Di
dalam kamus Bahasa Inggris Oxford
advanced learner’s dictionary, kata “stunting” tidak ditemukan dan yang ada
hanya kata “stunted growth” yang artinya pertumbuhan terhambat.
Istilah Stunting atau stunted growth atau nutritional stunting
diperkenalkan pertama kali oleh World
Health Organization yang artinya adalah pertumbuhan panjang badan
atau tinggi badan menurut umur atau “height for age” di bawah dari minus 2 standar deviasi pada kurva pertumbuhan The WHO child growth standards tahun 2006. Bila diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia, stunting lebih
tepat diartikan “perawakan pendek”,
bukan ‘kerdil’ sebab stunting akibat kekurangan nutrisi sedangkan kerdil
disebabkan bukan oleh faktor nutrisi. Berbicara stunting berarti berbicara
tentang pertumbuhan fisik linear dimana pada seorang anak selain terjadi
pertumbuhan juga terjadi perkembangan.
Dalam Talkshow Kesehatan di Stasiun Televisi “TVRI
Palembang”, tanggal 22 Januari 2019, Dr. Julius Anzar, Sp.A (K), konsultan
nutrisi dan penyakit metabolik RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang, menyampaikan materi tentang, “ Peran ASI dan MPASI dalam Mencegah Stunting dan Obesitas”. Acara merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka memperingati Hari Gizi Nasional (25 Januari).
Dr. Julius menjelaskan, istilah obesitas berarti adanya kelebihan
penyimpanan lemak di dalam tubuh sehingga berakibat timbulnya gangguan-gangguan
metabolisme di dalam tubuh. Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan energi
dimana energi yang masuk lebih banyak daripada yang keluar sehingga kelebihan
energi ini disimpan dalam bentuk lemak. Pola makan yang baik disertai aktifitas
fisik dan pola hidup yang aktif dapat mencegah kejadian obesitas.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan
khusus untuk bayi berbentuk cair, bersifat spesifik dan sangat cocok untuk bayi
manusia. Produksi ASI dimulai dari bayi baru lahir hingga masa 2 tahun. Oleh
karena ASI bersifat khusus dan spesifik maka ASI adalah sumber makanan satu-satunya
yang paling tepat untuk menjaga pertumbuhan bayi yang optimal selama 6 bulan
pertama kehidupan. Peranan ASI ini sangatlah penting dan integral karena selain
sebagai sumber nutrisi juga sebagai zat pertahanan terhadap gangguan dan
penyakit yang bisa menghambat pertumbuhan itu sendiri. Oleh karena ASI
diciptakan oleh Tuhan secara khusus untuk makanan bayi maka asi mempunyai
sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus ASI inilah yang membuat ASI seharusnya
menjadi makanan paling unggul dan menjadi pilihan utama untuk bayi agar
pertumbuhan dan perkembangannya berhasil namun dengan ketidaktahuan dan
kepercayaan keluarga yang keliru terhadap ASI maka menjadikan ASI bukan pilihan
utama.
Setelah
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan maka dilanjutkan dengan pemberian MPASI
yaitu makanan pendamping ASI. Peranan MPASI adalah sangat penting pada masa
setelah 6 bulan karena setelah usia 6 bulan, ASI saja tidak cukup lagi untuk
memenuhi bayi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan MPASI adalah :
jenis atau kandungan makanan, jumlah masing-masing, tekstur makanan dan cara
pemberiannya.
Pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan dengan disertai pemberian makanan pendamping
ASI selama 2 tahun akan mencegah bayi dan balita menjadi stunting dan
obesitas.
Penyebab stunting
Penyebab stunting
Banyak
faktor dapat menyebabkan stunting pada anak. Faktor-faktor tersebut dapat
menjadi penyebab langsung ataupun dapat pula menjadi penyebab tidak langsung.
A.
Penyebab
langsung :
1.Ibu stunting
2.Kehamilan dini dan jarak
kehamilan terlalu dekat
3.Status nutrisi ibu jelek
4.Penyakit dalam kehamilan
5.Bayi kecil masa kehamilan
6.Bayi kurang bulan
7.Bayi berat lahir rendah
8.Bayi dengan penyakit
tertentu
9.Praktek pemberian makan pada bayi dan balita yang salah (ASI dan MPASI)
9.Praktek pemberian makan pada bayi dan balita yang salah (ASI dan MPASI)
B.
Penyebab
tidak langsung :
1.Sosial ekonomi
2.Pengetahuan yang kurang
3.Mitos
Selanjutnya
akan dibahas peranan ASI dan MPASI dalam mencegah kejadian stunting dan
obesitas. Praktek pemberian makan bayi
dan anak yang tidak tepat mulai dari cara pemberian ASI yang tidak eksklusif,
pemberian makanan pendamping ASI yang salah selanjutnya pemberian makan makanan
keluarga yang tidak mencukupi dalam hal kuantitas dan kualitas akan menyebabkan
asupan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tidak terpenuhi.
Pengetahuan
keluarga yang kurang mengenai bagaimana memilih makanan dan memberikan makanan
yang baik juga ikut meyebabkan pertumbuhan anak menjadi tidak optimal. Peranan
pemerintah dalam pencegahan stunting juga sangat dibutuhkan. Peranan pemerintah
dapat berupa menjaga ketersediaan makanan yang berkualitas dan upaya
meningkatkan kemampuan ekonomi sehingga daya beli makanan kaya nutrisi meningkat
.
Perlunya
dibuat kebijakan tentang pentingnya deteksi dini stunting dan pencegahan
stunting, juga meningkatkan pemahaman stunting bagi masyarakat dan melakukan pengukuran
bayi dan balitanya secara rutin berkala.upaya untuk meningkatkan pemberian ASI
eksklusif dan praktek pemberian makanan tambahan yang berkualitas juga penting.
Zat vitamin dan mineral dalam
ASI yang menunjang pertumbuhan linear (tinggi badan)
Vitamin
|
Mineral
|
Vitamin
A
|
Kalsium
|
Vitamin
B1 (tiamin)
|
Fosfor
|
Vitamin
B2 (riboflavin)
|
Magnesium
|
Vitamin
B3 (niacin)
|
Zinc
|
Vitamin
B5 (asam pantotenat)
|
|
Vitamin
B6 (piridoxin)
|
|
Vitamin
B7 (biotin)
|
|
Vitamin
B9 (asam folat)
|
|
Vitamin
B12 (cyanocobalamin)
|
|
Vitamin
C
|
|
Vitamin
D
|
Penyebab obesitas pada bayi dan
balita
Jumlah
makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari ada batas minimal dan batas maksimal. Apabila
makanan yang dikonsumsi berlebihan maka kelebihan itu akan disimpan sebagai
lemak di dalam tubuh. Apabila Cadangan lemak yang disimpan juga berlebihan,
maka hal inilah yang disebut dengan obesitas. Jadi obesitas adalah hasil dari
suatu proses yang membutuhkan waktu, tidak serta merta terjadi. Jadi obesitas sebenarnya bisa dicegah secara
dini.
Seorang
anak yang mengalami obesitas dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda klinis
dan dengan mengukur (body mass index) BMI atau indeks massa tubuh (IMT).
Kecendrungan IMT yang meningkat dari waktu ke waktu dapat digunakan sebagai
dasar untuk pencegahan obesitas.
Beberapa
jenis makanan dan minuman yang dapat
menyebabkan asupan kalori menjadi tinggi
antara lain : makanan cepat saji seperti burger, pizza, atau hot dog dan
makanan cepat saji lainnya karena biasanya makanan ini mengandung tinggi kalori
dan rendah serat. Minuman seperti soft drink yang mengandung gula juga dapat
menambah kalori dan menyebabkan obesitas.
Obesitas
dapat terjadi sejak masa bayi terutama bayi yang tidak mengkonsumsi ASI secara
ekslusif. Hal itu terjadi karena jumlah ASI sudah tertentu, cukup dan tidak
berlebihan sehingga tidak akan menyebabkan bayi menjadi obes. Jumlah ASI yang
diproduksi cukup sesuai dengan kebutuhan bayi karena dikontrol oleh hisapan
bayi. Bila bayi sudah kenyang dan hisapan berhenti maka ASI yang ada akan habis
namun akan diproduksi lagi sejumlah yang dihisap sebelumnya. Berbeda dengan bayi yang mengkonsumsi susu
formula. Bayi yang mengkonsumsi susu formula tidak mempunyai batas jumlah yang
dikonsumsi. Apabila susu formula yang diberikan melebihi porsi yang dibutuhkan bayi,
maka bayi dapat menjadi obes. Untuk pemantauan, sebaiknya sejak usia 7 bulan,
IMT bayi tidak meningkat lagi agar bayi tidak menjadi obes di kemudian hari.
Peranan MPASI dalam mencegah stunting dan obesitas
Setelah
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, pemberian MPASI yang tepat adalah sangat
penting. Kini ibu-ibu millennial semakin terbuka soal MPASI homemade. Ibu-ibu
boleh saja memberikan MPASI yang dibuat sendiri asalkan perhatikan kualitas dan
kuantitas MPASInya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat MPASI adalah
: jenis atau kandungan makanan, jumlah masing-masing jenis makanan, tekstur
makanan. Jangan menunda pemberian sumber protein dan lemak karena sang bayi
sangat membutuhkan semua zat makanan tersebut dengan segera tanpa kecuali.
Pertumbuhan yang sangat cepat sangat membutuhkan semua zat makanan. Apabila ada
zat makanan ditunda pemberiannya maka pertumbuhan akan terganggu dan bayi akan
mengalami kegagalan pertumbuhan pada akhirnya. Salah satu tanda gagal tumbuh
adalah stunting.
Jumlah
MPASI yang diberikan harus sesuai kebutuhan bayi, sehingga bayi tidak menjadi
obesitas. Pemberian MPASI yang benar tidak akan menyebabkan obesitas, karena
teratur dan tidak berlebihan. Pemberian
ASI eksklusif dan MPASI yang benar tidak akan menyebabkan stunting dan obesitas
karena semua telah terukur kecukupannya. Stunting dan obesitas sebenarnya bisa
dicegah dengan cara rutin mengukur berat badan dan tinggi badan anak sehingga
apabila ada kecenderungan ke arah stunting atau obesitas maka dapat cepat
segera diatasi. Frekuensi pengukuran untuk bayi 0 sampai 12 bulan sebaiknya
dilakukan setiap bulan dan anak balita setiap 3 bulan sekali.
Akhirnya,
pemberian ASI secara eksklusif sebenarnya dapat mencegah stunting. Dengan
inisiasi menyusui dini sebagai upaya keberlangsungan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian MPASI dan makanan keluarga
sebagai bagian dari pemenuhan nutrisi yang cukup dan seimbang, kebutuhan akan
asupan makanan selama masa pertumbuhan akan terpenuhi. Selain itu juga dengan
menjaga kesehatan jasmani dan rohani ibu-ibu menyusui, pengetahuan tentang cara
yang tepat memberikan makan akan menambah kemampuan ibu dalam memberikan
nutrisi bagi bayi dan anak balitanya.
Referensi:
1. World
Health Organization (WHO). 2014. WHA Global Nutrition Targets 2025: Stunting
Policy Brief.
2. Sartika,
RAD. 2011. Faktor risiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia. Makara
Kesehatan. 15: 37-43.
3.Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Sekretariat Wakil Presiden RI.
2017. 100 Kabupaten/kota prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting):
Ringkasan.
4.Rerksuppaphol
S., Lakkana Rerksuppaphol. 2017. Zinc supplementation enhances linear growth in
school-aged children: A randomized controlled trial. Pediatric Reports. 9:7294.
5.Importance
of Exclusive Breastfeeding and Complementary Feeding among Infants. Diakses
dari: http://www.foodandnutritionjournal.org/volume2number2/importance-of-exclusive-breastfeeding-and-complementary-feeding-among-infants/
Salam IP3H(tika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar