Minggu, 09 Februari 2020

ENTRY MEETING BPK ATAS PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

ENTRY MEETING BPK ATAS PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN  SATKER  JAJARAN KEMENKES DAN DINAS KESEHATAN PROVINSI


Plt. Direktur Utama RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang, DR.dr.Didi Danukusumo, Sp.OG (K)  memulai agenda kerja di RSMH pada Senin, 10 Februari 2020 dengan menerima dan langsung memimpin rapat dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Ruang Aula Utama RSMH.
Dihadiri oleh Jajaran Direksi RSMH serta Satker Di bawah jajaran Kemenkes diantaranya Dinas Kesehatan Provinsi,  RS dr.Rivai Abdullah,  Politeknik Kesehatan , Balai Besar Laboratorium Kesehatan,  BTKL dan Pemberantasan Penyakit Menular,  Kantor Kesehatan Pelabuhan Palembang.
Dalam sambutannya Plt.Direktur Utama RSMH DR.dr.Didi Danukusomo,Sp.OG (K) mengharapkan  pemeriksaan keuangan dari BPK dapat berjalan tepat waktu karena dilakukan serentak di 7 satker jajaran Kemenkes, dalam melakukan pemeriksaan diharapkan dukungan dari semua pihak agar berjalan dengan lancar.
Sementara itu Ketua Sub Tim 4 BPK Ketut Agustina Marantika,SE,Msi mengatakan laporan keuangan agar kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Kecukupan Pengungkapan sesuai dengan Pengungkapan SAP ,Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Efektifitas Sistem Pengendalian Intern sehingga hasil yang didapat nanti akan sesuai dengan harapan.
Agenda Pemeriksaan Laporan Keuangan dari BPK akan berjalan selama 12 hari kedepan, untuk langkah pertama dari satker adalah Pemeriksaan Dokumen dan Cek Fisik Lapangan, Penyampaian Temuan dan Tanggapan Pemeriksaan, hingga akhirnya akan diadakan Exit Meeting.
 
( Liputan- Suhaimi Humas RSMH)

Rabu, 05 Februari 2020

Kanker Payudara


Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara. Kondisi sel kelenjar payudara mengalami mutasi dimana sel kehilangan pengendalian dan mekanisme normal pertumbuhan sehingga mengalami pertumbuhan yang abnormal, cepat, dan tidak terkendali, baik pertumbuhannya berlangsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau bermetastasis ke berbagai organ, seperti paru-paru, tulang, dan hati. Sel kanker kehilangan kemampuan apoptosis yang menyebabkan sel terus tumbuh dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh dapat terdesak dan rusak (Hassiotou dan Geddes, 2012).

Hampir semua jenis kanker memiliki penyebab spesifik, tetapi pada kasus kanker payudara belum ada penyebab yang pasti. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kanker payudara. Faktor genetik, lingkungan, dan hormonal kemungkinan turut berperan dalam kanker payudara. Wanita yang rentan terhadap faktor-faktor tersebut bisa jadi memiliki risiko yang tinggi (Torre dkk, 2015). 

Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi kejadian kanker payudara antara lain:

1.Usia
Risiko kanker payudara tergantung dari bertambahnya usia (Kurnia, 2014).  Pada usia 30-39 tahun, insiden kanker payudara mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,04% per tahun dan pada usia diatas 80 tahun, terdapat peningkatan drastis melebihi 10%. 

2.Genetik dan Familial
Mutasi yang paling banyak terjadi pada kanker payudara adalah pada gen BRCA1 dan BRCA2. Wanita yang memiliki mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 mempunyai peluang untuk berkembang menjadi kanker payudara dan kanker ovarium selama hidupnya (Tung dkk, 2014).

Menurut Suyatno dan Pasaribu (2010), wanita dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan saudara kandung) yang menderita kanker payudara mempunyai risiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara. Usia saat terkena juga memengaruhi faktor risiko, pasien dengan ibu didiagnosis kanker payudara saat usia kurang dari 60 tahun meningkatkan risiko 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama premenopause menderita kanker payudara bilateral mempunyai risiko 9 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama postmenopause menderita kanker payudara bilateral mempunyai risiko 4-5,4 kali.

3.Reproduksi dan Hormonal
Dilihat dari aspek hormonal, kejadian kanker payudara tidak terlepas dari pengaruh paparan hormon estrogen terhadap sel-sel payudara.

a.    Paritas 
Menurut Kobayashi dkk. (2012), tingginya paritas berkaitan dengan penurunan risiko terjadinya kanker payudara. Dengan terjadinya kehamilan beberapa kali, akan memberikan payudara selang waktu terhadap paparan estrogen yang dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara. Risiko terjadinya kanker payudara akan meningkat sebesar 22% pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia setelah 35 tahun (Kobayashi dkk, 2012). 
Wanita yang melahirkan anak pertama sebelum usia 20 tahun memiliki risiko kejadi kanker payudara yang menurun sebesar 50%. 

b.    Tidak menyusui 
Menurut Kobayashi dkk. (2012), adanya efek yang bersifat protektif dari menyusui terhadap kanker payudara. Semakin lama waktu menyusui maka semakin besar pula efek proteksi. Menurut Dall dkk. (2016), penurunan risiko terjadinya kanker payudara akibat menyusui sebesar 4,3-4,5% untuk setiap 12 bulan menyusui. 

c.    Menarche dini dan menopause terlambat 
Menarche yang dimulai kurang dari 12 tahun mempunyai risiko 1,7-3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche pada usia lebih dari 12 tahun (Suyatno dan Pasaribu, 2010).  
Menurut Suyatno dan Pasaribu (2010), wanita yang mengalami menopause terlambat yaitu di atas usia 55 tahun memiliki risiko 1,5 kali lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang menopause sebelum usia 55 tahun. 

d.    Pemakaian hormon 
Pemakaian kontrasepsi oral dan hormone replacement therapy/menopausal hormone therapy dalam waktu lebih dari 8 sampai 10 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara (Suyatno dan Pasaribu, 2010). Kontrasepsi oral dan hormone replacement therapy mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mengatur regulasi seksual bulanan.  

e.    Gaya hidup 
Menurut Torre dkk. (2015), obesitas memengaruhi kejadian kanker payudara pada wanita postmenopause. Risiko ini disebabkan karena pada postmenopause, produksi hormon estrogen di ovarium terhenti dan digantikan di jaringan adiposa sehingga dengan terjadinya obesitas akan meningkatkan produksi estrogen yang dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya kanker payudara (Wang dkk, 2015).


5.Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara
Penelitian yang dilakukan oleh Mcgregor dkk. tahun 1977 yang meneliti wanita yang terpapar bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada perang dunia II, menunjukkan bahwa wanita usia 10 sampai 19 tahun memiliki risiko absolut tertinggi kanker payudara sebesar 4 kali, dan wanita usia 35 sampai 49 tahun risiko sebesar 0,9 kali (Dall dkk, 2016). 

6.Riwayat kelainan payudara
Menurut Suyatno dan Pasaribu (2010), wanita yang sebelumnya telah mengidap kanker pada salah satu payudaranya berisiko 5 kali lebih tinggi menderita kanker payudara pada sisi kontralateralnya.

Penegakan Diagnosis
1. Pemeriksaan Klinis
    Anamnesis
Menurut Manuaba (2010), keluhan utama penderita yang dapat ditanyakan pada penderita dapat berupa apakah ditemukan benjolan padat, rasa nyeri, seberapa cepat kecepatan tumor tumbuh, ditemukannya nipple discharge (Keluar cairan dari Puting), retraksi papilla mammae, krusta atau eksim yang tidak sembuh pada areola atau papilla mammae, terdapat kelainan kulit berupa skin dimpling (lesung kulit), ulceration (koreng), venous ectasia, peau d’orange (gambaran kulit jeruk), satelitte nodules, dan adanya benjolan di aksila atau leher/ supraklavikula. 

Ditanyakan yaitu keluhan di tempat lain yang berhubungan dengan metastasis yaitu nyeri tulang yang terus menerus dan semakin berat, rasa sakit dan penuh di ulu hati, batuk kronis dan sesak napas, sakit kepala hebat, muntah, dan gangguan sensorium.
Ditanyakan juga pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor dan perubahan ukuran tumor, kawin atau tidak, jumlah anak, menyusui atau tidak, riwayat penyakit kanker dalam keluarga, obat-obatan yang pernah dipakai terutama yang bersifat hormonal, apakah pernah operasi payudara dan obstetriginekologi (Suyatno dan Pasaribu, 2010). 

2 Pemeriksaan Fisik
  1. Status generalis dihubungkan dengan performance status: Karnofsky score, WHO/ECOG score
  2. 2.Status lokalis

  • Pemeriksaan payudara kanan dan kiri (ipsilateral dan kontralateral)
  • Massa tumor : Lokasi (kuadran), ukuran (diameter terpanjang), Konsistensi, permukaan tumor, bentuk dan batas tumor, jumlah tumor (yang palpable), Fiksasi tumor pada kulit, musculus pektoralis, dinding dada.
  • Perubahan kulit Kemerahan, edematous, dimpling, ulcus, satellite nodules gambaran kulit jeruk peau d’orange.
  • Papilla mamae : Retraksi, Erosi, Krusta, Eksim, Discharge.
  • KGB regional (Axilla, infra & Supra clavicular) : palpable, ukuran, konsistensi, konglomerasi, fiksasi satu dengan yang lain atau dengan jaringan sekitar. Pemeriksaan organ yang menjadi tempat dan dicurigai terjadi metastasis, tergantung lokasi organ (paru, hati, tulang, otak) (Manuaba, 2010).
3. Pemeriksaan Radio Diagnostik
a.    Diharuskan (recommended) 
  • USG sebagai metode untuk membedakan massa kistik dengan solid dan sebagai pedoman untuk melakukan biopsi. Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak 1 tahun sebelum ada gejala atau tanda. Akurasi mamografi untuk memprediksi suatu keganasan adalah 70-80%. Namun kurang akurat pada pasien usia muda (kurang dari 30 tahun) 
  • Foto toraks dan USG abdomen dilakukan untuk melihat metastasis ke paru, pleura, mediastinum, dan organ visceral terutama hepar.

b.    2. Opsional (atas indikasi)
Bone scanning, Bone survey bila CT-Scan, MRI (untuk mengevaluasi volume tumor)
c.    Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

Merupakan proses diagnosis awal, untuk mengevaluasi massa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik. Dilakukan pada lesi tumor yang secara klinis dan radiologis dicurigai ganas. Di Indonesia, akurasi FNAB sudah semakin baik (>90%) sehingga dapat direkomendasikan penggunaan FNAB.
5. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Stereotactic biopsy dengan bantuan USG atau mammogram pada lesi nonpalpabel, Core Needle Biopsy (micro specimen), Vacuum Assisted Biopsy (mammotome), Biopsi insisional untuk tumor operable dengan diameter > 3 cm sebelum operasi definitif atau inoperabel untuk diagnosis faktor prediktor dan prognostic, Biopsi eksisional spesimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB regional, Pemeriksaan imunohistokimia (IHC) terhadap ER, PR, Her-2/Neu (recommended), Cathepsin-D, VEGF, BCL-2, P53, dan sebagainya (Manuaba, 2010).


DAFTAR PUSTAKA
Dall, G. dkk. 2016. Mamary Stem Cells and Parity-Induced Breast Cancer Protection-New Insights. Journal of Steroid Biochemistry & Molecular Biology. 2015. Hal. 1-7, (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960076016300292, Diakses 4 Juli 2016)
Hassiotou, F dan Geddes, D. 2013. Anatomy of the Human Mammary Gland: Current Status of Knowledge. Clinical Anatomy. 00/2012, (http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ca.22165/abstract?userIsAuthenticated=false&deniedAccessCustomisedMessage=, Diakses 10 Juli 2016) 
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: “Situasi Penyakit Kanker”. Jakarta, hal. 4-5
Kobayashi, S. dkk. 2012. Reproductive History and Breast Cancer Risk. Review Article. 19: 302-308, (http://link.springer.com/article/10.1007/s12282-012-0384-8, Diakses 30 Juni 2016)
Kurnia, A. 2014. Mengembalikan Keremajaan Payudara pada Tumor Jinak dan Ganas. Divisi Bedah Onkologi/ HNBSCT FKUI/ RSCM, Jakarta, Indonesia, hal. 309-318 
Manuaba, I. B. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid PERABOI 2010. Sagung Seto, Jakarta, Indonesia, hal. 17-47
Suyatno dan E. T. Pasaribu. 2010. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi. Sagung Seto, Jakarta, Indonesia, hal. 35-47 
Torre, L. A. dkk. 2015. Global Cancer Statistic, 2012. CA: A Cancer Journal for Clinicians. 00/2015, (http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.3322/caac.21262/full, Diakses 29 Juni 2016)
Tung, N dkk. 2014. Frequency of Mutations in Individuals with Breast Cancer Referred for BRCA1 and BRCA2 Testing Using Next-Generation Sequencing with a 25-Gene Panel. Original Article. 00/2014, (http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.29010/full, Diakses 30 Juni 2016)
Wang, X. dkk. 2015. Aromatase Overexpression in Dysfunctional Adipose Tissue Links Obesity to Postmenopausal Breast Cancer. Journal of Steroid Biochemistry & Molecular Biology. Hal. 1-33, (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960076015300182, Diakses 3 Juli 2016)

By.Leni/PKRS

Mewaspadai Penyakit 2019 nCorona Virus

Catatan Dari Wabah Coronavirus Wuhan China (nCoV)
Dicky B. (Dokter & Peneliti Global Health Security)                                              
Centre for Env & Population Health GU Australia

Oleh Dr. Harun Hudari, Sp.PD - KPTI, FINASIM
Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari tanggung jawab ilmiah dan untuk menambah kejelasan informasi atas situasi wabah corona virus yang telah dinyatakan WHO (Badan kesehatan Dunia) sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) beberapa hari lalu.

Alasan lain dibuatnya tulisan ini juga utk memperkuat risk communication, mengingat rumor dan info yg tdk tepat (hoax) dapat menyebar jauh lebih cepat daripada virus itu sendiri, dan akan merugikan upaya bersama utk mencegah penyebaran virus nCoV di Indonesia. Berdasarkan pengalaman penulis saat terlibat dlm wabah Flu Burung tahun 2009, atau pun merujuk pada wabah SARS CoV tahun 2003 laju informasi tdk sederas saat ini, dan tentunya ini
dapat berimplikasi positif dan negative.

1.      Saat tulisan ini dibuat (1 feb 2020), tercatat sudah 26 negara (di luar China) di 4 benua (kecuali Afrika) yg melaporkan adanya kasus nCoV di negaranya. Sebagian besar kasus nCoV yg terkonfirmasi ada di negara China dan sebagian besar masih terkait dgn kota Wuhan. Selain China, beberapa negara seperti Jerman, Jepang, Amerika Serikat dan Vietnam telah melaporkan adanya penularan antar manusia (H2H transmission). Namun, walaupun nCoV ini memiliki efek serius terhadap kesehatan masyarakat, risiko untuk Indonesia relative masih rendah pada saat ini dan tentunya pemerintah dan segenap unsur bangsa ini akan terus menjaga risiko ini tetap rendah.
2.      Dasar dan arti deklarasi PHEIC WHO. Deklarasi ini dikeluarkan berdasarkan pertimbangan makin meningkatnya potensi penyebaran internasional dan potensi dampak nCoV terhadap negara2 dgn sistem kesehatan yang belum kuat. Deklarasi PHEIC ini akan membantu memperkuat/meningkatkan koordinasi global, kerjasama dan solidaritas. Selain itu deklarasi PHEIC juga akan meningkatkan pengembangan diagnosa, terapi, dan vaksin.
3.     Langkah selanjutnya, setiap negara perlu menyiapkan diri thd kemungkinan kasus nCoV impor dan potensi penyebarannya. Setiap negara hrs mengkaji ulang preparedness plans, identifying gaps, & melakukan aksi utk memperkuat system dlm upaya pencegahan atau mengurangi penyebaran termasuk surveilans dan investigasi kontak. Dan tdk kalah penting adalah agar seluruh masyarakat tetap melakukan  upaya risk-reducing behaviours seperti membiasakan cuci tangan & memakai masker.
4.       Penularan nCoV tidak semudah dan sesederhana yg dibayangkan. Reseptor penerima nCoV ada di dalam paru paru. Artinya utk seseorang terinfeksi maka org tsb harus dalam kontak rapat (sekitar 2 meter) dengan penderita atau orang yg sudah terinfeksi  nCoV sehingga dpt menghirup virus nCoV cukup dalam ketika penderita/pasien yg tdk bermasker tsb batuk atau bersin. Dan, belajar dari kasus yg terjadi di negara terdampak wabah, umumnya penderita nCoV sebelumnya berusia lanjut, sudah memiliki daya tahan tubuh menurun (immunosuppressed), dan atau memiliki dasar penyakit lainnya.
5.         Mengingat hingga saat ini belum ditemukan  obat antiviral atau vaksin, maka pengendalian nCoV akan sangat bergantung pada  upaya deteksi dini dan isolasi kasus suspek symptomatic (bergejala) sambil menunggu hasil tes lab yg dilakukan Balitbangkes RI yang standar pemeriksaannya sudah diakui WHO. Sejauh ini, belum ada hasil tes positif di wilayah negara kita. Seandainya pun nanti ada yg positif, ini BUKAN tanda kegagalan Pemerintah atau tanda bahaya. Negara semaju Jerman, Jepang dan AS pun terdampak virus ini. Dan kabar baiknya, angka yg kembali membaik (recovery) semakin meningkat.
6.        Beberapa negara termasuk Indonesia telah memutuskan untuk memulangkan warga negaranya yg berada di Wuhan sbg zero ground dari nCoV ini. Ini keputusan yg patut diapresiasi. Sejauh ingatan saya, ini pertama kali dalam sejarah Indonesia melakukan misi pemulangan dlm rangka kasus wabah di luar negeri. Selanjutnya, tidak perlu ada ketakutan berlebihan terkait kepulangan saudara kita, karena setelah menjalani karantina 14 hari, dan mereka dinyatakan sehat, maka potensi adanya virus atau risiko menyebarkan virus nCoV menjadi negative/nol.
7.    Terakhir, kita semua selalu membiasakan utk melakukan cross check dlm membaca pesan viral terkait nCoV2019 dan coronavirus. Cari informasi dari sumber terpercaya seperti kementerian Kesehatan, Pakar terkait, Universitas atau sumber terpercaya lainnya. Panik & takut berlebihan dalam terhadap coronavirus ini tdk beralasan. Namun menganggap enteng situasi jg berbahaya krn bisa menurunkan kewaspadaan dan masyarakat jadi abai thd pencegahan. Semoga Allah memberikan perlindungan pada bangsa Indonesia. aamiin.

Berbagai upaya juga telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan thd penularan penyakit  yg disebabkan virus nCov ini, diantaranya pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan di Rawat Jalan RSUP Dr. mohammad Hoesin Palembang, pada tanggal 28 Januari 2020 dengan narasumber Dr. Harun Hudari, Sp.PD – KPTI, FINASIM, Dr. Sudarto, Sp.PD (K) dan Dr. Fifi Sopia, Sp.A (K), juga acara talkshow kesehatan di stasiun televisi Sriwijaya TV Palembang pada tanggal 01 Februari 2020, narasumber Dr. Harun Hudari, Sp.PD – KPTI, FINASIM.

Salam
Promkes

Referensi:
https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2001468
https://promedmail.org/promed-post/?id=6910685
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6






Selasa, 28 Januari 2020

ANTISIPASI MENGHADAPI WABAH CORONA VIRUS

dr. Zubaedah: RSMH Sediakan 4 Kamar Isolasi 


RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang sebagai RS Rujukan Nasional dan berada di bawah naungan Kemenkes bereaksi cepat menanggapi hal tersebut dengan membentuk tim khusus yaitu Tim Air Borne Disease dengan Ketua Tim dr.Zen Ahmad,Sp.PD, KP
.
Sementara itu Direktur Medik dan Keperawatan melakukan rapat rutin di bawah jajarannya  membahas hal-hal yang harus dilakukan RSMH untuk menangani bila ada  pasien yang diduga terinfeksi  virus Corona ini. Dr.Zubaedah,Sp.P, MARS mengatakan sebagai antisipasi RSMH telah menyiapkan 4 kamar isolasi  di ruangan borang yang terletak cukup jauh dari ruangan perawatan pasien dan telah dilengkapi berbagai  peralatan seperti negative pressure, ronsen, laboratorium serta alat perlindungan diri (APD) lengkap bagi petugas,pihaknya telah memiliki standar dalam menangani virus mematikan ini. RSMH juga telah melakukan koordinasi dengan pihak terkait seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinkes dan bandara
.
Ditemui di ruangannya KSM Penyakit Dalam pada Rabu (29/01) dr.Zen menanggapi berita yang berkembang tentang virus Corona , agar masyarakat tidak panik. Corona virus cepat menyebar karena jarak yang berdekatan  dari satu negara kenegara lain, namun bukan hal yang mudah ketika manusia dapat tertular virus corona ini. Kuncinya adalah dengan cara meningkatkan imunitas dan menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Ia menambahkan cara pencegahan terbaik adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, mencuci tangan 6 langkah WHO, makan makanan yang bergizi, istirahat cukup, serta olahraga teratur akan meningkatkan sistem imun dalam tubuh kita, serta selalu waspada dengan  memakai masker bila bepergian ke tempat keramaian.

( Liputan Suhaimi/ Humas RSMH)

Hospital Schooling RSMH Palembang


Kembali Hibur Anak Penderita Kanker 

RSMH – Untuk memberikan semangat dan motivasi serta hiburan untuk anak-anak yang sedang menjalani perawatan di RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang Ruang Selincah Lantai 2 non infeksi Instalasi Rawat Inap Gedung I (Ruang Perawatan Anak) kembali mengadakan Hospital Schooling merupakan agenda rutin Sabtu (25/1/2020)

Hospital Schooling bekerja sama dengan Komunitas Peduli Kanker Anak/Yayasan Kanker Anak Sumatera Selatan dan tim humas RSUP dr. Mochammad Hoesin Palembang  ,pada kesempatan ini di isi oleh tamu spesial, yaitu komunitas "Fighting with Muadz" beserta komunitas PAYO Berbagi, Komunitas budhe boneka Jakarta, Komunitas Rajut Jakarta dan Tatitut Collection.


Komunitas Fighting with Muadz ini didirikan oleh ibu Shinta yang merupakan ibu dari pejuang kanker yang bernama Mu'adz dan lebih dikenal oleh dokter dan perawat di selincah dengan nama Raden. Mu'adz berjuang melawan kanker sejak usia 14 hari dan menjalani pengobatan seperti kemoterapi , sejak usia 1 bulan dan dinyatakan bebas dari kanker pada usia 3 bulan.
Acara tersebut di buka oleh dr Ria Nova S.pA (K) selaku ketua Kelompok Staf Medik kesehatan Anak dan di dampingi dr Dian Puspita Sari, S.pA (K) M.Kes selaku dokter  hematologi dan onkologi di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang  yang juga  turut memberikan materi tentang cara mendeteksi dini kanker, cara perawatan dan pengobatan serta memotivasi orang tua penderita kanker untuk terus berusaha dan berdoa melawan penyakit kanker. 

Alhamdulillah anak-anak penyintas kanker di RSMH Palembang sangat antusias mengikuti acara pada hari ini, mereka ikut bernyanyi, bergembira, mendengarkan dongeng dan melakukan aktivitas lainnya yang menyenangkan.

Acara ini didesain untuk memberikan kebahagiaan, menghibur anak-anak, dan berbagi bingkisan serta memberikan edukasi kepada orang tua dari dokter ahli kanker semangat tentang menjalani pengobatan/kemoterapi untuk mendapatkan kesembuhan

Anak-anak penyintas kanker diberikan setangkai bunga, balon berwarna merah yang melambangkan semangat, bingkisan yang berisikan berbagai macam camilan yang bisa dimakan oleh penderita kanker, boneka atau topi rajut, goodbag yang berisikan seluruh perlengkapan kebutuhan selama di rumah sakit yang meliputi Pampers, handuk, tisu basah, tisu kering,  bedak bayi, sabun mandi dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan oleh pasien anak-anak penderita kanker, kemudian anak-anak juga mendapatkan makan nasi ayam yang telah dibuat khusus untuk anak-anak penderita penyakit kanker.

Semua anak-anak mendapatkan apa yang telah disebutkan di atas, semoga sedikit pemberian dari kami dan donatur untuk anak-anak penyintas kanker di RSMH Palembang dapat memberikan kebahagiaan untuk mereka serta memberikan semangat kepada mereka bahwa kesembuhan dapat dicapai.

(Srilania-RSMH)