Rabu, 06 November 2019

Kelainan Haid dan Kesuburan

Artikel
KELAINAN HAID DAN KESUBURAN
Oleh Dr. Awan Nurtjahyo, Sp.OG(K)


Menstruasi (Haid) adalah perdarahan secara periodik dan siklik uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Haid merupakan pengeluaran darah secara periodik, cairan jaringan dan debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah bervariasi. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikut. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Lamanya suatu siklus bervariasi normal antara 3 – 10 hari dengan jumlah darah normal 5-80 cc.

Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya). Suatu cara yang mudah untuk menjelaskan siklus menstruasi endometrium adalah memulainya segera setelah menstruasi berhenti dan mengikuti siklus ini sampai menstruasi berikutnya karena siklus ini melewati fase proliferatif dan sekresi (luteal) Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39 tahun.

Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi, atau jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami kedua gangguan itu.
 1. Gangguan pada lamanya siklus menstruasi:
a. Polimenore atau Epinore : Siklus menstruasi lebih pendek kurang dari 21 hari
b. Oligomenore : Siklus menstruasi lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari
c. Amenore : tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga bulan berturut-turut

2. Gangguan jumlah darah menstruasi dan lamanya perdarahan:
a. Hipomenore : Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau kurang dari biasa dengan discharge menstruasi sedikit atau ringan
b. Hipermenore atau Menoragia : Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Menoragia mungkin terjadi disertai dengan suatu kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan yang nyata pada uterus. Hal ini disebut perdarahan uterus abnormal

Kegagalan pasangan suami istri (pasutri) dalam memperoleh keturunan, disebabkan oleh masalah pada pria dan atau wanita. 40 persen kesulitan mempunyai anak terdapat pada wanita, 40 persen pada pria, dan 30 persen pada keduanya. Anggapan bahwa kaum wanitalah yang lebih bertanggungjawab terhadap kesulitan mendapatkan anak adalah kurang tepat.
WHO juga memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki masalah infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan infertil. Disebut Infertilitas primer jika seorang wanita yang telah berkeluarga belum pernah mengalami kehamilan meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan.

Sedangkan infertilitas sekunder apabila wanita tersebut sudah pernah memiliki anak. Infertilitas dapat disebabkan oleh kelainan pada :
 1. Kelainan pada tuba : Sumbatan di tuba fallopii merupakan salah satu penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi. Peningkatan insiden penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease –PID).
 2. Kelainan ovarium : Masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus ovarium.

Gangguan Ovulasi yang dibagi ke dalam 4 kelas (WHO)
a. Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise. Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10 % dari seluruh kelainan ovulasi.
b. Kelas 2: Gangguan fungsi ovarium. Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85 % dari seluruh kasus kelainan ovulasi.
c. Kelas 3: Kegagalan ovarium. Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4- 5 % dari seluruh gangguan ovulasi.
d. Kelas 4: Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin yang tinggi.

3. Kelainan serviks :
a. Perkembangan serviks yang abnormal sehingga mengakibatkan migrasi sperma terhambat. b.Tumor serviks seperti polip atau mioma yang dapat menutupi saluran sperma atau menimbulkan discharge yang mengganggu spermatozoa.
c. Infeksi serviks yang menghasilkan asam atau sekresi purulen yang bersifat toksin terhadap spermatozoa.
4. Infeksi vagina : seperti vaginitis dan trikomonas vaginalis akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Terjadinya disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang terlalu asam juga dapat menyebabkan seorang wanita kesulitan mengalami kehamilan

Faktor resiko terjadinya infertilitas antara lain:
1. Faktor usia
 2. Genetic
 3. Berat badan (BMI)
4. Nutrisi, dll

Infertilitas pada pria dipengaruhi oleh faktor koitus pria yang meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal, kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vas deferens kongenital, obstruksi vas deferens dan kelainan kongenital sistm ejakulasi. Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau varikokel. Masalah ejakulasi seperti ejakulasian retrograde yang berhubungan dengan diabetes, kerusakan saraf, obat-obatan atau trauma bedah.

Referensi
1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011: 425430.
2. HIFERI (2013). Konsensus Penanganan Infertilitas. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan fertilitas Indonesia
3. Robert L B. Female Infertility; Reproductive Endocrinology 7th Edition.2010 


Noya/PKRS

1 komentar: