Kamis, 05 September 2019

DETEKSI DINI MANIFESTASI DI RONGGA MULUT PADA PENDERITA HIV/AIDS

DETEKSI DINI
MANIFESTASI DI RONGGA MULUT PADA PENDERITA HIV/AIDS
Oleh : Drg Ade Puspa Sari, Sp. PM


Talkshow Interaktif Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Pro 2 Palembang, Topik “MANIFESTASI DI RONGGA MULUT PADA PENDERITA HIV/AIDS” dilaksanakan setiap minggu pertama dan ketiga setiap bulannya ,hari ini Rabu 4 September 2019  dengan narasumber Drg Ade Puspa Sari, Sp. PM.

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang sampai saat ini memerlukan perhatian dalam penatalaksanaannya. Hal ini terlihat dari jumlah kasus infeksi HIV/AIDS yang dilaporkan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2005-2017 Kementerian Kesehatan mencatat kasus HIV 280.623 dan 102.667 kasus AIDS, dengan kelompok umur tertinggi pada umur 20-29 tahun sebanyak 32,5% (Kemenkes, 2017).
Salah satu program kesehatan mulut WHO adalah mengutamakan pencegahan efektif dari manifestasi rongga mulut HIV/AIDS melalui beberapa kegiatan diantaranya melakukan identifikasi lesi mulut yang paling indikatif pada HIV/AIDS (WHO, 2008).
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Selatan Nomor 15 tahun 2011 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS di Sumatera Selatan, maka seluruh sarana pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjang milik Pemerintah dan swasta tidak boleh menolak memberikan pelayanan kesehatan pada pasien yang terinfeksi.
Dengan adanya peningkatan kasus infeksi HIV/AIDS dan keberadaan kelainan yang timbul di rongga mulut, maka dokter gigi mempunyai peluang yang besar untuk menemukan orang yang terinfeksi HIV, baik yang belum atau yang sudah terdiagnosis positif, selama memberikan pelayanan kesehatangigi dan mulut.
Manifestasi rongga mulut pada penderita HIV/AIDS dapat menjadi petanda klinik pertama bahwa orang tersebut terinfeksi HIV. Selain itu, beberapa kelainan mulut terentu dari infeksi HIV/AIDS dapat digunakan sebagai prediksi perkembangan penyakit dan status imunnya.
AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan infeksi HIV. HIV adalah suatu retrovirus yang menginfeksi dan merusak sel dari sistem imun terutama limfosit T CD4+ secara bertahap sehingga tubuh tidak mampu lagi untuk menghindari terjadinya infeksi dan kanker.
HIV ditularkan melalui : 1. Darah yang terinfeksi HIV melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian, tato, tindik, tranfusi darah, tranplantasi organ, tindakan hemodialisis dan tindakan perawatan gigi tanpa universal precaution dan protokol penanggulangan tranmisi infeksi, 2. Cairan semen dan vagina yang terinfeksi HIV (homoseksual / heteroseksual), 3. Ibu ke anak yang transmisinya paling sering melalui in utero atau saat melahirkan, kemungkinan juga dapat melalui air susu ibu (Abbas et al., 2015; New york State Department, 2010).
Diagnosis klinis infeksi HIV/AIDS dapat ditegakkan berdasarkan adanya gejala mayor dan minor, misalnya ditemukan dua gejala mayor dengan satu atau lebih gejala minor (Nasronudin, 2010).
Gejala mayor : berat badan turun lebih dari 10% dalam satu bulan, diare kronis lebih dari satu bulan, penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
Gejala minor : batuk menetap lebih dari satu bulan, dermatitis generalisata, herpes zoster multisegmental dan berulang, candidiasis orofaringeal, herpes simplex kronis progresif, limfadenopati generalisata, infeksi jamur genital wanita berulang.
Manifestasi rongga mulut dapat dijumpai akibat infeksi dan neoplasma.
Oral candidiasis
Infeksi jamur yang paling sering dijumpai sebagai gejala dini pasien HIV/AIDS berupa oropharyngeal candidiasis. Oral candidiasis menjadi ko-infeksi yang pertama kali muncul dan berkaitan erat denga HIV/AIDS (Field, et al., 2010). Dijumpai dalam 3 bentuk yaitu erythematous candidiasis, pseudomembranous candidiasis dan angular cheilitis.

Angular Cheilitis
Angular Cheilitis (AC) dapat disebut juga sebagai perleche, angular cheilitis, angular stomatitis. Tanda klinis khas lesi ini ditandai dengan eritema, fisura, dan nyeri pada sudut mulut (Coogan et al., 2005).

Oral Hairy Leukoplakia
Oral Hairy Leukoplakia (OHL) ditemukan pada sejumlah besar pasien yang terinfeksi HIV, tampak sebagai suatu lesi putih berombak atau berambut pada lateral lidah, tidak dapat dikerok dan juga asimptomatik. merupakan indikator kuat keadaan imunodefisiensi pada penderita HIV.
Linear Gingival Erythema
Linear Gingival Erythema (LGE) merupakan lesi oral yang terletak sepanjang marginal gingiva, tampak eritematus dengan lebar 2-3 mm, tidak berkaitan dengan oral hygiene yang buruk, tidak terdapat ulserasi, tanpa penambahan dalamnya poket atau hilangnya perlekatan mukosa, asimtomatik, meskipun kadang disertai perdarahan atau rasa tidak nyaman  (Molinari & Glick 2013; Reznik & O’Daniels, 2015).

Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)
Adanya ulserasi yang sakit pada papila interdental. Gejala lain timbulnya halitosis dan perdarahan spontan gingiva. Disertai malaise dan limfodenopati regional

Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP)
                Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP) tanda-tandanya, yaitu timbulnya rasa sakit yang hebat, rusak/hilangnya perlekatan tulang alveolar secara progresif, gigi goyang dan halitosis. Proses ini mengakibatkan nekrosis jaringa lunak dan tulang
Neosplasma
Sarkoma Kaposi
                Sarkoma Kaposi merupakan lesi keganasan mulut yang dapat dijumpai pada pasien HIV/AIDS. Human Herpes Virus-8 (HHV-8) dikaitkan sebagai etiologinya. Gambaran klinisnya dapat berupa makula, nodula dengan warna merah keunguan. Lesi awal cenderung rata, merah, dan asimptomatik. Lesi tersebut bisa ditemukan pada permukaan tubuh, sedangkan pada rongga mulut dapat ditemukan pada bagian palatum, lidah dan gingiva. Biasanya Sarkoma Kaposi ditemukan pada pasien dengan jumlah CD4+ di bawah 200 sel/mm3 (Molinari & Glick 2015; Reznik & O’Daniels, 2010; Hartanto, 2011).

( Liputan Suhaimi/ Humas RSMH)


1 komentar:


  1. menang berapapun di bayar
    ayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
    WA : +85587781483

    BalasHapus