Mewaspadai Penyakit 2019 nCorona Virus
Catatan Dari
Wabah Coronavirus Wuhan China (nCoV)
Dicky B. (Dokter & Peneliti Global Health Security)
Centre for
Env & Population Health GU Australia
Oleh Dr. Harun
Hudari, Sp.PD - KPTI, FINASIM
Tulisan ini dibuat sebagai bagian
dari tanggung jawab ilmiah dan untuk menambah kejelasan informasi atas situasi
wabah corona virus yang telah dinyatakan WHO (Badan kesehatan Dunia) sebagai
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) beberapa hari lalu.
Alasan lain dibuatnya tulisan ini
juga utk memperkuat risk communication, mengingat rumor dan info yg tdk tepat
(hoax) dapat menyebar jauh lebih cepat daripada virus itu sendiri, dan akan
merugikan upaya bersama utk mencegah penyebaran virus nCoV di Indonesia.
Berdasarkan pengalaman penulis saat terlibat dlm wabah Flu Burung tahun 2009,
atau pun merujuk pada wabah SARS CoV tahun 2003 laju informasi tdk sederas saat
ini, dan tentunya ini
dapat berimplikasi positif dan negative.
1. Saat tulisan ini dibuat (1 feb 2020), tercatat
sudah 26 negara (di luar China) di 4 benua (kecuali Afrika) yg melaporkan
adanya kasus nCoV di negaranya. Sebagian besar kasus nCoV yg terkonfirmasi ada
di negara China dan sebagian besar masih terkait dgn kota Wuhan. Selain China,
beberapa negara seperti Jerman, Jepang, Amerika Serikat dan Vietnam telah
melaporkan adanya penularan antar manusia (H2H transmission). Namun, walaupun
nCoV ini memiliki efek serius terhadap kesehatan masyarakat, risiko untuk
Indonesia relative masih rendah pada saat ini dan tentunya pemerintah dan
segenap unsur bangsa ini akan terus menjaga risiko ini tetap rendah.
2. Dasar dan arti deklarasi PHEIC WHO. Deklarasi
ini dikeluarkan berdasarkan pertimbangan makin meningkatnya potensi penyebaran
internasional dan potensi dampak nCoV terhadap negara2 dgn sistem kesehatan
yang belum kuat. Deklarasi PHEIC ini akan membantu memperkuat/meningkatkan
koordinasi global, kerjasama dan solidaritas. Selain itu deklarasi PHEIC juga
akan meningkatkan pengembangan diagnosa, terapi, dan vaksin.
3. Langkah selanjutnya, setiap negara perlu
menyiapkan diri thd kemungkinan kasus nCoV impor dan potensi penyebarannya.
Setiap negara hrs mengkaji ulang preparedness plans, identifying gaps, &
melakukan aksi utk memperkuat system dlm upaya pencegahan atau mengurangi
penyebaran termasuk surveilans dan investigasi kontak. Dan tdk kalah penting
adalah agar seluruh masyarakat tetap melakukan
upaya risk-reducing behaviours seperti membiasakan cuci tangan &
memakai masker.
4. Penularan nCoV tidak semudah dan sesederhana yg
dibayangkan. Reseptor penerima nCoV ada di dalam paru paru. Artinya utk
seseorang terinfeksi maka org tsb harus dalam kontak rapat (sekitar 2 meter)
dengan penderita atau orang yg sudah terinfeksi nCoV sehingga dpt menghirup virus nCoV cukup
dalam ketika penderita/pasien yg tdk bermasker tsb batuk atau bersin. Dan,
belajar dari kasus yg terjadi di negara terdampak wabah, umumnya penderita nCoV
sebelumnya berusia lanjut, sudah memiliki daya tahan tubuh menurun
(immunosuppressed), dan atau memiliki dasar penyakit lainnya.
5. Mengingat hingga saat ini belum ditemukan obat antiviral atau vaksin, maka pengendalian
nCoV akan sangat bergantung pada upaya
deteksi dini dan isolasi kasus suspek symptomatic (bergejala) sambil menunggu
hasil tes lab yg dilakukan Balitbangkes RI yang standar pemeriksaannya sudah
diakui WHO. Sejauh ini, belum ada hasil tes positif di wilayah negara kita.
Seandainya pun nanti ada yg positif, ini BUKAN tanda kegagalan Pemerintah atau
tanda bahaya. Negara semaju Jerman, Jepang dan AS pun terdampak virus ini. Dan
kabar baiknya, angka yg kembali membaik (recovery) semakin meningkat.
6. Beberapa negara termasuk Indonesia telah
memutuskan untuk memulangkan warga negaranya yg berada di Wuhan sbg zero ground
dari nCoV ini. Ini keputusan yg patut diapresiasi. Sejauh ingatan saya, ini
pertama kali dalam sejarah Indonesia melakukan misi pemulangan dlm rangka kasus
wabah di luar negeri. Selanjutnya, tidak perlu ada ketakutan berlebihan terkait
kepulangan saudara kita, karena setelah menjalani karantina 14 hari, dan mereka
dinyatakan sehat, maka potensi adanya virus atau risiko menyebarkan virus nCoV
menjadi negative/nol.
7. Terakhir, kita semua selalu membiasakan utk
melakukan cross check dlm membaca pesan viral terkait nCoV2019 dan coronavirus.
Cari informasi dari sumber terpercaya seperti kementerian Kesehatan, Pakar
terkait, Universitas atau sumber terpercaya lainnya. Panik & takut
berlebihan dalam terhadap coronavirus ini tdk beralasan. Namun menganggap
enteng situasi jg berbahaya krn bisa menurunkan kewaspadaan dan masyarakat jadi
abai thd pencegahan. Semoga Allah memberikan perlindungan pada bangsa
Indonesia. aamiin.
Berbagai upaya juga telah dilakukan dalam
rangka meningkatkan kewaspadaan thd penularan penyakit yg disebabkan virus nCov ini, diantaranya
pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan di Rawat Jalan RSUP Dr. mohammad
Hoesin Palembang, pada tanggal 28 Januari 2020 dengan narasumber Dr. Harun
Hudari, Sp.PD – KPTI, FINASIM, Dr. Sudarto, Sp.PD (K) dan Dr. Fifi Sopia, Sp.A
(K), juga acara talkshow kesehatan di stasiun televisi Sriwijaya TV Palembang
pada tanggal 01 Februari 2020, narasumber Dr. Harun Hudari, Sp.PD – KPTI,
FINASIM.
Salam
Promkes
Referensi:
https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2001468
https://promedmail.org/promed-post/?id=6910685
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6