Minggu, 03 November 2019

STROKE DAPAT DICEGAH: JANGAN JADI SALAH SATUNYA

Artikel

Dr. Selly Marisdina, SpS(K), MARS

Stroke merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Di Amerika Serikat, stroke menempati urutan kedua penyebab kematian setelah penyakit jantung. Di Indonesia, data nasional menunjukkan stroke sebagai penyebab kematian tertinggi. Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. Angka kejadiannya 5 juta per tahun, dan tampak mengalami peningkatan di negara berkembang. Setiap 40 detik satu orang akan mengalami stroke dan setiap 4 menit seseorang meninggal karena stroke. Dalam satu tahun diperkirakan 137.000 meninggal karena stroke. Empat puluh persen kematian stroke terjadi pada laki-laki dan 60% terjadi pada wanita. Selain angka kematian dan kecacatan yang tinggi, biaya yang dikeluarkan untuk mengobati stroke sangat tinggi. Di Amerika pada tahun 2010, dana yang dikeluarkan untuk mengobati stroke sebesar 73,7 juta dolar

PEMBAGIAN STROKE
Stroke dibagi atas 2 yaitu stroke sumbatan dan stroke perdarahan. Pada stroke sumbatan terjadi hambatan alirah darah ke bagian otak tertentu. Pada stroke perdarahan terjadi perembesan darah ke jaringan otak akibat pembuluh darah yang melemah bocor. Dari keseluruhan stroke, 87% adalah iskemik dan 10% adalah stroke perdarahan intraserebral dan 4% adalah stroke perdarahan subaraknoid.
Seseorang yang berisiko untuk mengalami stroke dikenal dengan Stroke Prone Person, yaitu seseorang yang memiliki faktor risiko untuk terjadinya stroke. Ada 2 faktor risiko stroke yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. 90% stroke diakibatkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain tekanan darah tinggi, obesitas, hiperglikemia, hiperlipidemia dan gangguan ginjal, dan 74% diakibatkan oleh faktor risiko behavioral, seperti merokok, gaya hidup, dan diet yang tidak sehat. Secara global, populasi udara berkontribusi 29% sebagai faktor risiko stroke
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, herediter dan ras/etnik.

GEJALA-GEJALA STROKE
Gejala yang mudah dikenali apabila terserang stroke yaitu pada wajah, lengan dan cara bicara. Wajah akan jatuh ke salah satu sisi dan akan tampak mengot pada seseorang yang menderita stroke. Salah satu lengan akan mengalami kesulitan mengangkat atau memegang benda. Dari cara bicara, penderita yang mengalami stroke akan terdengar pelo atau cadel. 
Berdasarkan data dari 28 rumah sakit, gejala dan tanda klinis dari stroke adalah sebagai berikut: 
1. Gangguan motorik
2. Nyeri kepala
3. Bicara pelo atau disartria
4. Gangguan sensorik
5. Muntah 
6. Kesulitan bicara atau disfasia
6. Vertigo
7. Tidak sadar
8. Kejang
9. Gangguan penglihatan atau visual
10. Gangguan keseimbangan
11. Migren 

Apabila seseorang mengalami gejala-gejala ini sebaiknya tanpa menunda untuk segera menghubungi rumah sakit atau pusat kesehatan. Pengobatan stroke berpacu dengan waktu, periode emas penanganan stroke adalah 4,5 jam. Semakin cepat seseorang yang mengalami stroke mendapatkan pengobatan akan menurunkan angka kematian dan kecacatan pada penderita stroke. 

PENCEGAHAN STROKE
Meskipun berdasarkan penelitian didapatkan satu dari empat orang diperkirakan akan mengalami stroke, tetapi berdasarkan penelitian, kondisi stroke ini 80% dapat dicegah.
Beberapa langkah sederhana untuk mencegah terjadinya stroke antara lain:
Kontrol tekanan darah. Setengah dari keseluruhan stroke berhubungan dengan tekanan darah yang tinggi. Kontrol tekanan darah dengan perubahan gaya hidup atau dengan obat-obatan akan menurunkan risiko terjadinya stroke
Olah raga lima kali per minggu. Lebih dari sepertiga dari keseluruhan stroke terjadi pada orang yang tidak cukup berolah raga. Olah raga sedang 20-30 menit lima kali per minggu akan menurunkan risiko stroke
Diet sehat yang seimbang. Hampir seperempat dari keseluruhan stroke berhubungan dengan diet yang tidak sehat. Diet sehat yang kaya akan buah-buahan dan sayuran segar dan mengurangi konsumsi makanan siap saji akan menurunkan risiko terjadinyo stroke
Menurunkan kadar kolesterol. Lebih dari satu dalam 4 pasien stroke dihubungkan dengan kadar kolesterol LDL yang tinggi. Diet lemak saturasi rendah, menghindari makanan siap saji dan olah raga yang teratur akan menurunkan risiko stroke. Jika tidak dapat mempertahankan kadar kolesterol dengan pola hidup sehat,  mungkin dibutuhkan obat-obatan penurun kadar kolesterol sesuai anjuran dokter.
Menjaga berat badan yang ideal. Hampir satu dari lima orang yang mengalami stroke berhubungan dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Menjaga Boddy Mass Index ideal akan menurunkan risiko stroke.
Berhenti merokok. Hampir satu dari 10 orang yang mengalami stroke berhubungan dengan merokok. Berhenti merokok akan menurunkan risiko stroke dan juga menurunkan risiko stroke pada orang-orang sekitar.
Skrining dan mengobati atrial fibrilasi. Orang yang mengalami atrial fibrilasi 5 kali lebih berisiko untuk terjadi stroke dibanding populasi umum. Pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun, lakukan skrining adanya atrial fibrilasi. Jika seseorang mengalami atrial fibrilasi, pengobatan yang tepat akan menurunkan risiko stroke.
Kontrol kadar gula darah. Jika seseorang mengalami diabetes akan lebih berisiko terjadinya stroke. Pengobatan yang tepat akan menurunkan risiko stroke.
Mengatasi stres dan depresi. Hampir satu dari 6 orang penderita stroke berhubungan dengan kondisi mental. Mengatasi stres, depresi, rasa marah dan ansietas penting untuk menurunkan risiko stroke.

KESIMPULAN
Pengenalan stroke secara dini akan menurunkan angka kematian dan kecacatan pada penderita stroke. Meskipun insiden stroke masih tinggi, dengan penerapan pola hidup sehat dan kontrol faktor risiko, delapan puluh persen kejadian stroke dapat dicegah.

Leni(PKRS)

1 komentar: