Sabtu, 21 Mei 2016

Dokter Peduli rakyat miskin



Operasi Bibir Sumbing dan Hidrosefalus Gratis
Dalam Rangka Memperingati Hari Kebangkitan nasional

Tim RSMH Palembang yang terdiri dari  20 dokter ahli (spesialis) dan 30 dokter umum melakukan aksi sosial pengobatan di Kabupaten Banyuasin dalam rangka Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Peduli dan Hari Kebangkinan Nasional 20 Mei 2016.

Dengan tanpa dibayar sepeser pun, dr Ikmal Perlianta SpBP-RE dan rombongan, Kamis (19/5) melakukan operasi bedah plastik dan merekonstruksi wajah terhadap 11 pasien bibir sumbing dan pasien hidrosefalus, yang semuanya anak-anak dari kalangan keluarga tidak mampu.

Operasi dilakukan di RSUD Banyuasin yang didukung penuh Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuasin, termasuk penyediaan ruang operasi, peralatan dan sarana yang dibutuhkan pasien. Sebelum operasi, relawan medis lebih dahulu berdoa dan satu persatu anak-anak masuk ke ruang pasien.
Seperti pasien atas nama Dekayati (4), Balita ini menderita bibir sumbing dengan dampak bagian kulit mata sisi kiri tertarik sehingga rasa perih dan sakit dirasakan Deka. Namun Warga Desa Air Singris Kecamatan Suaktape ini memiliki harapan baru, wajah akan kembali normal. Setidaknya hal ini diungkapkan Wansah (25), ayah kandung Deka.

"Harapan kami, Deka bisa normal. Dia ini kan perempuan, kasihan dengan masa depannya. Saya takut, kalau dak dioperasi, dia akan minder bergaul dengan temannya," katanya.
Menurut Wansyah, sebagai orangtua, dia ingin sekali mengoperasi wajah anaknya agar sama dengan wajah anak-anak sebayanya. Namun karena tidak memiliki uang, ia hanya bisa bersedih dan pasrah. Namun dengan adanya tawaran operasi gratis, maka ia pun mendaftarkan anaknya."Kasihan anak aku. Aku ingin Deka memiliki wajah normal agar sama dengan yang lain. Aku tetap bersyukur, dan terima kasih sama dokter yang sudah berbaik hati," katanya.

Begitu juga Tim Bedah Hidrosefalus, Dr Agung MudaPati Sp.BS, Dr. Anugrah Oni,Sp.BS dan rekan-rekan  yang melakukan operasi bedah terhadap Julio yang berusia 10 bulan, pengidap Hidrosefalus asal Betung, Kabupaten Banyuasin, di Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin berlangsung sukses. “Kita hari ini laksanakan operasi terhadap Julio, pasien pengidap Hidrosefalus asal Betung, Banyuasin,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuasin, dr Mgs M Hakim ketika ditemui usai kegiatan hari bakti dokter indonesia di RSUD Banyuasin, kemarin (19/5).Dikatakannya, jalannya operasi tersebut berlangsung lancar dan aman, diharapkan akan sembuh seperti sediakala. “Alhamdulilah sukses jalannya operasi tersebut,” katanya.

Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional merupakan kerjasama Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumatera Selatan dan Dinas Kesehatan Banyuasin


Doc Humas RSMH Palembang
berita  beberapa sumber surat kabar


Jumat, 20 Mei 2016

Upacara RSMH



DENGAN SEMANGAT HARI KEBANGKITAN NASIONAL
KITA TINGKATKAN PELAYANAN KESEHATAN

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang  dr. Mohammad Syahril,SpP. MPH menjadi inspektur upacara bendera  pengibaran bendera merah putih dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 2016 di Halaman Parkir Gedung Utama Rumah Sakit umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang.  Hadir pada upacara tersebut seluruh jajaran Direksi, pejabat struktural dan fungsional serta karyawan dan karyawati  RSMH Palembang.

Dalam kata sambutannya yang bertemakan Hari Kebangkitan Nasional dr. Mohammad Syahril mengatakan bahwa sebagai generasi penerus bangsa adalah suatu kewajiban bagi seluruh karyawan karyawati untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan penuh tulus dan ikhlas, memang pelayanan rumah sakit tidak ada yang sempurna dan pasti ada kendala oleh karena itu kita mempunyai kewajiban untuk memperbaikinya secara terus menerus (continiuew improvment)  karena beberapa minggu ini kita mendapatkan pemberitaan yang kurang bagus dari media masa tentang pelayanan karena faktor internal, khusus untuk pelayanan langsung dengan pasien dihimbau agar tidak menolak pasien karena alasan administrasi, semua pasien harus dilayani dan tumbuhkan empati bahwa semua pasien adalah saudara kita sendiri yang harus kita perhatikan

Pada kesempatan itu juga juga Dirut RSMH Palembang memberikan apresiasi kepada seluruh karyawan – karyawati yang telah mengsukseskan Mock Survey pada bulan april 2016 diharapkan RSMH Palembang dapat memperoleh akreditasi Internasional pada bulan September  2016

Pada akhir kata sambutannya Direktur Utama RSMH mengharapkan agar selalu meningkatkan komunikasi yang baik, banyak kasus yang terjadi karena kurangnya komunikasi yang baik,  seluruh karyawan karyawati RSMH Palembang diharapkan mempunyai group Media Sosial ( facebook, WA, dll) untuk menyampaikan tentang pelayanan unggulan  yang ada di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang serta bisa  mengetahui perkembangan dunia kesehatan saat ini


Akhmad Suhaimi   (Humas RSMH Palembang)

Sabtu, 14 Mei 2016

Klarifikasi Pasien


H a l.    : Klarifikasi Pasien


Kepada Yth,
Pimpinan Redaksi
Media online Merdeka.com


Sehubungan dangen pemberitaan Yang dimuat di media online 10 Mei 2016 jam 23.06 dengan  judul "Ditolak RSMH Palembang, Pasien kankerrahim Tewas Di Rumah Singgih", maka dengan ini kami  memberikan klarifikasi dan kronologis sbb :
1. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan pengawasan langsung oleh media dan masyarakat terhadap pelayanan di RSMH Palembang yang dapat kami jadikan sebagai kontrol untuk selalumemberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat.
2. Pasien Ny Mardiah 53 tahun adalah pasien lama di poli rawat jalan  RSMH yang di rawat bersama oleh spesialis Obgin, spesialis Bedah Vaskuler dan Spesialis Penyakit Dalam sejak  Maret 2016.
3. Tanggal 10 Mei 2016 jam 21.05 pasien dibawa ke IGD RSMH karena sesak  napas dan perut membesar. Pasien langsung diteriima  oleh dokter Jaga triase dan selanjutnya diserahkan ke dokter Jaga on site spesialis obstetri dan ginekologi di ruang P2 IGD. Pasien di berikan Oksigen, dilakukan  pemeriksaan tanda vital, pasien diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rekam jantung (EKG). Pasien tetap di observasi di ruang P2 IGD untuk mengatasi kegawatannya (sesak  napas). Pasien tersebut tetap dan langsung  dilayani di IGD RSMH walaupun belum membawa surat rujukan. Hal ini sesuai dengan SOP di IGD RSMH bahwa pasien yang datang di IGD harus ditangani lebih dulu  baru diselesaikan administrasinya. Jadi tidak benar pasien ditolak dilayani di IGD karena tidak membawa syarat administrasi (Surat rujukan). Setelah itu keluarga diminta mengurus surat rujukan agar pasien mendapat jaminan pengobatan dan perawatan selanjutnya.
4. Setelah diobservasi dan berdasarkan hasil pemeriksaan di IGD, oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) yang bertugas di IGD, pasien dinyatakan tidak indikasi rawat inap dan disarankan kontrol ke poliklinik rawat jalan RSMH. Sambil menunggu keluarga mengurus surat rujukan dan kelengkapan persyaratan untuk rawat jalan, pasien tetap berada di IGD RSMH sampai jam 11 tanggal 11 Mei 2016.
5. Karena masih menunggu keluarga yang mengurus rujukan dan persyaratan di Kabupaten Kayu Agung, maka pasien di sarankan menunggu di Rumah Singgah yang lokasinya berdekatan dengan IGD dalam kompleks RSMH. Pasien diantar oleh petugas RSMH bersama keluarga yang lain ke Rumah Singgah sekitar jam 11. 
6. Tanggal 11 Mei 2016 sekitar jam 19.05 pasien di laporkan oleh keluarga meninggal.
Demikian klarifikasi dari kami, sesuai dengan yang diatur dalam UU Pers, kami mohon media saudara untuk memuat hak jawab kami ini dalam waktu sesegera mungkin. Dengan demikian masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan seimbang. 
Atas kerjasama dan dimuatnya klarifikasi ini kami sampaikan terima kasih

Palembang, 15 Mei 2016
Direktur Medik dan Keperawatan RSMH 

DR. Dr. ALsen Arlan, SpBD (K)

Kamis, 05 Mei 2016

Profersor Rusdi Ismail



Profersor Rusdi Ismail


Profersor Rusdi Ismail menceritakan kisahnya hingga ia menjadi seorang Guru Besar. Dilahairkan di Tanjung Limau,Sumatera Barat. Ia adalah anak seorang kyai pengasuh sebuah pondok pesantren. Lingkuangan pesantren yang lekat denganya dari kecil ternyata malah membawanya menjadi seorang dokter. Ayahnya memasukan ia di sekolah umum, dinilai sebagai anak yang cerdas, Rusdi kecil langsung masuk kelas akselerasi. Tamat sekolah menengah atas ia berteolak ke Jakarta. Mengikuti tes masuk Universitas Indonesia dengan memilih jurusan Kedokteran dan ekonomi, ia berhasil diterima di kedua jurusan. Bayangan menjadi seorang dokter adalah sebuah kebanggaan, hingga ia tak lagi berfikir panjang untuk memilih fakultas kedokteran. "Padahal kalau difikir lagi, jadi ekonom lebih kaya," ujar Profesor Rusdi sambil tertawaSetalah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ia kemudian menjadi staf  pengajar di almamatenya itu. Hingga pada tahun 1968 sebelum penentuan pendapat rakyat Irian Barat atau yang disebut dengan PEPERA, pemerintah mengirimkan 4 dokter spesialis, salah satunya adalah spesialis anak. Kebetulan saat itu Profesor Rusdi adalah seorang dokter spesialis anak.

Kondisi Irian Barat yang saat itu masih konflik membuat para dokter enggan untuk pergi ke Irian Barat.Profesor Rusdi mengaku setengah dipaksa oleh atasanya di Universitas Indonesia, walaupun ia juga tidak keberatan dengan hal itu. Hingga akhirnya pada juni 1969 ia berangkat ke Irian. Ia mengaku senang selama di sana, Meskipun tidak membuka praktek dan tidak punya penghasilan lebih karena saat itu semua pelayanan kesehatan gratis. Hal ini juga sebagai upaya dalam memenagkan PEPERA oleh pemerintah Indonesia. Beberapa waktu kemudian ia menjadi diektur rumah sakit Provinsi Irian Barat.

Sebelumnya ia bersama dengan 3 dokter spesialis lain yang sedang bertugas di Irian Barat ditawari oleh pemerintah Indonesia. "ingin menjadi direktur rumah sakit atau menjadi anggota DPR." Kata profesor yang memiliki 3 orang anak ini. Kala itu dengan mantap ia memilih sebagai direktur rumah sakit karena ia mengaku sama sekali tidak tertarik dengan dunia politik. "Dengan begini kan saya punya riwayat hidup sebagai direktur Rumah Sakit Provinsi."kata Profesor Rusdi dengan nada bercanda. Selang 3 tahun kemudian ia pindah ke RSMH Palembang. Sebagai relawan PEPERA ia mendapat kebebasan untuk memilih dimana ia akan ditempatkan selanjutnya. Ia memiliki pilihan untuk kembali mengajar di Universitas Indonesia. Mempertimbangkan tempat tinggal ia meminta kepada atasanya. "Saya mau ditempatkan dimana saja asal ada rumah yang bisa saya tinggali." Karena pada saat itu profesor rusdi belum memiliki rumah. Ia kemudian diberi tawaran berbagai pilihan tempat namun kemudian ia memilih RSMH Palembang karena merupakan rumah sakit pendidikan fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Dengan begitu minatnya sebagai pengajar masih dapat tersalurkan karena di rumah sakit pendidikan seorang dokter juga sekaligus sebagai seorang pengajar.


Palembang juga tergolong dekat dengan tempat asalnya, sehingga ia sudah mengenal kulturnya dengan sangat baik. Tahun 1972 saat ia datang di Palembang, statusnya masih menjadi pegawai departemen kesehatan, meski sebagai pegawai departeman kesehatan ia masih mengajar karena status RSMH Palembang sebagai Rumah sakit pendidikan. Baru setelah 10 tahun di RSMH Pelembang ia kemudian menjadi pegawai dinas pendidikan. Setelah itu ia juga sempat menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Hingga ia mendapatkan gelar Pofesor dan dikukuhkan menjadi Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dan pensiun pada tahun 2009 lalu. Minatnya menjadi seorang sebagai pengajar diwarisi oleh sang ayah. Sejak kecil

Profesor Rusdi tidak pernah secara formal menjadi seorang santri namun sang ayah selalu mengajarkan berbagai hal layaknya sorang santri. Profesor Rusdi bercerita suatu ketika ia bertengkar dengan temanya hingga temanya gontai berlumur darah karena dilempar batu olehnya. Mengetahui hal itu sang ayah lalu memberinya pelajaran, sambil dipukuli dengan ikat pinggang sang ayah menasehatinya dengan hadis. Hal itulah yang paling teringat dalam benak Profesor Rusdi. Saat ditanya pengalamanya selama menjadi dokter di RSMH, ia menceritakan kisahnya saat menangani pasien anak yang ia beri salah obat. Efek kesalahan obat kemudian membuat anak seketika menjadi lemas, orang tua sang anak lalu panik saat itu juga. Profesor Rusdi sempat diancam akan ditusuk oleh orang tua pasien. "Saya sudah hafal karakter orang Palembang, saat itu saya bisa tangai." Ia mencoba menenangkan orang tua pasien. "Mari pak saya antar ke rumah sakit, supaya bapak tidak ragu-ragu nanti akan langsung ditangani dokter spesialis yang lain." kata Professor Rusdi saat berbicara dengan orang tua pasien yang penuh amarah seketika tenang. Baginya pengalaman puluhan tahun menjadi dokter bukan tanpa resiko ia ingat betul saat ada pasien yang meninggal akibat salah penanganan darinya."waktu itu setiap hari ada 30 pasien yang harus saya tangani. Kalau ada salah penanganan akibat saya itu merupakan resiko," begitu Profesor Rusdi beralasan.



Suhaimi Humas (doc. RSMH magazine )