Kamis, 13 Desember 2018

Humas Harus Memiliki Jiwa Hospitalpreneurship

Humas Harus Memiliki Jiwa Hospitalpreneurship


Staf RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang terutama bagian Hubungan Masyarakat (Humas) harus memiliki jiwa hospitalpreneurship. Untuk memiliki jiwa hospitalpreneurship, seorang Humas harus mampu berpikir di luar kebiasaan atau istilahnya think outside the box dalam upaya memajukan Rumah Sakit.

Demikian diutarakan Direktur Utama RSMH dr Muhammad Syahril SpP MPH saat Workshop Peran Humas di Era Disruptif, Kamis (13 Desember 2018), di Hotel Santika Premiere Palembang. Workshop yang diikuti seluruh Humas Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) se-Sumatera Selatan ini juga menghadirkan pembicara Anjari Umarjiyanto seorang Motivator Kehumasan yang juga menjabat sebagai Ketua Kompartemen Humas dan Pemasaran PERSI. 

Lebih lanjut Syahril menjelaskan, selain berpikir di luar kebiasaan seorang Humas juga harus mempunyai keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Humas yang berjiwa hospitalpreneurship juga memiliki semangat untuk terus berinovasi. 

"Untuk menjadi Hospitalpreneurship, seorang Humas harus senantiasa menghadirkan pelayanaan yang unggul dengan mengutamakan kesempurnaan. Humas juga harus mampu mengenali kompetitor dan sekaligus mampu menjalin partnership yang baik dengan seluruh stakeholder," ujarnya.

Di era 'kekinian', Humas dituntut mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi. Dijelaskan Syahril, Humas harus mulai melangkah lebih maju dengan memanfaatkan teknologi informasi.

"Penggunaan media sosial merupakan laangkah yang efektif dan efisien dalam penyampaian informasi. Informasi harus disajikaan dalam format yang persuasif, kreatif, serta inovatif sehingga dapat lebih mudah dicerna dan diterima seluruh kalangan," pungkasnya. (leni/IP3H-pkrs)

Rabu, 12 Desember 2018

PENYAKIT PADA MUSIM PENGHUJAN


PENYAKIT PADA MUSIM PENGHUJAN


Musim penghujan merupakan musim rawan penyakit, karena beragam jenis bakteri, virus ataupun mikro organisme  penyebab penyakit dapat berkembang biak dengan cepat,  oleh karena itu RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang melaksanakan kegiatan rutin berupa penyuluhan kesehatan dengan mengangkat topik “Pencegahan DBD”, pada kesempatan kali ini, Rabu tanggal 13 Desember 2018, kegiatan bertempat di Rawat Inap (IRNA C), Narasumber dari TIM Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

1.    Pengertian
     DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Hasil gambar untuk foto nyamuk dbd2.    Adapun ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti adalah:
  •  Hitam belang putih             
  •  Lincah/ jarang menetap disuatu tempat.
  •  Intermitten Feeder (Menghisap darah   berulang kali sampai merasa kenyang)
  • Menyukai udara lembab dan hangat.

3 . Cara Penularan

 Melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Hasil gambar untuk foto penularan dbd

4.    Tanda dan Gejala .
Demam 2-7 hari, tampak lemah dan lesu, sakit kepala, nyeri sendi, bintik merah pada kulit, perut terasa nyeri, mimisan, muntah darah dan berak darah, jika sudah parah penderita gelisah, tangan dan kaki dingin, pada pemeriksan laboratorium, trombosit mengalami penurunan, peningkatan hemotokrit dan mengalami penurunan hemotokrit setelah mendapat pengobatan cairan.

Demam Pelana Kuda :
Hasil gambar untuk foto fase pelana kuda
Fase I :  demam pada hari 1-3, suhu tubuh penderita sangat tinggi 39-41 derajat celcius
Fase II : hari ke 4-5, suhu tubuh penderita kembali normal atau bahkan dibawah  normal kita sering tertipu karena menganggap sdh sembuh padahal penderita sedang mamasuki fase kritis, dimana resiko tertinggi dari DBD dapat terjadi. Bila ditangani dengan cepat dan tepat, fase kritis bisa berlangsung kurang dari 48 jam.
Fase III : merupakan fase penyembuhan, dimana penderita kembali demam, namun tidak perlu khawatir, pada fase ini kondisi tubuh  mulai kembali normal, termasuk juga trombosit.
         
5.    Yang harus dilakukan jika timbul gejala  
·      Beri minum sebanyak-banyaknya, teh, susu, dll, sebaiknya oralit.
·      Kompres untuk menurunkan panas.
·      Beri obat penurun panas
·      Bawa segera kepos pelayan kesehatan terdekat atau puskesmas.

6.    Cara Pencegahan.
Obat belum ada,
vaksin untuk pencegahan belum ada,
Pemberantas penyakit DBD adalah dengan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dngan  3 M PLUS.
   3 M :
·      Menutup rapat TPA (tempat penampungan air)
·      Menguras TPA , seminggu sekali secara teratur
·      Mengubur barang bekas yang  dapat menampung air hujan
PLUS :
·         abatisasi
·         pelihara ikan
·         lotion anti nyamuk
·         obat nyamuk bakar
·         obat nyamuk semprot
·         kawat kasa
·         kelambu
·         pakaian panjang , dll
Pemeriksaan jentik.
Pengasapan (Fogging)
Jumat bersih/gotong royong membersihkan lingkungan.(TIKA/IP3H)


Selasa, 11 Desember 2018

Kenali IMS sebagai resiko HIV/AIDS


Kenali IMS sebagai resiko HIV/AIDS


Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu pintu masuk penularan HIV/AIDS. IMS adalah salah satu infeksi kelamin yang ditularkan melalu hubungan seksual.

Dalam rangka memperingati World AIDS Day ( Hari AIDS Sedunia) dengan Tema ” Know Your Status”  yang menekankan pada deteksi dini infeksi HIV/AIDS, menjauhi penyakitnya bukan orangnya,  Instalasi Pelayanan Pelanggan, PKRS dan Humas RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang  bekerjasama dengan LPP RRI mengadakan Talkshow Kesehatan , Rabu 12 Desember 2018 di Pro 2 RRI dengan mengangkat Topik “ Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai resiko penularan HIV/AIDS” dengan narasumber DR.dr. Yuli Kurniawati, Sp.KK(K) dan dr. Indah Permata Sari, Sp.KK.

Dikatakan oleh Dr. Yuli, bahwa lebih dari 13 miliar penduduk dunia terinfeksi IMS setiap tahunnya.  IMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak dan organ tubuh lainnya. IMS adalah suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral,anal atau lewat vagina).

Lebih lanjut dijelaskan oleh dr. Indah, tanda khas dari IMS adalah :
  • Keluar cairan dari alat kelamin secara abnormal (berbau dan berwarna)
  • Sakit/panas sewaktu buang kecil
  • Gatal-gatal di sekitar alat kelamin
  • Nyeri di perut bawah atau sekitar alat kelamin atau sewaktu berhubungan seks,
  • Luka di mulut atau alat kelamin dengan pembesaran getah bening

IMS dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.  IMS yang sering ditemukan yaitu gonore(kencing nanah), Sifilis, kutil kelamin, herpes genital, infeksi jamur kandida, kutil pada anus dan herpes labialis yang banyak menyerang usia-usia muda (usia produktif) sehingga dapat juga mempermudah penularan HIV/AIDS, lanjut Dr. Indah.

Infeksi Menular Seksual merupakan pintu masuknya HIV/AIDS, dimana AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh HIV yang menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. HIV sendiri adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS.

Dr. Indah juga menjelaskan tahapan seseorang yang terinfeksi HIV hingga menjadi AIDS sangat panjang tergantung kondisi orang tersebut. Pada tahap awal gejala HIV masuk kedalam tubuh seseorang dan mulai berkembang. Gejala yang terjadi pada fase ini sulit dibedakan dengan orang yang terkena gejala infeksi biasa (0-6bulan). Pada tahap selanjutnya (3-10tahun) tes HIV yang dilakukan sudah bisa mendeteksi adanya virus didalam tubuh seseorang atau tidak. Namun penderita HIV masih tampak sehat tanpa ada gejala sakit. Pada tahap dari HIV+ menjadi AIDS, kondisi sistem kekebalan tubuh sudah sangat rendah dan sudah sangat membahayakan bagi tubuh.

Dalam beberapa kasus bahkan sel CD4 hampir mendekati angka 0. Infeksi Oportunistik sudah semakin parah bahkan menjadi penyakit kronis yang berat. Di tahap ini apabila tidak segera dilakukan penanganan yang tepat yaitu pengobatan ARV, penderita bisa meninggal.
Gejala HIV/AIDS meliputi berat badan menurun, lemah, demam dan sering berkeringat, infeksi jamur persisten atau sering terjadi, ruam kulit dan infeksi herpes pada mulut, genital atau anus. Virus HIV  hanya hidup dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi terutama di dalam darah, air mani ( pria), cairan vagina ( perempuan), air susu ibu dan cairan ketuban. Virus tidak terdapat pada cairan keringat, air mata apalagi air liur sambung Dr.Yuli.

Pencegahan IMS dan HIV dengan melaksanakan gerakan ABCD:
A:Abstinance (tidak berhubungan sebelum menikah)
B: Be Faithfull (Saling setia pada pasangan)
C: Condom (Gunakan kondom)
D: Drugs (Hindari pemakaian narkoba)

Perlu dilakukan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat karena banyak pasien yang masih enggan untuk memeriksakan dirinya yang sudah terkena tanda dan gejala penyakit kelamin atau resiko menderita HIV-AIDS. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan penularan penyakit kepada pasangannya. Jadi…Stop HIV/AIDS dengan “Jauhi penyakitnya bukan orangnya” kata Dr.Yuli. dan  dr. Indah mengakhiri Talkshow nya.
(Noy-IP3H)


Perlunya Menjaga kebersihan dan Perawatan Luka Setelah Operasi


Perlunya Menjaga kebersihan dan Perawatan Luka Setelah Operasi

Masalah luka memang kerap terjadi bila kita tidak bisa menjaga kebersihan luka itu sendiri, agar luka itu sendiri tidak terjadi infeksi maka yang perlu diketahui 3 fase penyembuhan luka setelah operasi dan perawatannya. Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan tujuan meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi.

Demikian yang disampaikan Zaleha, STT, pada penyuluhan di ruang rawat inap bedah kebidanan (IRNA G), rabu (12/12), penyuluhan diikuti oleh pasien dan keluarga pasien yg dirawat diruangan rawat inap tersebut.

Perawatan luka  Post Operasi adalah perawatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah tindakan operasi sebagai tindak lanjut, sedangkan Luka Operasi adalah luka yang disebabkan karena tindakan operasi, misalnya : operasi caesar, operasi usus buntu.

Ia mengatakan, biasanya luka tipe ini lebih kecil hanya berupa sayatan dan sudah dilakukan penjahitan jaringan, sehingga biasanya luka tidak dalam kondisi terbuka. Untuk kondisi ini luka berada pada kondisi luka bersih sehingga yang harus ditekankan adalah perawatan luka lanjutan dan juga harus mempertahankan kebersihannya / sterilitasnya.

Selanjutnya dijelaskan 3 fase penyembuhan luka itu diawali dengan fase Inflamasi. Pada fase ini muncul segera setelah injury dan dapat berlanjut sampai 5 hari. ditanda inflamasi disekitar luka antara lain: kemerahan (rubor), hangat (kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan hilangnya fungsi (fungsi laesa).

Fase selanjutnya  Fase Proliferasi / Epitelisasi. Dimana pada fase ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Penampilan klinisnya antara lain dasar luka merah cerah (granulasi dengan vaskularisasi baik), kadang ditemukan bekuan darah, adanya kulit baru (epitelisasi) bewarna merah muda pada tepi luka.

Selanjutnya Fase maturasi / Remodelling.  Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dimana luka sudah menutup sempurna pada hari ke-21 dan akan muncul bekas luka (scar) atau keloid (scar yang menebal) selama proses maturasi berlangsung.

Ia mengatakan kita perlu mengetahu faktor yg dapat mempengaruhi penyembuhan luka agar dapat mempermudah proses penyembuhan tuka tersebut dan yang harus dilakukan keluarga pasien bila luka bermasalah yaitu untuk menjaga kebersihan diri pasien, jangan melakukan apapun terhadap luka dan  segera ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan luka. (Leni/IP3H)

Senin, 10 Desember 2018

PENYULUHAN KESEHATAN ”DIET PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG”


PENYULUHAN KESEHATAN
 ”DIET PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG”


Penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Penyakit jantung yang paling umum sering terjadi yaitu penyakit jantung koroner. Penyakit ini terjadi, ketika pasokan darah yang kaya oksigen menuju otot jantung terhambat oleh plak pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner. Pada dinding pembuluh arteri dapat terjadi kondisi ateroskelosis yaitu penumpukan kolesterol dan substansi lainnya, seperti kalsium dan fibrin, yang membentuk sumbatan atau plak di pembuluh darah arteri. Plak dapat terbentuk di dinding arteri bahkan sejak seseorang masih muda. Namun semakin bertambahnya usia, risiko pembentukan plak akan semakin tinggi. Jika tidak diobati, lama kelamaan plak ini dapat menyebabkan berkurangnya elastitas pembuluh darah arteri dan mengganggu kelancaran aliran darah.

Instalasi Pelayanan Pelanggan, PKRS dan Humas bekerjasama dengan Instalasi Rawat Inap E mengadakan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Desember 2018 di ruang tunggu Kelingi 1.2 dengan narasumber Jayanti, SST.RD mengangkat Topik “Diet pada Pasien Penyakit Jantung”. Penyuluhan yang diikuti oleh keluarga pasien ini berjumlah 30 orang dihadiri oleh Kepala Instalasi Rawat Inap E, Ibu Hj.Siti Sakdiah, SKM,M.Kes.

Dalam penyuluhan disampaikan oleh Ibu Jayanti bahwa penderita penyakit jantung, hendaknya memperhatikan betul hal-hal yang berkaitan dengan diet yg berhubungan dengan penyakitnya.

Makanan adalah salah satu faktor resiko pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), pola  makan cenderung kaya akan lemak yaitu lemak jenuh dan kolesterol.

Faktor resiko utama PJK adalah
  1. Tekanan darah naik.
  2. Merokok
  3. Kadar kolesterol darah naik
  4. Kadar LDL naik

Faktor Resiko Sekunder
1. Kegemukan diabetes
2. Stress
3. Kurang olahraga
4. Keturuna
n , umur
5. Kadar trigliserida naik
6. Watak

Tujuan dari diet ; Menurunkan kadar lipid darah
Syarat diet:
1. Energi : disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencapai / mempertahankan BB normal.
2. Lemak : kurang lebih 25% x jumlah kebutuhan kolesterol.
     - 10% lemak jenuh.
     - 15% lemak tidak jenuh.
3. Kolesterol: 300mg
4. Garam: 5 g/hari
5. Protein : sesuaikan dengan kebutuhan normal.
6. Serat tinggi : diutamakan serat yang larut air maupun enteral, kemudian meningkat menjadi sisa rendah dan serat rendah.
7. Bila gejala hilang dapat diberikan makanan biasa
8. Kebutuhan Gizi yaitu:
     - Energi tinggi dan protein tinggi.
     - suplemen vit. Dan mineral antara lain Vit.A,C,D, asam folat, Vit. B12, kalsium, zat                   besi,
magnesium dan seng.
9. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang (MCT) dapat diberikan karena sering terjadi   intoleruasi laktosa dan malabsorpsi lemak.
10.Cukup cairan dan elektrolit.
11. Menghindari makanan yang menimbulkan gangguan.
12. Sisa rendah secara bertahap kembali ke makanan biasa.
Jenis diet dan Indikasi pemberian
Sesuai dengan gejala penyakit, dapat diberikan makanan cair, lunak, biasa atau diet sisa rendah dengan modifikasi rendah laktosa atau menggunakan lemak trigliserida rantai sedang.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
1. Diet Jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti myo card infarct(MCI) atau dekompensasio kardiak berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 ltr cairan / hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi, protein, kalsium dan tiamin
2. Diet Jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan sering atau lunak. Diet diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I atau setelah fase akut dapat diatasi jika disertai hipertensi atau edema diberkan sebagai diet jantung II garam rendah diet ini rendah energi, protein, kalsium dan tiamin

3. Diet Jantung III
Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan dari di jantung II atau kepada pasien dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi atau edeme diberikan sebagi diet jantung III garam rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain

4.Diet Jantung IV
Diet jantung IV diberikan sebagai perpindahn diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi atau edema diberika sebagai diet jantung IV garan rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lainnya.

Melakukan diet yang tepat bisa membantu pasien untuk memulihkan serta menunjang pengobatan jantung yang dilakukan
(Noy-IP3H)

Ada Lima Tahapan Bahasa Bicara Anak Yang Mesti Diketahui

Ada Lima Tahapan Bahasa Bicara Anak Yang Mesti Diketahui


Orangtua perlu mengetahui lima tahapan awal bahasa bicara pada anak. Perkembangan bahasa bicara telah dimulai sejak anak dilahirkan, meski pada waktu itu anak mengekspresikan apa yang dirasakan tidak melalui kata-kata namun lewat tangisan, ekspresi wajah, serta gestur tubuh.

Demikian diutarakan Maria Dian Utami AMd pada penyuluhan di Ruang Tunggu Poli Rehabilitasi Medik, Selasa (11 Desember 2018). Penyuluhan diikuti sekitar 30 peserta yang merupakan keluaga pasien.

Dijelaskannya, lima tahapan tersebut dimulai dari Reflex Vocalization pada anak usia 0 sampai 3 bulan. Pada tahap ini aktivitas anak masih bersifat refleks. Suara atau tangisan yang dikeluarkan masih bersifat refleks belaka.

"Kesan bunyi tangisan yang dihasilkan anak mirip bunyi vokal oeee oaaaa. Maka itu dinamakan tahap refleks vocalization yang merupakan tahapan yang wajar pada anak," ujarnya.

Tahap selanjutnya terjadi ketika anak berusia 3 hingga 6 bulan. Tahapan ini disebut babling. Tahapan ini dikenal dengan masa anak mengoceh. Pada tahap ini anak senang mengulang bunyi yang dihasilkannya.

"Bunyi yang dihasilkan mulai terdengar bervariasi seperti suara koo, gurgles, dan suara yang menyenangkan. Selanjutnya terdengar bunyi seperti pa-pa-pa ma-ma-ma," imbuhnya.

Selanjutnya di usia 6 sampai 9 bulan, anak akan melalui tahapan Laling. Tahapan ini disebut jargon. Ocehan yang disebutkan anak sudah dalam bentuk kombinasi konsonan yang juga terdapat pada tahapan babling. Contoh ucapan anak pada tahapan ini adalah mam, yang diucapkan saat anak lapar.

Pada usia 9 sampai 12 bulan anak akan memasuki tahapan Echolalia. Tahapan ini cenderung meniru dari suatu individu tanpa mengubah apa yang dikatakan kepadanya. Dalam usaha meniru diiringi dengan gestur atau isyarat gerak tubuh. Pengulangan terhadap apa yang didengar ini belum diiringi dengan pemahaman bahasa.

Tahap selanjutnya adalah True Speech pada usia anak 12 sampai 18 bulan. Pada tahapan ini, anak sudah berbicara benar. Mereka sudah memahami, namun beberapa artikulasi belum diucapkan secara sempurna. 

Selain tahap awal tersebut di usia anak mencapai 2 hingga 3 tahun, sekitar 50-75 persen bicara anak sudah dapat dimengerti. Anak sudah meminta benda dengan menamakan, mulai mengenali beberapa anggota tubuh, mulai menanyakan 1-2 pertanyaan. Anak juga mulai mengikuti perintah sederhana dan menjawab pertanyaan sederhana. Anak sering menghilangkan atau mengganti konsonan kata akhir, dan juga mengganti konsonan tengah pada kata.

"Pada usia 2-3 tahun anak memiliki reseptif 500-900 kata. Namun terkadang masih echolalia bila mengalami kesukaran berbicara," tutupnya. Leni IP3H/PKRS

Kamis, 06 Desember 2018

TANTANGAN KEDEPAN TERHADAP PELAYANAN HIV-AIDS


TANTANGAN KEDEPAN TERHADAP PELAYANAN HIV-AIDS

Dalam rangka memperingati hari HIV-AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 01 Desember, maka RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, menyelenggarakan rangkaian kegiatan yang salah satunya adalah acara talkshow kesehatan di stasiun televisi “Sriwijaya TV” Palembang, pada tanggal 01 Desember 2018, pukul 19.00.WIB. Dalam kesempatan kali ini narasumber, Dr. Riza Chandra Wijaya, MKM, mengangkat topik “Tantangan kedepan terhadap pelayanan HIV-AIDS”.Menurut Dr. Riza, pada saat ini untuk penangan HIV-AIDS, pemerintah telah menyediakan sarana dan prasarana serta SDM yang cukup, termasuk didalamnya obat-obatan untuk penderita HIV-AIDS, artinya.. sekarang bagaimana memotivasi penderita agar dengan sadar untuk memeriksakan status kesehatannya, merupakan hal yang sangat penting. Karena..semakin banyak masyarakat yang mengetahui status HIV dan mendapat pengobatan, maka akan dapat mendorong percepatan tercapainya penurunan epidemi HIV, sehingga Indonesia dapat mencapai “3 zero “, yaitu : tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada kematian akibat AIDS dan tidak ada stigma dan diskriminasi untuk mencapai eliminasi HIV pada 2030. Dengan mengetahui status kesehatan sejak dini dan memulai segera pengobatan ARV, maka kesehatan dan kualitas hidup tetap terjaga, sehingga tetap produktif untuk memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.Tetapi…lanjutnya..pada saat ini yang terjadi di masyarakat bahwa masih adanya stigma negative terhadap penderita HIV, masyarakat cenderung bersikap menjauhi mereka yang hidup dengan HIV-AIDS, padahal  sebenarnya yang dibutuhkan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) adalah dukungan semangat untuk hidup lebih baik dan normal seperti orang lain. Oleh karena itu edukasi tentang HIV-AIDS masih sangat diperlukan ,dengan harapan dapat merubah stigma yang telah berkembang dimasyarakat, pungkas dr. Riza(Tika/IP3H)