Senin, 11 Maret 2019

Kenali dan deteksi secara dini penderita autisme

Orang tua perlu tau cara mendeteksi autisme yang tepat sejak usia dini, karena sangat membantu mengurangi gejala autisme agar tidak berkembang semakin buruk. karena itu sangat penting bagi orang tua untuk mengenali gejala - gelaja pada bayi mereka. hal
ini harus ditunjang dengan peningkatan pengetahuan dan informasi tentang perkembangan normal anak sesuai usianya.

Demikian disampaikan oleh Ela Guspita, AMd, OT  pada saat penyuluhan di ruangan tunggu poli Rehabilitasimedik, senin (11/03) yang diikuti oleh pasien dan kelurga pasien

Dijelaskannya, autis merupakan gangguan perkembangan otak pada anak dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, prilaku, emosi dan sensoris yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan dan keinginannya, sehingga perilaku berhungungan dengan orang lain terganggu

biasanya anak autisme terlalu sensitif adapun gangguan yang lainya gangguan pada komunikasi, interakai sosial, prilaku yang berbeda dari anak yang lainnya dan gangguan sensori.

Ella menjelaskan penyebab dari autisme ini yaitu ada banyak dan biasanya tidak hanya 1 faktor saja, salah satunya faktor dari Neurologis, masalah genetik, masalah kehamilan dan kelahiran, keracunan logam berat, terinfeksi virus dan terakhir kelebihan protein peptida.

Bagi orang tua untuk mendeteksi dini anak yang autisme yaitu bayi terlalu tenang atau jarang menangis, anak sensitif mudah terganggu, gerakan tangan kaki yang berlebihan, sering mengeluarkan suara yang aneh ataupun datar, tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu, pada bayi berumur 3 bulan tidak adanya kontak mata dan kadang bayi sulit digendong.

selanjutnya anak bila diajak bermain seperti cilub ba, da da dan bertepuk tangan si anak kadang hanya diam dan tidak mengeluarkan kata - kata, si anak sibuk bermain sendiri kadang hanya memperhatikan tangannya sendiri atau hanya tertarik pada satu benda saja.

pada anak ini perkembangan motorik halus dan kasarnya agak terlambat, anak tidak tertarik bersosialisasi, kadang anak marah berlebihan bila rutinitasnya berubah sehingga bisa menyakiti diri sendiri, tantrum dan agresif,, tutupnya.

Salam
IP3H (leni/pkrs)

Sayangi Telinga Anda dengan Mengurangi Penggunaan Headset Secara Berlebihan

Sayangi Telinga Anda 
dengan Mengurangi Penggunaan Headset Secara Berlebihan
oleh dr Yuli Doris Memy Sp.THT-KL

ARTIKEL

Perkembangan media informasi dan komunikasi saat ini sudah sangat pesat. Masyarakat tidak mengenal umur sudah sangat tergantung dengan gadget. Gadget, telepon serba bisa, sudah seperti teman yang sulit dipisahkan, baik sebagai media informasi komunikasi maupun rekreasi. Tidak jarang, pengguna gadget dilengkapi dengan earphone/ headset. Terutama pengguna gadget dari kalangan anak remaja, penggunaan headset kadang berlebihan dan tidak kenal waktu. Sudah menjadi tren sendiri mendengarkan musik atau sekedar bermain games dengan suara yang kencang dan lama. 

Penggunaan headset berlebihan , dengan volume yang besar dan waktu yang lama, dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya tuli secara permanen. Aturan penggunaan headset, direkomendasikan untuk mencegah gangguan dengar,  dengan rumus 60-60, maksimal selama 60 menit dengan intensitas volume maksimal 60 persen.

"Panca indera termasuk juga pendengaran, merupakan karunia tak terhingga yang diberikan Tuhan. Sehingga harus dijaga dengan baik.  Bila kita mengalami gangguan telinga,  maka kualitas hidup akan turun juga, " ujarnya.

Dampak gangguan pendengaran akan lebih fatal bila terjadi pada anak-anak. Sebab dari mendengar seorang anak akan optimital dalam berbicara dan menerima informasi/pengetahuan.

Ada 4 penyakit pendengaran dapat dicegah dan dilakukan penanggulangan yaitu 
1. Infeksi telinga tengah, 
2. Tuli sejak lahir.
3. Tuli akibat bising.
4. Tuli pada orang tua(presbiakusis).

Khusus untuk tuli pada orangtua,  pada umumnya terjadi pada usia 60 tahun keatas. Namun dikarenakan faktor komorbid, bisa terjadi tuli lebih cepat, misalnya hipertensi, diabetes,  riwayat pekerjaan yang terpapar bising dan akibat obat.

"Karena menurunnya kondisi kesehatan, dan terlalu sering berada di lingkungan kerja yang bising,  maka tuli pada kelompok usia 40 tahunan dapat juga terjadi".

Salam IP3Humas /Leni

Sabtu, 09 Maret 2019

Penggunaan Headset Berlebihan Dapat Menyebabkan tuli Permanen

Penggunaan headset berlebihan , dengan volume yang besar dan waktu yang lama, dapat menyebabkan tuli secara permanen. Aturan penggunaan headset, direkomendasikan untuk mencegah gangguan dengar,  dengan rumus 60-60, maksimal selama 60 menit dengan intensitas volume maksimal 60 persen.

Demikian Diungkapkan dr Yuli Doris Memy Sp.THT-KL dari Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin Palembang, pada acara talkshow 'Jendela' di Sriwijaya TV, Sabtu (9/3). Talkshow yang mengangkat Tema 'Sayangi Telinga' ini merupakan hasil kerjasama RSMH Palembang dan Sriwijaya TV, disiarkan secara live mulai pukul 19.00 hingga 20.00 WIB.

"Panca indera termasuk juga pendengaran, merupakan karunia tak terhingga yang diberikan Tuhan. Sehingga bila kita mengalami gangguan telinga,  maka akan menurunkan kualitas hidup, " ujarnya.

Lebih lanjut dr Yuli menjelaskan, dampak gangguan pendengaran akan sangat fatal bila terjadi pada anak-anak. Sebab dari mendengar seorang anak akan optimital dalam berbicara dan menerima informasi/pengetahuan.

Menurutnya, ada 4 penyakit pendengaran yang bisa dicegah yaitu infeksi telinga tengah, tuli sejak lahir, tuli akibat bising, dan tuli pada orang tua(presbiakusis).  Menurutnya,  keempat gangguan pendengaran tersebut dapat dicegah dan dilakukan penanggulangan.

Khusus untuk tuli pada orangtua, dijelaskannya, pada umumnya terjadi pada usia 60 tahun keatas. Namun dikarenakan faktor komorbid, bisa terjadi tuli lebih cepat, misalnya hipertensi, diabetes,  riwayat pekerjaan yang terpapar bising dan akibat obat.

"Karena menurunnya kondisi kesehatan, karena terlalu sering berada di lingkungan kerja yang bising,  maka tuli pada kelompok usia 40 tahunan dapat juga terjadi," ujarnya.

Salam
 IP3Humas (Leni/pkrs)

Selasa, 05 Maret 2019

Pembekalan Mahasiswa FK UNSRI tentang Pelayanan Publik di RSMH


Pembekalan Mahasiswa FK UNSRI tentang Pelayanan Publik di RSMH

Pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebanyak 78 mahasiswa Fakultas Kedokteran  Unsri Palembang gelombang ke 3 diberikan  dan 40 orang mahasiswa prodi Ilmu keperawatan mendapat pembekalan orientasi pelayanan prima tentang Pelayanan Publik dengan narasumber Akhmad Suhaimi,S.Sos,MSi ( Koordinator Humas RSMH) 

Rumah Sakit Sebagai Penjual jasa cenderung menawarkan pelayanannya yang lebih baik dari pada pesaingnya agar  mendapat jumlah pelanggan yang banyak. Mengingat pentingnya pelayanan ini  kita  menyiapkan tenaga pelaksana yang profesional di bidangnya, berdedikasi tinggi, dan mampu untuk melayani masyarakat dengan berbagai karakter yang berbeda. Karena pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sangat erat kaitannya dengan besarnya tingkat kepuasan yang akan dirasakan oleh masyarakat.

Pembekalan ini diharapkan  seluruh peserta didik menerapkan konsep patient safety dan pelayanan prima  dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai, maka dari itu setiap peserta didik harus mempunyai empati  yaitu melayani dengan hati dan bekerjalah sesuai dengan standar prosedur operasional.  Jadikanlah hal ini sebagai suatu kebiasaan bukan sebaliknya yang menganggap hal ini sebagai beban yang memberatkan maka segala sesuatunya akan menjadi ringan. Inilah yang membedakan pendidikan profesi dan pendidikan akademik, dimana pendidikan profesi akan selalu berhubungan dengan pasien /manusia

( Suhaimi-Humas RSMH)

Pelayanan Paliatif Psikosomatik Untuk Pasien Penyakit Kronik Progresif


Pelayanan Paliatif merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang rasional, realistik dan manusiawi dengan tujuan menghilangkan / meringankan penderitaan pasien serta meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya. Pelayanan Paliatif ini ditujukan untuk terutama pada pasien yang menderita penyakit kronik progresif baik kanker maupun non-kanker (penyakit jantung kronik, gagal ginjal kronik, penyakit autoimun, HIV/AIDS, stroke serta penyakit kronik progresif lainnya).

Sedangkan Psikosomatik berasal dari dua kata, yaitu psiko (psikis, jiwa) dan Soma (badan, tubuh), sehingga dampak dari penyakit kronik progresif tadi dapat menyebabkan gangguan Psikosomatik (stres, ansietas, depresi).

Demikian disampaikan oleh Dr. M Ali Apriansyah, Sp.PD (k), Psi di stasiun TVRI pada acara talkshow kesehatan "info sehat", selasa( 05/03)

Dijelaskannya, Pelayanan Paliatif merupakan pelayanan bersifat holistik dengan pendekatan Psikosomatik meliputi perawatan yang mengatasi problem biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.

"Sehubungan dengan makin meningkatnya jumlah pasien penyakit kronik progresif baik kanker maupun non-kanker beserta dampak-dampaknya, maka dengan pendekatan layanan ini tujuan yang diharapkan akan tercapai," tutupnya.

Salam

IP3H ( Leni/PKRS)

Minggu, 03 Maret 2019

TATALAKSANA RADIASI PADA KANKER REKTUM


TATALAKSANA RADIASI PADA KANKER REKTUM
dr.Dini Andriani P, Sp.Onk.Rad


Kanker rektum adalah suatu pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol yang terjadi pada bagian usus besar paling akhir. Kanker rektum biasanya terjadi pada individu usia di atas 50 tahun, dengan angka kejadian pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.
Faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya kanker rektum adalah adanya riwayat keluarga dengan kanker kolorektal atau polip adenoma, obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi tinggi lemak, konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah sedang-sering, serta merokok. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah adalah aktivitas fisik cukup, makan makanan berserat, serta antioksidan.
Gejala dari kanker rektum adalah perubahan pada kebiasaan buang air besar bisa diare atau sembelit, buang air besar berdarah, ukuran feses yang lebih kecil, rasa tidak nyaman pada perut seperti kembung atau nyeri,  penurunan berat badan, serta letih dan lesu.
Pemeriksaan yang akan dilakukan untuk menegakan diagnosis kanker rektum adalah colok dubur, endoskopi/kolonoskopi, CT Scan kolon/ MRI kolon dengan kontras, pemeriksaan laboratorium darah (termasuk penanda tumor), serta biopsi rektum. Hal ini dilakukan untuk menentukan stadium sehingga dapat dilakukan tatalaksana yang tepat.
Stadium kanker kolorektal berdasarkan TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010 adalah stadium I-IV. Penatalaksanaan kanker rektum bersifat multidisiplin. Terapi bedah merupakan modalitas utama untuk kanker stadium awal. Kemoterapi adalah pilihan pertama pada kanker stadium lanjut. Radioterapi/radiasi merupakan salah satu modalitas utama terapi kanker rektum. Secara umum, radiasi dapat diberikan baik pada tumor yang operable maupun yang non-operable dengan tujuan mengurangi resiko kambuh, meningkatkan kemungkinan prosedur operasi dengan preservasi sfingter, meningkatkan kemungkinan dilakukan operasi, serta mengurangi jumlah sel yang viable sehingga menurunkan resiko penyebaran sel kanker.
Teknik radiasi pra-operasi (sebelum operasi) dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu radiasi pendek hanya 5 kali radiasi lalu kemudian dilakukan operasi dalam 2-3 hari berikutnya; dan radiasi panjang sebanyak 25-28 kali kombinasi dengan kemoterapi lalu dilanjutkan dengan operasi dalam 4-8 minggu setelahnya.
Pasien yang telah menjalani keseluruhan prosedur terapi diharuskan untuk menjalani follow-up atau kontrol rutin setiap 3-4 bulan selama 2 tahun pertama, lalu setiap 6 bulan untuk 3 tahun berikutnya apabila tidak ada keluhan. Selain itu juga akan dilakukan pemeriksaan secara berkala berupa pemeriksaan penanda tumor, CT Scan/MRI kolorektal, serta kolonoskopi, dan pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
Deteksi dini atau skrining untuk kanker rektum disarankan pada individu dengan usia di atas 50 tahun dapat dilakukan dengan pemeriksaan colok dubur, pemeriksaan darah samar feses, dan kolonoskopi.
Kanker rektum dapat dicegah dengan pola hidup sehat berupa cek kesehatan secara rutin, tidak merokok, olahraga rutin, makan makanan dengan gizi seimbang terutama berserat (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), rendah lemak dan menghindari alkohol, istirahat cukup serta mengelola stress dengan baik.



Jumat, 01 Maret 2019

RSMH Mengadakan Seminar " Deteksi Dini Kanker"

RSMH Mengadakan Seminar " Deteksi Dini Kanker"


Seminar "Deteksi Dini Kanker" dalam rangka peringatan Hari Kanker Sedunia di selenggarakan di Gedung Utama Lt II  RSMH Palembang, Sabtu 2 Maret 2019.yang di Ketuai oleh  dr. Dian puspita, SpA(K),M.Kes.dan wakil ketua  dr. wahyudi nurhidayat, Sp.Onk.Rad.  dengan menghadirkan 7 org Nara sumber dokter-dokter onkologi di RSMH Palembang yaitu dr.Yenny Dian Andayani,Sp.PD , KHOM, dr.Nur Qodir,Sp.B(K),Onk, dr.Rizal Sanif, SpOG (K), MARS, dr.Denny Satria Utama,MSi.Med.,FISC.,SpTHT-KL, dr.Dewi Rosariah,Sp.A dgn moderator dr.Dini Andriani P,Sp.Onk.Rad Dr monika Anastasia kuniawan, Sp.GK , M.Gz.  dan dr Irawan sastradinata, Sp.OG(K) dg judul Deteksi Dini Kanker.

Dr Welly Refnealdi , M.Kes, PhD yang mewakili Direktur Utama  dalam sambutannya mengatakan dalam  rangka mengoptimalkan upaya pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, perlu adanya upaya masif yang dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian kanker. saat ini penderita kanker di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan hal ini dipicu salah satunya dengan gaya hidup sehat dan pola makan
Dengan peringatan Hari Kanker Sedunia 2019 dapat menjadi sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap kanker dan  berpartisipasi aktif dalam mengkampanyekan  "Saya Adalah Dan Saya Akan (I Am and I Will) peran RSMH Palembang sebagai  RS rujukan nasional dg salah satu layanan unggulannya adalah Onkologi terpadu selain Kardio Serebrovaskular, Bedah Minimal Invasif, Transplantasi Ginjal serta Bayi Tabung.

Seminar dihadiri oleh sejumlah pejabat struktural dan nonstruktural di lingkungan RSMH Palembang ,pimpinan Rumah Sakit dan Dokter RS se-Kota  Palembang dan undangan lainnya.
(Humas RSMH)