH Ibu dr.Fatinah Suraya Syahril yang didampingi oleh Ibu dr.Elfina Welly, 


Ibu dr.Afrimelda Marta, Ibu dr.Irmitaty Azhari, Ibu Risnita Susilo, Ibu Darliza dan Pak Subhan. Kunjungan DWP RSMH diterima langsung Ketua DW Kemenkes ibu Lies Untung beserta para pengurus lainnya. Ketua DWP RSMH dr.Fatinah Suraya mengatakan bahwa saat ini untuk layanan kantin, koperasi maupun TPA sudah ada, seperti TPA yang bertujuan sebagai tempat penitipan maupun pengasuhan anak namun juga sebagai tempat untuk proses pembelajaran sesuai dengan batasan usia si anak, TPA ini juga menerima untuk penitipan anak tidak hanya bagi anak pegawai RSMH namun juga dari luar. Dr.Fatinah juga menyampaikan paparan terkait sejarah, perkembangan serta mekanisme pengelolaan kantin , koperasi dan tempat penitipan anak di RSMH yang dilanjutkan dengan kunjungan ke lapangan.

Selasa, 05 Februari 2019

RSMH PEDULI WORLD CANCER DAY!




Kegiatan rutin RSMH Menyapa Pelanggan kali ini bertepatan dengan peringatan hari kanker sedunia, bertempat di taman edukasi publik pada Rabu (6/02/2019) dibuka oleh Direktur Medik dan Keperawatan Dr.dr.H.M.Alsen Arlan,Sp.B-KBD,MARS  dalam sambutannya mengatakan bahwa sosialisasi akan pentingnya deteksi dini tentang penyakit kanker untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit mematikan ini. Setiap tanggal 4 Februari diperingati  sebagai world cancer day, atau hari kanker sedunia, dr.Alsen menyerukan Ayoo dukung hari kanker se-dunia dengan ikut berpartisipasi melawan kanker!beri dukungan! , saat ini di RSMH  telah tersedia layanan deteksi dini Kanker yaitu di Medical Check Up Graha Eksekutif yang terdiri dari SDM yang berpengalaman dan kompeten dibidangnya, tegas dr.Alsen.
Selain dr.Alsen , kegiatan RSMH Menyapa Pelanggan pun menghadirkan 7 orang narasumber terdiri  dari masing-masing departemen antara lain Departemen Penyakit Dalam, Anak,Bedah ,Obgyn, Radiologi, Patologi Anatomi serta dokter Gizi Klinik.
RSMH Menyapa Pelanggan merupakan kegiatan  rutin diadakan oleh Instalasi Pelayanan Pelanggan,PKRS dan Humas. Dalam kegiatan ini pasien dan pengunjung dapat berkomunikasi langsung dengan Narasumber baik itu dari Jajaran Manajemen maupun stakeholder lainnya. Acara berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan karena di iringi live music, animo pengunjung cukup antusias untuk menyaksikan acara ini. Tema yang diambil untuk setiap kegiatan pun bervariasi sesuai dengan “trending topic” saat itu atau menyesuaikan dengan peringatan hari besar kesehatan.




Minggu, 03 Februari 2019

PENCEGAHAN PRIMER PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA




Acara talkshow kesehatan "Jendela" dengan narasumber Dr. Mulawan, Sp.B (K) Onk. Diselenggarakan pada tanggal 02 Februari 2019, merupakan kerjasama RSUP Dr. Mohammad Hoesin dengan stasiun televisi Sriwijaya TV Palembang.
Dalam kesempatan ini narasumber mengangkat topik "Pencegahan Primer pada Penyakit Kanker Payudara".

Penyakit kanker payudara saat ini menjadi salah satu penyakit keganasan yang paling sering di diagnosis. Data WHO pada tahun 2018 menyatakan bahwa di dunia kanker payudara merupakan penyakit keganasan kedua paling banyak dengan 2.088.849 kasus baru dan menempati peringkat ke-5 penyebab kematian akibat suatu penyakit keganasan. Sedangkan di Indonesia, kanker payudara menempati urutan pertama penyakit keganasan.

Pada kondisi seperti ini perlu diupayakan suatu program pencegahan penyakitkan kerpayudara. Saat ini yang cukup dikenal oleh masyarakat adalah upaya pencegahan sekunder kanker payudara, yaitu melakukan deteksi dini pada wanita-wanita yang belum mengalami gejala dan tanda-tanda kanker payudara. Pencegahan sekunder ini antara lain adalah SADARI (Periksa Payudara Sendiri), SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) dan pemeriksaan radiologi seperti mammografi dan USG Payudara.

Dalam acara ini Dr. Mulawan juga menyampaikan bahwa,  selain upaya tersebut diatas, ada yang dinamakan dengan pencegahan primer kanker payudara. Upaya ini adalah menghindari atau melakukan intervensi terhadap faktor-faktor resiko yang dapat meningkatkan angka kejadian kanker payudara. Faktor resiko pada kanker payudara ada yang tidak dapat dimodifikasi atau dilakukan intervensi, seperti jenis kelamin (indikasi pada wanita tinggi), usia (insidensi tertinggi pada decade 5-6) dan riwayat penderita kanker payudara didalam keluarga (ibu, anak, saudara perempuan, dan lain-lain).

Namun ada faktor resiko kanker payudara yang bisa dimodifikasi sehingga dapat membantu menurunkan resiko terjadinya penyakit kanker payudara. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan modifikasi gaya hidup ; diet, berat badan, latihan fisik dan konsumsi alcohol adalah beberapa komponen faktor resiko yang dapat dimodifikasi.
1.  Penggunaan Terapi Hormon Pengganti
    Penelitian menyatakan bahwa penggunaan terapi hormone pengganti pada wanita post menopause baik yang mengandung estrogen dengan atau tanpa progestin ternyata mengakibatkan peningkatan insiden kanker payudara.
     
2.  Konsumsi Alkohol
   Dinyatakan bahwa akan terja di peningkatan 10% resiko kanker payudara pada setiap 10 gram alcohol yang dikonsumsi tiap harinya sehingga hal seperti ini sebaiknya dihindari.

3.  Latihan Fisik
    Laihan fisik dapat menurunkan resiko terjadinya kanker payudara, suatu penelitian prospektif menyatakan bila seorang wanita paling tidak melakukan aktifitas berjalan≥ 10 jam dalam seminggu dapat menurunkan resiko kanker payudara 50%.

4.  Diet
   Sampai saat ini belum ada penelitian yang memadai mengenai bahan makanan yang dapat menurunkan resiko kanker payudara. Diet Low-Fat (20% dari total kalori, menambah konsum sibuah dan sayur) dikatakan dapat menurunkan resiko kanker payudara, juga vitamin D dikatakan dapat menurunkan resiko.

5.  Berat Badan / IMT
    Dikatakan wanita yang mengalami penambahan berat badan lebih dari 25 kg sejak usia 18 tahun mempunyai resiko lebih tinggi mengalami kanker payudara dibandingkan wanita-wanita yang dapat mempertahankan berat badannya.

6.  Pemberian ASI
   Pemberian ASI memiliki efek protektif terhadap kanker payudara, bahwa resiko relative terjadinya kanker payudara berkurang 4,3% setiap 12 bulan pemberian ASI.

Salam, IP3Humas(tika)