Minggu, 11 Agustus 2019

7 Ekor Sapi dan 5 Ekor Kambing Qurban di RSMH


7 Ekor Sapi dan 5 Ekor Kambing Qurban  di RSMH

Dalam memperingati hari raya Idul Adha 1440 H, di Halaman Parkir Gedung Utama RSMH Palembang,  Minggu (11/8). dilaksanakan penyembelihan hewan qurban yang dilakukan oleh Panitia Qurban RSMH Palembang Terdapat total 7 ekor sapi dan 5 ekor kambing yang berasal dari sumbangan Karyawan-Karyawati RSMH baik berkelompok maupun perorangan serta satu ekor sapi sumbangan dari Bank Syariah Mandiri Palembang .

Idul Adha adalah salah satu momen yang ditunggu oleh umat muslim. Bukannya hanya untuk bercengkrama dengan keluarga di rumah tetapi juga untuk berlomba-lomba memperbanyak pahala di hari yang penuh berkah dengan menunjukkan rasa peduli dan turut berbagi kepada masyarakat. Tak terkecuali oleh pegawai RSMH turut hadir saat penyembelihan Direktur RSMH dr Mohd Syahril didampingi dr Wellly Refnealdi seusai menunaikan ibadah sholat idul adha

Daging qurban tersebut diberikan kepada yan berhak menerimanya. Diharapkan daging tersebut membawa berkah baik kepada yang berqurban dan yang menerima qurban. Selamat Hari Raya Idul Adha 1440 H bagi semua yang merayakan.


 ( Suhaimi-Humas RSMH)

Ribuan Umat Islam Padati Lapangan Parkir Gedung Utama RSMH


Ribuan Umat Islam Padati Lapangan Parkir
Gedung Utama RSMH

Ribuan jamaah mengikuti sholat Idul Adha di Halaman Gedung Utama RSMH Palembang,  Minggu (11/8). Khotib dan  Imam sholat dipimpin oleh dr.H.Alwi Shahab. Sp.PD.K-EMD.

Dalam khutbahnya, Khotib Alwi Shahab mengupas tentang “Pengorbanan untuk menegakkan agama Allah,. momentum ibadah haji dan sejarah kurban Nabi Ismail AS, sebagai generasi anak sholeh.. mencontoh nabi Ibrahim AS, sebagaimana beliau menjadi bapak terbaik di dunia ini, yaitu mampu mendidik anaknya untuk menjadi patuh dan soleh,

Dirut RSMH dr Mohammad  Syahril dan dr. Welly Refnealdi tampak hadir diantara jamaah yg akan menunaikan sholat, jua beberapa pejabat di lingkungan RSMH Palembang Setelah sholat dilanjutkan dengan silaturahmi di kediaman Dirut RSMH Palembang



( Suhaimi-Humas RSMH

Kamis, 08 Agustus 2019


RSMH Gelar Workshop Penggunaan Klinik Remifentanil

RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Anastesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) mengadakan Workshop Pemakaian Remifentanyl.
 

Acara berlangsung hari ini, 9 Agustus 2019 di Aula Utama  Lt. 2 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, dibuka oleh Ketua PERDATIN Cabang SUMSEL Dr. Rizal Zainal, Sp.N,KMN dan dihadiri 61 orang dokter Spesialis Anastesi Seluruh Sumatera bagian Selatan.

Workshop ini merupakan pengenalan pemakaian obat anastesi " Speed That You Have Never Imagined Before" dari bagian Departemen Anastesi, dengan narasumber yang juga menjabat sebagai ketua Perdatin yaitu Dr. Rizal Zainal, Sp.N,KMN, Dr. Syafrudin Gaus, Ph.D,Sp.An, KMN, KNA dan Dr. Asep Deni Hamdani, Sp.An, KMN.


Dijelaskan dengan perkembangan ilmu kedokteran khususnya dalam bidang anestesi dengan penggunaaan obat Remifentanyl, pesan prosedur diagnostik dan terapeutik  yang dilakukan diluar kamar operasi dengan adanya kebutuhan sedasi. Sedasi itu sendiri untuk mengurangi kecemasan, ketidak nyamanan dan rasa nyeri selama prosedur diluar kamar operasi, ini memungkinkan orang dewasa atau anak anak yang tidak koperatif atau banyak gerak menjadi nyaman. Dalam workshop ini juga dilakukan kegiatan webinar dgn ruangan operasi (COT) RSMH utk penggunaan obat dimaksud.


Salam

IP3Humas/PKRS

Selasa, 06 Agustus 2019

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif

Oleh Hj. Rodiah, S.Kep.Ns, M.Kes

Pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada kenyataannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Berbagai kendala dapat timbul dalam upaya memberikan ASI esklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif, bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

1.   Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri, meliputi ;
1.            Faktor Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI Ekslusif.

2.    Faktor Pengetahuan
Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada  saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI Eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif.  

3.    Faktor Sikap/Perilaku
Menurut Rusli, 2000, dengan menciptakan sikap yang positif mengenai ASI dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif.

4.    Faktor psikologis
1)     Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita (estetika).
Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan, dan khawatir dengan menyusui akan tampak menjadi tua.
2)     Tekanan batin.
Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

5.    Faktor Fisik ibu
Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan Ibu untuk berhenti menyusui. Lebih jauh berbahaya untuk mulai memberi bayi berupa makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.

6.    Faktor Emosional
Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air susu ibu. Menurut Kartono (2007) bahwa aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa berubah-ubah oleh pengaruh psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat menghambat /meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut, gelisah, marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin, yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya, perasaan ibu yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi bayi; memeluk, mencium, dan mendengar bayinya yang menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan meningkatkan pengeluaran ASI.


2.   Faktor Ekternal, yaitu faktor-faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan, maupun dari luar individu itu sendiri, meliputi ;

1.    Faktor Peranan Ayah
Menurut Roesli, 2000, dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berati bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif dengan cara memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis.  Untuk membesarkan seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain menyusui seperti menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah, mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan di taman, memberikan ASI perah, dan memijat bayi. Kecuali menyusui semua tugas tadi dapat dikerjakan oleh ayah.

Dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama untuk ASI eksklusif.  Dukungan emosional suami sangat berarti dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. Ayahlah yang menjadi benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga terdekat, orangtua atau mertua. Ayah juga harus berperan dalam pemeriksaan kehamilan, menyediakan makanan bergizi untuk ibu dan membantu meringankan pekerjaan istri. Kondisi ibu yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik. Lebih lanjut ayah juga ingin berdekatan dengan bayinya dan berpartisipasi dalam perawatan bayinya, walau waktu yang dimilikinya terbatas.(Roesli, 2000).

Ayah yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebutbreastfeeding father. Pada dasarnya seribu ibu menyusui mungkin tidak lebih dari sepuluh orang diantaranya tidak dapat menyusui bayinya  karena alasan fisiologis. Jadi, sebagian besar ibu dapat menyusui dengan baik. Hanya saja ketaatan mereka untuk menyusui ekslusif 4-6 bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun yang mungkin tidak dapat dipenuhi secara menyeluruh. Itulah sebabnya dorongan ayah dan kerabat lain diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu akan kemampuan menyusui secara sempurna (Khomsan, 2006).

2.    Perubahan sosial budaya

1)     Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.
Menurut Satoto (1990), pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya.
Secara ideal tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki “tempat penitipan bayi/anak”. Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila kondisi tidak memungkinkan maka ASI perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2000).

2)    Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa dampak terhadap kesediaan ibu untuk menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu, bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan merupakan makanan yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu berkeinginan untuk meniru orang lain, atau prestise.

3)     Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat, mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.

3.    Faktor kurangnya petugas kesehatan
Kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi kesehatan, menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.

4.    Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan pergeseran perilaku dari pemberian ASI ke pemberian Susu formula baik di desa maupun perkotaan. Distibusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus, dan bahkan meningkat tidak hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia.
Iklan menyesatkan yang mempromosikan bahwa susu suatu pabrik sama baiknya dengan ASI, sering dapat menggoyahkan keyakinan ibu, sehingga tertarik untuk coba menggunakan susu instan itu sebagai makanan bayi. Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi, menyebabkan daya hisap berkurang, karena bayi mudah merasa kenyang, maka bayi akan malas menghisap putting susu, dan akibatnya produksi prolactin dan oksitosin akan berkurang.

5.    Pemberian informasi yang salah
Pemberian informasi yang salah, justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng. Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan meningkatkan pemberian susu botol. Promosi ASI yang efektif haruslah dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih.

6.    Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin (praktik IMD)
Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini. IMD disebut early initation atau permulaan menyusu dini, yaitu bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Keberhasilan praktik IMD, dapat membantu agar proses pemberian ASI eksklusif berhasil, sebaliknya jika IMD gagal dilakukan, akan menjadi penyebab pula terhadap gagalnya pemberian ASI Eksklusif.

7.    Faktor-faktor lain
Ada beberapa bagian keadaan yang tidak memungkinkan ibu untuk menyusui bayinya walaupun produksinya cukup, seperti :
1)      Berhubungan dengan kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu (seperti : gagal jantung, Hb rendah).
2)      Masih seringnya dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari pertama kelahiran oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya, walaupun sebagian besar daripada ibu-ibu yang melahirkan di kamar mereka sendiri, hampir setengah dari bayi mereka diberi susu buatan atau larutan glukosa.


Salam

Noya-IP3Humas/PKRS 

Pemberian ASI Ekslusif Gagal, ini penyebabnya ..


Pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada kenyataannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Berbagai kendala dapat timbul dalam upaya memberikan ASI esklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi.

Pada Talkshow Kesehatan kerjasama dengan LPP RRI Palembang  hari ini, Rabu 3 Agustus 2019 dalam rangka Pekan ASI Sedunia, dijelaskan oleh narasumber Hj. Rodiah, S.Kep.Ns.M.Kes bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif, bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri, meliputi ; faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor sikap/perilaku, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor emosional. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan, maupun dari luar individu itu sendiri, meliputi peranan Ayah, perubahan sosial budaya, kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi kesehatan, meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI, pemberian informasi yang salah dan faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin (praktik IMD).

Selain itu, ada juga faktor lain yang tidak memungkinkan ibu untuk menyusui bayinya walaupun produksinya cukup, seperti : adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu (seperti : gagal jantung, Hb rendah),  sering dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari pertama kelahiran diberi susu buatan atau larutan glukosa.

Salam
Resti-IP3Humas



Minggu, 04 Agustus 2019

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA ANEMIA DEFISIENSI BESI

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA ANEMIA DEFISIENSI BESI
Dr. Eny Rahmawati, M.Sc, Sp.PK-K

Artikel    
       
          Anemia merupakan kurangnya jumlah sel darah merah atau rendahnya kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah. Normalnya, kadar Hb di dalam darah adalah 12-16 g/dL pada wanita dan 14-18 g/dL pada laki-laki. Hemoglobin merupakan suatu struktur protein pada sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Apabila kadar hemoglobin berkurang (anemia), maka pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh juga berkurang sehingga dapat menimbulkan tanda/gejala seperti kelelahan, sering mengantuk, sakit kepala, jantung berdebar, dan kulit pucat.

           Anemia terdiri dari beberapa jenis yang tergantung dari penyebabnya. Salah satu jenis anemia yang paling sering adalah anemia defisiensi besi (ADB). Tanda khas yang dapat timbul pada ADB adalah kuku berbentuk sendok (koilonychia), mengecilnya alat pengecap pada lidah (atrofi papil lidah), dan radang pada sudut bibir (cheilitis). Zat besi diperlukan untuk pembentukan hemoglobin sehingga jika kadar besi dalam tubuh kurang maka dapat menyebabkan anemia.

Penyebab kurangnya zat besi dalam tubuh antara lain:

  1. Kurangnya asupan sumber zat besi, seperti   daging, hati, ikan, tiram, kacang merah, bayam, nasi putih, kacang-kacangan, sayuran hijau, tomat, dan kentang.
  2. Penyerapan zat besi di usus terganggu, terutama di usus halus.
  3. Kehamilan, ibu berbagi zat besi dengan bayi dan terjadi peningkatan volume plasma darah (hemodilusi atau pengenceran) sehingga terjadi ADB.
  4. Perdarahan akut seperti trauma, keguguran (abortus), menstruasi dan perdarahan kronik seperti ambeien (hemoroid).
  5. Infeksi cacing, karena cacing di dalam usus menghisap darah yang lama-kelamaan menyebabkan ADB.

Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis ADB antara lain hematologi lengkap (hemoglobin, eritrosit, hematokrit, trombosit, indeks-indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC), leukosit, hitung jenis lekosit, retikulosit), gambaran darah tepi, dan status besi (besi serum, total iron binding capacity (TIBC), dan ferritin). Pada gambaran darah tepi dapat ditemukan gambaran sel darah merah yang pucat, berukuran kecil, dan memiliki bentuk bervariasi akibat kekurangan hemoglobin. Untuk penyebab yang dicurigai karena infeksi cacing maka diperlukan pemeriksaan feces untuk mendeteksi adanya telur cacing atau larvanya. 

Demikian uraian singkat mengenai pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan mencari penyebab ADB. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian untuk menambah wawasan kesehatan berupa pentingnya pemeriksaan laboratorium pada ADB.

Salam IP3H
Leni pkrs

Prolaps Organ Panggul

PROLAPS ORGAN PANGGUL
Disampaikan oleh Dr. Hadrians Kesuma Putra, Sp.OG(K)
pada acara Talkshow di Sriwijaya TV, Sabtu 03 Agustus 2019

Apakah yang dimaksud dengan prolaps organ panggul?

Proplaps organ panggul adalah kondisi berupa  penonjolan atau penurunan satu atau lebih organ panggul ke dalam atau keluar dari vagina. Organ panggul terdiri atas rahim, vagina, usus, dan kandung kemih. Prolaps organ panggul muncul karena otot dan bagiannya menjadi lemah.


Apa saja gejala-gejala yang dapat ditimbulkan akibat prolaps organ panggul?
Gejala-gejalanya yang dapat ditimbulkan akibat prolaps organ panggul antara lain adanya sensasi tertarik di daerah vagina atau punggung belakang, sensasi teraba tonjolan di vagina atau keluar dari vagina, masalah berkemih, masalah pencernaan, dan perasaan tidak nyaman saat berhubungan seksual. Masalah berkemih meliputi arus aliran kencing yang lambat, sensasi pengosongan kandung kencing kurang lampias, sering berkemih atau keinginan kuat untuk mengeluarkan kencing, sedangkan masalah pencernaan dapat berupa sulit buang air besar atau tidak lampias saat buang air besar.

Apa saja hal yang dapat menyebabkan prolaps organ panggul?
Penyebab utama dari prolaps organ panggul adalah kerusakan saraf dan otot yang menyangga organ panggul. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, penuaan dan menopause, kondisi yang menyebabkan penekanan berlebihan pada dasar panggul seperti obesitas, batuk lama, konstipasi yang berlangsung lama, angkat beban, dan peregangan.

Apa yang harus dilakukan jika seseorang dicurigai mengalami prolaps organ panggul?
Jika seseorang dicurgai mengalami prolapss organ panggul, sebaiknya ia segera ke dokter. Dokter akan menanyakan mengenai riwayat medis dan melakukan pemeriksaan vagina untuk menentukan tingkat keparahan prolaps anda.

Bagaimana cara mencegah prolaps organ panggul?
Untuk mencegah prolaps organ panggul maka hindaarilah faktor risiko seperti mengejan saat buang air besar, mengangkat benda yang teralu berat, batuk berkepanjangan. Makan makanan berserat untuk mencegah sembelit.


Salam
Noya-IP3Humas/PKRS