Jumat, 30 Agustus 2019

Wawancara Khusus dg Dokter Sindu Saksono, Tim Dokter Bedah Anak RSMH


Di Balik Keberhasilan Operasi Kembar Siam RSMH

Wawancara Khusus dg Dokter Sindu Saksono, Tim Dokter Bedah Anak RSMH

Keberhasilan tim RS Moh Hoesin Palembang melakukan pemisahan bayi kembar berjenis kelamin perempuan Alisya dan Aysha. Tak lepas dari peran dr. Sindu Saksono, Sp.B, Sp.BA. Dokter senior yang berusia 62 tahun ini menjadi ketua Tim dokter bedah RSMH.

Saat berbincang dengan Dokter Sindu, Kamis (29/08/2019) di ruang meeting RS Moh Hoesin Palembang, Dokter Sindu menolak dikatakan sebagai satu-satunya Dokter Bedah Anak di Sumatera Selatan. “Ada kok satu lagi, dr. Shalita Dastamuar, Sp.B, Sp.BA,” ujar dia merendah. Walaupun sebenarnya, Dokter Shalita sendiri tercatat sebagai murid Dokter Sindu.

Dokter Sindu mengakui, menjadi dokter spesialis bedah anak banyak suka dukanya ,. pernah suatu kejadian saat anak yang kita operasi selamat, ya orang tuanya akan sangat senang. Pernah sampai ada menamai anaknya, Sindu, pas dipanggil, Sindu..Sindu..saya noleh, oh bukan saya, ternyata anak itu,” kata dia tertawa. Tapi, kalau pas anaknya tidak selamat, lanjut Dokter Sindu, ia akan kebagian makian dari orang tua anaknya.

Dokter Sindu bersama Gubernur Herman Deru saat mengamati video proses pemisahan bayi kembar siam Alisya dan Aysha

Namun, satu hal yang paling berkesan bagi dokter yang menyelesaikan sarjana kedokteran di Universitas Airlangga, dan mengambil spesialisasi Bedah Anak di Universitas Padjajaran itu, ketika ia melakukan operasi kecil yakni sunatan. Dan ternyata si anak yang disunat itu mengidap HIV. Sedikit saja ia salah dalam melakukan operasi, bisa jadi Dokter Sindu akan tertular. “Tapi selama saya menjadi dokter bedah, saya selalu mengutamakan yang namanya Basic Surgical Skills (BSS),” kata dia. BSS adalah metode pelatihan berstandar internasional yang diterapkan untuk memberikan kompetensi ketrampilan dasar bedah kepada para dokter. “Misalnya, kalau mau pegang jarum jangan pakai tangan tetapi menggunakan pinset. Semestinya sekarang semua dokter menerapkan BSS itu saat melakukan tindakan,” jelasnya.

Dokter Sindu sendiri telah bertugas di RS Moh Hoesin Palembang semenjak tahun 2003. Selama 16 tahun ia bertugas di RS Moh Hoesin, sudah ada tiga pasien kembar siam yang ia tangani. Salah satunya kembar siam Rahma-Rahmi yang dioperasi tahun 2013 lalu. Menurutnya, waktu itu, kedua Rahma Rahmi baik sehingga bisa untuk dipisahkan. “Kalau nggak salah usia mereka enam bulan waktu kami lakukan pemisahan. Makanya keduanya dapat bertahan,” kata Dokter Sindu yang asli Tulung Agung, Jawa Timur.

Tapi, lanjut dokter yang dulunya bercita-cita pingin menjadi Chef itu, untuk operasi pemisahan Alisya dan Aysha, kondisinya berbeda, karena termasuk bayi kembar siam parasit. Salah satu bayi tidak memiliki saluran tenggorokan dan tidak terbentuk paru-paru. “Makanya mereka harus segera dipisahkan,” ujar dia. Menurut dia, mengoperasi kembar siap itu rumit. Sebab, setiap ada kasus kembar siam, kasusnya pasti berbeda-beda. Tidak ada yang sama.

(Laporan Suhaimi Humas-dikutif dari Berita Swarna News 30/8/19)


1 komentar: