Minggu, 28 Juli 2019

Senam Kaki untuk Penderita Diabetes

Senam Kaki Diabetes merupakan suatu kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki

Demikian disampaikan oleh Dina Octarina, Amk dan Merri Rosita, Amk, dengan topik Senam Kaki untuk Penderita Diabetes,   Senin 29 juli 2019 di Ruang Tunggu Rawat Inap C, yang dihadiri oleh keluarga pasien.

Dijelaskan salah satu komplikasi dari diabetes adalah masalah kaki diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka dan cepat berkembang menjadi ulkus gangren atau disebut borok bila tidak dirawat dengan benar

"Tujuan dan manfaat dari senam diabetes itu sendiri untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot - otot kecil, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha dan mengatasi keterbatasan gerak".

Setelah penyampaian tujuan dari senam diabetes, dilanjutkan dengan pratek senam diharapkan dengan mengadakan pratek senam bersama sama dengan pengawasan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pratek senam ini, jelas Dina.

Selanjutnya, setelah melakukan rutin senam diabetes perlu adanya pemeriksaan kaki untuk menghindari kerusakkan saraf kaki yang tidak dapat merasakan nyeri, pemeriksaan dengan memeriksa bagian atas atau punggung kaki, telapak, sisi - sisi kaki dan sela - sela jari.

" Untuk melihat telapak kaki, tekuk kaki menghadap muka bila sulit gunakan cermin untuk melihat bagian bawah kaki atau minta banyuan orang lain". tutupnya

Salam IP3Humas
Leni/PKRS

Jumat, 26 Juli 2019

PENTINGNYA DETEKSI DINI KANKER ANAK



PENTINGNYA DETEKSI DINI KANKER ANAK
Seminar Ilmiah di RSMH , Tema “UPDATE ON CANCER MANAGEMENT”

Angka kejadian kanker pada anak di Indonesia dgn jumlah penduduk 240 juta jiwa terdapat kurang lebih 11000 kasus baru pertahun.sebagian besar dari keluarga prasejahtera hal ini lah yg mengundang keprihatinnan berbagai pihak salah satunya Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI)  yg merupakan organisasi terdiri dari perkumpulan bbrp orangtua penderita kanker.
Untuk meningkatkan kepedulian dan mendeteksi dini penyakit kanker pada anak maka diadakan seminar ilmiah “ PENINGKATAN DETEKSI DINI KANKER PADA ANAK”  sabtu (27/07/2019) di ruang Aula Gedung Utama RSMH Palembang.

Peserta acara seminar ini terdiri dari tenaga kesehatan dokter / perawat perwakilan dari RS / Puskesmas sekota Palembang, acara pembukaan di hadiri oleh Direktur Utama ,Direktur Umum,SDM dan Pendidikan , Pengurus YOAI, serta para undangan lainnya.

Hadir sebagai Narasumber Seminar ini adalah  
1.dr. Endang Windiastuti, Sp.A(K) ; Topik: Pengenalan Gejala dan Tanda Kanker Pada Anak
2.Prof. DR. dr. Rita Sitaurus, SpM(K)  ;Topik: Retinoblastoma
3.dr. Rusdianto, SpM(K)  ; Topik: Situasi Retinoblastoma di Sumsel
4.dr. Dian Puspita Sari, Sp.A(K), M.Kes  ; Topik: Leukemia pada Anak
5.dr. Mochammad Ridho Nur Hidayah, SpOT  ; Topik: Kanker Tulang pada Anak

Direktur Umum, SDM dan Pendidikan  dr.Msy.Rita Dewi ,Sp.A (K) ,MARS dalam kata sambutannya mengatakan bahwa  Onkologi merupakan salah satu layanan unggulan RSMH, diharapkan dgn acara seminar ini, sebagai  transfer of knowledge bagi sesama tenaga Kesehatan  utk dapat mendeteksi dini penyakit kanker pada anak-anak  dan diatasi bersama, karena anak-anak  merupakan masa depan kita , generasi penerus bangsa.

Dr.Rita juga Mengapresiasi keberadaan YOAI , sebagai salah satu organisasi yaang membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan anak dibidang kesehatan khususnya menanggulangi penyakit kanker pada anak di Indonesia khususnya di Sumatera selatan.

Kanker bukanlah penyakit yang asing di telinga kita, keganasannya yang mampu mengakibatkan kematian.Namun demikian kanker sebenarnya dapat disembuhkan apabila kita dapat mengetahui gejalanya sejak dini dan dilakukan perawatan yang tepat. Kanker pada anak lebih sulit untuk dideteksi karena pada umumnya anak-anak belum dapat memahami dan menceritakan gejala yang dirasakannya. Sehingga dengan adanya seminar ini dapat memberikan informasi yang cukup bagi peserta untuk mengetahui gejala-gejala kanker pada anak.

(Laporan Humas RSMH)

Senin, 22 Juli 2019

Raker RSMH Dalam Rangka Rencana Strategis Bisnis


Raker RSMH Dalam Rangka Rencana Strategis Bisnis


Rapat Kerja Tahunan dalam rangka pembahasan Rencana strategis bisnis yang disusun Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang  agar mengacu pada RPJMN 2020-2024 di ikuti oleh seluruh pejabat structural di Hotel Santika Belitung Kamis – Jum’at 18 – 19 juli 2019 


Raker di buka oleh Dr. Bambang Wibowo,Sp.OG(K), MARS ( Dirjend Yankes RI) dalam kata sambutannya  mengatakan bahwa SDM merupakan asset yang penting bari organisasi, dalam hal perumahsakitan dokter merupakan asset SDM yang sangat penting. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan kompetensi bagi tenaga dokter ataupun tenaga lainnya guna mencapai/menciptakan layanan unggulan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan penganggaran dalam peningkatan kompetensi tersebut, bila perlu sampai disekolahkan ke luar negeri. Ataupun dengan mengikuti pendidikan/pelatihan di RS Vertikal yang memiliki ke khususan 

 
Rapat Kerja RSMH yang dihadiri oleh seluruh jajaran direksi  juga di hadiri oleh Dewan Pengawas.  dr. Kirana Pritasari, M.Q.I.H. ketua dewan Pengawas RSMH Palembang mengharapkan Pelayanan di rumah sakit hendaknya tidak hanya bersifat kuratif dan rehabilitatif, namun juga pelayanan promotif dan preventif hal tersebut dalam rangka peningkatan pelayanan dan pendapatan 


Acara dilanjutkan dengan pemaparan program dari Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Umum, SDM dan Pendidikan serta Direktorat Keuangan. Diharapkan dengan dilaksanakannya Rapat Kerja (Raker) ini, dapat terakuntabilitas dengan baik sehingga tujuan dan  perubahan perubahan yang akan di capai dapat terlaksana  dapat tercapai.

( Liputan Suhaimi/ Humas RSMH)


Minggu, 14 Juli 2019

Apoteker RSMH Raih Penghargaan


Apoteker  RSMH Raih Penghargaan
MUNAS ke-IV .2019 di Bali International Convention Center

Apoteker RSMH Palembang meraih penghargaan dalam presentasi oral di Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) dan (Musyawarah Nasional) MUNAS ke-IV di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Badung, Bali yg diadakan oleh Hisfarsi yang diikuti oleh apoteker-apoteker yg berpraktik di Rumah Sakit  seluruh Indonesia.

Mengalahkan sekitar 40 orang peserta dari Rumajh Sakit Seluruh  Indonesia dengan judul presentasi “Evaluasi Ketepatan Waktu Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap BHC RSUP dr Mohammad  Hoesin Palembang” adalah Winda Kirana Ade Putri Pada hari Jum’at 12 Juli 2019 malam. Winda  berhasil mendapatkan peringkat dua dalam kegiatan rutin yang digelar Hisfarsi setiap tahun.

Mengangkat tema It's All About Medication Safety, Hisfarsi ingin meningkatkan kompetensi apoteker rumah sakit dalam menciptakan pelayanan kefarmasian yang aman dan berkualitas sesuai dengan standar keselamatan pasien.

Menurut Yuni Bachtiar sebagai kepala instalasi farmasi RSMH , penghargaan ini merupakan contoh bagi apoteker lainnya di RSMH agar dapat berprestasi lebih baik lagi, tentunya ini merupakan kerjasama tim yg solid sehingga bisa memperoleh predikat sebagai juara.
RSMH patut berbangga mempunyai apoteker-apoteker yg berprestasi, semoga akan lahir Winda Kirana - Winda Kirana lain yg akan mengharumkan nama RSMH di kancah nasional maupun internasional.

( Humas RSMH)

Minggu, 07 Juli 2019

INFEKSI PADA SISTEM SARAF PUSAT


PENYAKIT INFEKSI PADA SISTEM SARAF PUSAT



oleh dr. Andika Okparasta, Sp.S





Penyakit infeksi Sistem Saraf Pusat (SSP) adalah penyakit pada saraf pusat yang disebabkan oleh invasi atau multiplikasi mikroorganisme di dalam susunan saraf pusat.

Dalam acara talkshow "Info Sehat" kerjasama RSUP Dr.Mohammad Hoesin dengan TVRI Palembang Sabtu,6 Juli 2019 dr.Andika menjelaskan bahwa berdasarkan jaringan yang terlibat, penyakit infeksi sistem saraf pusat dibagi menjadi (1) infeksi meningeal yang melibatkan selaput meningen otak baik pachymeningen atau lepromeningen dan (2) infeksi pada parenkim otak (ensefalitis) dan medula spinalis (myelitis).

Pada banyak kasus, infeksi meningeal sering juga melibatkan parenkim otak, disebut sebagai meningoencefalitis. Penyakit infeksi SSP meliputi meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, abses serebri, malaria serebral, abses serebri, dan spondilitis.

Data epidemiologi menunjukkan angka kematian akibat ensefalitis di Amerika Serikat mencapai 1400 kematian pertahun. Laporan dari 20 negara (di Eropa
, Amerika Serikat, dan Asia) yang diterbitkan tahun 2017 menunjukkan penyakit infeksi sistem saraf pusat terbanyak yaitu meningitis yang disebabkan dengan Pneumococci, sp dan Mycobacterium tb, sementara pada individu HIV paling tinggi yaitu meningitis kriptokokus.

Dari keseluruhan pasien infeksi yang dirawat yaitu 73% pasien sembuh tanpa gejala sisa, 18% pasien sembuh dengan gejala sisa dan 9% pasien meninggal. Di Indonesia, belum banyak data yang didapat mengenai infeksi sistem saraf pusat. Laporan dari RSUP dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta hingga tahun 2016 didapatkan kasus infeksi terbanyak yaitu meningitis tuberkulosis (40,1%) dan ensefalitis toksoplasmosis (21,1%), sisanya yaitu ensefalitis viral (4,5%), meningitis kriptokokus (5,2%), abses serebri (5,2%), meningitis bakterialis (0,7%) dan sebanyak 22,5% kasus penyebabnya tidak diketahui.

Laporan dari RS dr. Saiful Anwar, Malang tahun 2016 menunjukkan toksoplasmosis serebri merupakan kasus infeksi yang paling banyak terjadi disusul meningitis tuberkulosa, dengan angka kematian tertinggi (41,2%) disebabkan oleh meningitis tuberkulosa.

Etiologi penyakit infeksi pada sistem saraf pusat bermacam-macam, seperti bakteri (Haemophilus influenza, Streptococcus pneumoniae, Nisseria meningitidis, Klebsiella sp, dan Mycobacterium tuberculosa), protozoa (Toxoplasma gondii, Plasmodium falcifarum), jamur (Cryptococcus neoformans, Cryptococcus gatii) dan autoimun.

Gejala klinis penyakit infeksi SSP bervariasi seperti demam, nyeri kepala hebat disertai muntah proyektil, kaku kuduk, kejang, penurunan kesadaran, paresis nervi kraniales, hemiparesis dan paraparesis (bila infeksi menyerang medula spinalis). 

Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didukung oleh pemeriksaan raduiologis, (foto polos, CT scan dan MRI), serta pemeriksaan laboratorium.
Gambaran radiologis kepala dapat menunjukkan edema serebri, penyangatan kontras, infark serebri, hidrosefalus, massa kistik dan juga atrofi serebri. Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis etiologi yaitu pemeriksaan cairan serebrospinal (analisa cairan serebrospinal, PCR, kultur) dan juga serologi (antigen-Cryopto, anti-toxo, anti-NMDAR).

Tatalaksana penyakit infeksi SSP mencakup tatalaksana kausatif dan suportif. Tatalaksana kausatif dimulai dengan terapi empiris sesuai dengan patogen penyebab dan dapat juga berupa tindakan operatif, sementara tatalaksana suportif berupa pengendalian kejang, penanganan komplikasi, pemberian nutrisi, dan rehabilitasi medik.

(Laporan IP3 Humas RSMH)

Kamis, 04 Juli 2019

ANAK ADALAH HARAPAN BANGSA


ANAK ADALAH HARAPAN BANGSA

(oleh Dr. Risma Rini, Sp.A (K)

Disampaikan oleh Dr. Risma Rini, Sp.A (K), pada Talkshow Kesehatan Interaktif, kerjasama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan Stasiun Televisi Sriwijaya TV Palembang, pada tanggal 22 Juni 2019.

Anak adalah harapan orang tua. Anak adalah generasi penerus bagi bangsa dan negara. Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang sehat, kuat dan cerdas sebagai generasi penerus. Bagaimana kondisi anak-anak Indonesia sekarang ini ?

Masalah anak di Indonesia sekarang masih mengenai angka kematian bayi yang tinggi. Angka kematian bayi di Indonesia masih 28 permil. Artinya dari 1000 bayi yang lahir hidup ada 28 bayi yang meninggal sebelum merayakan ulang tahun pertamanya. Angka ini belum mencapai target Pemerintah yaitu 24 permil, dan masih lebih tinggi dibandingkan angka kematian bayi di negara-negara lain bahkan bila dibandingkan dengan sesama negara Asia tenggara yang lain.

Apa saja yang menjadi penyebab kematian bayi tsb?
Sekitar 30% dari penyebab kematian tsb berkait dengan keadaan pada bayi baru lahir seperti kelahiran prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan berat badan kurang dari 2.000 gram, dan kelainan bawaan yang berat seperti anensensefali, gastroschizis, atresia ani serta kelainan jantung bawaan.

Penyebab lainnya adalah penyakit infeksi, seperti diare, pnemonia, campak, malaria, demam berdarah, meningitis  dan tetanus.
Umumnya kematian akibat penyakit tsb berhubungan dengan status gizi anak yang kurang atau buruk.
Sebagai generasi penerus diharapkan semua anak dapat menjadi orang dewasa yang berkualitas. Sementara kualitas seseorang ditentukan bagaimana proses tumbuh kembangnya selama masa kanak-kanaknya.

Di Indonesia masih banyak anak yang  mengalami gangguan pertumbuhan berupa gizi kurang bahkan sampai gizi buruk. Sekitar 37% anak tergolong pendek sebagai akibat kurang gizi yang berlangsung kronis. Keadaan ini berkaitan dengan kemiskinan dan ketidak tahuan orang tua mengenai makanan yang bergizi, tidak memberikan ASI secara eksklusif pada anak-anaknya dan tidak memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang cukup dengan komposisi yang lengkap dan seimbang.

Disamping itu masih tingginya kejadian penyakit kronis  seperti Tbc paru, kelainan jantung bawaan, penyakit ginjal dan keganasan juga ikut berperan.
Sekitar 5% anak mengalami gangguan perkembangan.
Yang paling banyak adalah gangguan bicara. Anak-anak tidak bisa berbicara sesuai usia.
Keadaan ini terjadi karena anak mengalami gangguan pendengaran baik karena faktor keturunan, tetapi lebih banyak lagi sebagai akibat dari berbagai keadaan pada waktu baru lahir, seperti kelahiran prematur , BBLR, asfiksia, dan infeksi selama masa neonatal, termasuk penggunaan alat-alat bantu selama perawatan intensif.

Di zaman modern sekarang ini penyebab terbanyak anak mengalami gangguan bicara adalah kurangnya stimulasi  dari orang tua. Kebanyakan orang tua memberikan  media elektronik seperti TV, gadget, dan HP untuk permainan anak mereka. Media ini tidak memberikan komunikasi 2 arah sehingga anak terlibat dalam komunikasi, apa lagi bila isi tontonan tidak sesuai dengan usia anak dan disampaikan dalam bahasa asing maka anak akan terlambat untuk memahami maupun mengeluarkan kata-kata, bahkan banyak sekali anak yang mengeluarkan kata- kata yang tidak bisa dipahami apa artinya.

Gangguan perkembangan berikutnya adalah gangguan motorik, anak terlambat tengkurap, duduk, merangkak maupun berjalan. Keadaan bisa terjadi karena adanya kelumpuhan otak sebagai akibat kondisi selama kehamilan, persalinan maupun setelah persalinan. Ibu-ibu hamil yang mengalami hipertensi, hiper ataupun hipotiroid, dan infeksi TORCH merupakan penyebab yang sering ditemukan. Kondisi selama persalinan seperti kelahiran prematur, BBLR, asfiksia, gangguan nafas dan infeksi selama masa bayi. Kebanyakan anak2 yang mengalami kejang dan penurunan kesadaran karena infeksi pada otak dan selaput otak juga sering mengakibatkan kelumpuhan otak yang dikenal dengan Palsy Cerebralis. Keterlambatan motorik juga bisa disebabkan oleh sindroma Down dan hipotiroid. Anak2 dengan gizi buruk juga sering mengalami keterlambatan motorik karena otot2 yang lemah dan kurangnya tenanga akibat asupan nutrisi yang kurang. Beberapa anak mengalami keterlambatan motorik karena kurang distimulasi  karena banyak digendong, tidak dibiarkan bermain bebas dilantai, atau anak yang terlalu gemuk sehingga membatasi gerakan badannya.

Gangguan perilaku pada anak seperti autis dan hiperaktif sering terlambat terdeteksi karena sering dianggap sebagai perkembangan anak normal yang belum mengerti. Padahal kelainan ini akan berdampak terhadap sosialisasi dan kesiapan belajar anak. Begitu juga gangguan kognisi, sering kali baru terdeteksi setelah anak masuk sekolah.
Kesemua gangguan ini seharusnya dapat dideteksi sedini mungkin, sebelum usia 2 tahun, usia dimana otak sedang berkembang dengan pesat sehingga prognosisnya akan lebih baik.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini?
Pertama lakukan usaha pencegahan seperti :
-  Perbaikan gizi ibu sebelum hamil
-  Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan.
-  Persalinan dibantu oleh petugas kesehatan yang kompeten.
- Berikan ASI secara eksklusif, dan pemberian MPASI setelah usia 6 bulan dengan tetap meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun.
-  Berikan makan dengan nutrisi yang lengkap dan seimbang.
-  Berikan imunisasi sampai lengkap
-  Berikan stimulasi kepada anak sesuai umur dan kemampuannya.
- Lakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan perkembangan anak secara berkala agar semua kelainan bisa terdeteksi secara dini.
Bila dari pemeriksaan ditemukan gangguan segera  rujuk ke dokter spesialis anak untuk diberikan pengobatan yang sesuai.

Salam IP3H (Tika PKRS)